Sejak pertama kemunculannya, saya nggak pernah memandang Vespa matic sebagai motor yang layak diidamkan. Vespa matic memang tampak keren dan elegan, tapi entah mengapa saya nggak punya hasrat memilikinya. Mungkin, secara tidak sadar saya tahu kalau harga satu unitnya di luar jangkauan kantong. Mungkin juga, saya terjebak nostalgia bahwa Vespa itu ya yang klasik, yang masih pakai kopling tangan dan pakai oli samping.
Terlepas dari bagaimana saya memandang kendaraan yang sedang hits ini, harus diakui bahwa Vespa matic memang punya daya tarik tersendiri. Kendaraan ini enak banget dikendarai. Lalu, secara desain dan tampilan, dari semua varian Vespa matic, nyaris nggak ada yang jelek. Nggak heran kalau sekarang ada banyak merek motor lain yang meniru desain dan tampilannya.
Vespa matic memang terlihat sempurna sebagai sebuah kendaraan roda dua. Desainnya bagus, performa di jalanan yang datar dan mulus juga mantap banget. Lalu, apakah itu berarti kendaraan ini adalah motor yang sempurna? Tentu saja tidak, sebab di balik itu semua, kendaraan ini punya beberapa hal yang menjadi kelemahan mereka.
Saya memang nggak punya Vespa matic. Tapi, saya punya beberapa teman yang memilikinya. Dan, meskipun saya nggak mengidamkan-idamkan kendaraan satu ini, saya tetap penasaran bagaimana rasanya naik motor puluhan juta. Itu menngapa, di beberapa kesempatan, saya meminjam kendaraan miliki kawan-kawan saya ini.
Setelah beberapa kali mengendarainya, saya punya kesimpulan bahwa Vespa matic ini nyaman banget dikendarai, terlebih di jalan yang datar dan mulus. Performanya oke (meskipun tarikannya agak kurang menurut saya ya), akselerasinya juga mantap. Plus, untuk manusia yang tingginya 177 cm dan beratnya 76 kg seperti saya, duduk dan berkendara dengan Vespa matic (terutama yang Sprint 150) ini rasanya pas banget gitu.
Akan tetapi, pengalaman itu berubah ketika mengendarinya di jalan nggak rata dan tanjakan.
Vespa Matic melempem di tanjakan, lemah di jalanan nggak rata
Di jalanan yang datar dan rata, Vespa matic memang terbaik. Tapi, ketika ketemu jalanan yang menanjak atau jalanan yang nggak rata (berlubang atau bahkan makadam), kendaraan ini benar-benar nggak ada tajinya. Seketika Vespa matic nggak ada keren-kerennya.
Teman-teman saya mengeluhkan bagaimana Vespa matic miliknya begitu payah ketika bertemu jalanan yang menanjak. Sudah tarikannya agak berat, kemampuannya mengarungi jalanan yang menanjak juga nggak impresif. Apalagi kalau membawa beban yang agak berat seperti membonceng orang yang berat badannya di atas 70 kg misalnya. Di jalanan menanjak, motor Vario 125 lebih bisa diandalkan.
Lalu, kalau ketemu jalanan yang nggak rata, banyak lubangnya, atau jalan makadam, kendaraan ini langsung jadi pengecut. Kurang tangguh untuk melintasinya. Entah karena Vespa matic beneran nggak tangguh atau memang yang punya motor agak takut untuk melewati jalanan yang nggak rata. Tapi, yang pasti, jalanan yang nggak rata itu beneran jadi musuh kendaraan puluhan juta. Melempem bangetlah pokoknya.
“Motor lain kalau dibawa di jalanan yang nggak rata ya melempem jugalah. Jalanan yang nggak rata itu gampang bikin rusak Vespa matic!” begitu kata sebagian orang. Dan, memang benar, motor apapun kalau dibawa melaju di jalanan yang nggak rata akan mempengaruhi performa dan akselerasi. Bisa merusak komponen mesin, juga bodi. Tapi, kendaraan puluhan juta ini kelewat manja. Maksudnya, motor Scoopy 2023 itu lebih tangguh di jalanan yang nggak rata. Masa iya Vespa matic yang harganya bisa dua kali lipat dari Scoopy 2023 nggak bisa setangguh itu?
Harganya mahal, perawatan dan suku cadangnya juga mahal
Saya nggak tahu ini kelemahan atau nggak, tapi Vespa matic ini harganya emang mahal banget. Sebuah motor dihargai sampai Rp60 juta (bahkan lebih) itu seperti terlalu mahal. Ya mungkin saya memang bukan pangsa pasar kendaraan satu ini. Dan, saya juga tahu, harga segitu bagi sebagian orang masih layak, mengingat brand Vespa yang memang sudah legendaris. Tapi, tetap aja, harga yang mahal dan performanya yang lemah di medan yang susah adalah kekurangan.
Selain harga, perawatan Vespa matic ini juga mahal. Biaya servis rutin juga menguras kantong, harga sparepart-nya pun bikin bokek. Bahkan, biaya servis dan harga suku cadangnya bisa dua kali lipat (bahkan lebih) dibandingkan motor-motor pada umumnya. Saya aja sampai geleng-geleng kepala ketika melihat nota servis motor teman saya. Kok ya mahal banget gitu, lho.
Tapi, ya gimana, Vespa matic tetaplah motor yang seksi. Motor yang banyak diidam-idamkan banyak orang. Nggak peduli mau lemah di tanjakan, melempem di jalan nggak rata, atau mahal di harga dan perawatannya. Buat yang punya Vespa matic, semoga rezekinya lancar biar bisa terus merawatnya. Buat yang pengin punya kendaraan ini, silakan aja membelinya. Tapi, kalau saya sih, mending skip aja.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Nissan Grand Livina: MPV yang Lincah di Jalan Datar, tapi Ampas di Tanjakan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















