Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Unpopular Opinion: Naiknya Harga Tiket Borobudur Itu Masuk Akal

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
6 Juni 2022
A A
Unpopular Opinion: Naiknya Harga Tiket Borobudur Itu Masuk Akal

Unpopular Opinion: Naiknya Harga Tiket Borobudur Itu Masuk Akal (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ada dua hal yang membuat saya senang dengan adanya pemberitaan ongkos ke Candi Borobudur naik jadi Rp750 ribu. Pertama, masyarakat jadi terbuka lagi dan peduli dengan salah satu candi terbaik di Indonesia—bahkan dunia. Kedua, Opung Luhut akhirnya kerja di koridor resminya sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi atau Menko Marves.

Tentu saja angka Rp750 ribu ini tidak masuk akal dan akan menemukan banyak sekali penolakan. Harga yang mulanya puluhan ribu saja sudah berat, apalagi kini mengalami kenaikan puluhan persen dari harga biasanya. Selain itu, Luhut juga melakukan pembatasan wisatawan yang naik ke struktur candi, yakni 1200 orang saja per hari. Dilansir dari CNBC, upaya ini dilakukan Luhut sebagai salah satu upaya untuk merawat candi.

Banyak plus-minusnya tentang keputusan ini. Banyak yang menganggap bahwa jika pengunjung Candi Borobudur dibatasi, perputaran ekonomi di sekitar kompleks candi akan sepi. Jika sepi, pendapatan akan berkurang. Selain masalah perputaran ekonomi, juga berkaitan dengan edukasi. Akan semakin sedikit sekolah yang melaksanakan studi lapangan ke Candi Borobudur.

Namun, ada satu hal juga yang luput dari pandangan orang. Borobudur, sebagai World Heritage, harusnya mengedepankan konservasi, yang selama ini dijadikan prioritas nomor sekian. Bangunan yang berdiri lebih dari 11 abad ini, harusnya dijaga betul kondisinya. Naiknya harga tiket jadi kelihatan masuk akal kalau niatnya adalah membatasi jumlah pengunjung.

Walau belum dibahas secara rinci oleh Opung Luhut, di media sosial juga ramai masalah peribadatan. Bagaimana nasib orang yang datang ke Candi Borobudur untuk beribadah? Apakah ongkos masuk ditetapkan sama?

Padahal, dilansir dari web resmi Kemenko PMK Februari 2022 lalu, Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian BUMN, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemprov Jateng menandatangani Nota Kesepakatan (MoU) bahwa Candi Prambanan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Candi Borobudur, Candi Pawon dan Candi Mendut jadi tempat ibadah umat Hindu-Budha sedunia.

Tapi nih ya, kalau kita mengesampingkan opini masyarakat yang saya ringkas di atas, kalau mau pakai logika Opung Luhut yang kelewat jenius itu, ongkos masuk Candi Borobudur jadi Rp750 ribu itu masuk akal. Hm…iya sebenarnya masuk akal. Asal syarat dan ketentuan yang akan saya jelaskan ini dipenuhi. Di sini saya akan memaparkan alasan-alasan masuk akal itu. Bismillah.

Saya pernah ke Angkor Wat di Kamboja pada 2017 lalu. Iya, sudah lama sekali. Namun pada waktu itu kondisinya serupa dengan apa yang kita alami sekarang di Indonesia, yakni harga tiket naik dua kali lipat daripada biasanya. Alasannya cukup bikin geleng-geleng, namun masuk akal juga. Direktur Eksekutif Angkor Enterprise, bagian yang mengelola penjualan tiket, Ly Se mengatakan kepada NewsAsia bahwa ada lebih dari 100 kuil di kawasan Angkor Wat dan itu masih lebih murah dari tempat lain.

Baca Juga:

Aturan Tidak Tertulis Candi Borobudur Magelang yang Perlu Dipahami Pengunjung

Alasan Orang Magelang Ogah Berwisata ke Candi Borobudur

Saya tepuk tangan. Mereka menaikan ongkos tidak hanya omong kosong berupa menjaga kompleks candi dan blah-blah-blah lainnya, namun dengan jaminan bahwa pengunjung bakalan puas.

Saya sebetulnya nggrundel juga sebelum masuk Angkor Wat. Sialan betul saya ke sana di saat ongkos masuk kawasan tersebut sedang naik. Ketika memutuskan tidak naik Tuk Tuk—sejenis becak khas Indocina yang siap sedia mengitari kawasan candi—saya ditertawakan karena tiket saya harian. Bukan tiket terusan 3 hari, apalagi 7 hari. Katanya, memutari komplek Angkor Wat selama sehari dengan berjalan kaki itu mustahil.

Setelah masuk, saya seperti Indiana Jones yang nyemplung ke dalam kawasan kuno guna berburu harta karun—alias takjub setengah modyar karena kawasan ini luas sekali. Iya, luas sekali. Luasnya sama seperti 10 kali luas Dusun Glondong, Kecamatan Banguntapan. Banyak candi (bahkan kompleks candi) yang tersebar di sana. Banyak kanal air, bahkan candi-candi yang tersembunyi di balik pohon-pohon yang seperti tidak diurus (padahal ya diurus).

Mengeluarkan uang 37 USD atau saat itu ada di angka Rp 500 ribu untuk wisatawan berpaspor asing, rasanya tidak sia-sia. Walau dalam hati nggerus juga, duit 500 ribu di Jogja bisa buat bertahan hidup dua bulan (menurut Sobat Narimo ing Pandum). Namun apa yang dikatakan oleh Direktur Eksekutif Angkor Enterprise adalah apa yang dibutuhkan oleh wisatawan. Bahwa mereka butuh jaminan kepuasan ketika menjajal, bukan sekadar gambling tak bertuan. Kekecewaan mereka yang mengeluarkan uang besar, lantas pulang ke negaranya dengan membawa kenangan pahit, adalah suatu hal yang berbahaya bagi sebuah daerah wisata.

Di Angkor Wat, harga tiket satu hari itu 37 USD (sebelum kenaikan itu ada di angka 20 USD dan wisatawan lokal gratis), tiket terusan 3 hari sekitar 60 USD dan 7 hari itu 70 USD. Kalian bisa menikmati dari subuh sampai petang. Pagi hari, kalian bisa melihat sunrise dan refleksi di air yang memantul bak cermin, siang ke Angkor Thom tempat Angelina Jolie guling-guling jadi Lara Croft di Tomb Raider.

Ah, tulisan ini malah jadi seperti promosi Angkor Wat, padahal pengennya sih jadi pembelaan untuk kinerja Opung Luhut.

Ongkos Borobudur naik, itu masuk akal. Namun seperti apa yang saya katakan, syarat dan ketentuan berlaku. Apa syarat dan ketentuan itu? Yakni kepuasan pengunjung setelah njajal Candi Borobudur.

Apa yang ditawarkan oleh Candi Borobudur untuk wisatawan? Mungkin pemerintah bisa mengatakan bahwa kawasan candi ini penuh dengan nilai budaya, pendidikan, dan religi. Namun apa bedanya dengan Angkor Wat di negara jiran sana? Dengan ongkos 500 ribu kontra 1 juta (untuk wisatawan asing), apa keunggulan kompleks Candi Borobudur dari kompleks Angkor yang luasnya 163 hektar itu?

Pemerintah mungkin berpikir wisatawan selamanya akan datang dan tidak terputus. Padahal, jika membicarakan candi, selain Jawa Tengah dan DIY, daerah lain juga punya daya tarik yang serupa. Bahkan yang lebih murah lebih banyak. Urusan bisnis, mungkin Opung Luhut jago luar biasa. Namun ada satu hal yang dilupakan, kepuasan pelanggan adalah segalanya.

Lantas, dengan harga segitu, apakah pengunjung akan pulang dengan bahagia? Atau malah bermuram durja? Lantas apa yang mereka ceritakan kepada famili dan kolega setelah pulang mengunjungi Candi Borobudur? Masih ada waktu untuk mikir sebelum ketok palu. Kecuali ya kalau dirimu kepala batu.

Namun, selain kepuasan, ada satu hal juga yang luput dari pandangan orang. Borobudur, sebagai World Heritage, harusnya mengedepankan konservasi, yang selama ini dijadikan prioritas nomor sekian.

Penulis: Gusti Aditya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Memahami Isi Pikiran Ibu Kita, Megawati

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 24 November 2025 oleh

Tags: borobudurluhuttiket
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

borobudur magelang yogyakarta mojok

Menjelaskan Soal Magelang dan Segala Kesalahpahaman yang Menyertai

17 Oktober 2021
Pantai Papuma Jember Pantas Dinobatkan sebagai Objek Wisata Alam Termahal di Jawa Timur

Pantai Papuma Jember Pantas Dinobatkan sebagai Objek Wisata Termahal di Jawa Timur

17 Maret 2022
6 Rekomendasi Tempat Wisata di Magelang selain Candi Borobudur

6 Rekomendasi Tempat Wisata di Magelang selain Candi Borobudur

15 Februari 2022
Gagal Lihat Komodo Akibat Kebijakan Tarif Mahal

Gagal Lihat Komodo Akibat Kebijakan Tarif Mahal

30 Juli 2022
Hotel Amanjiwo Magelang Dekat di Mata, Jauh di Dompet. Keindahan yang Tidak Bisa Digapai Warga Lokal Mojok.co

Hotel Amanjiwo Magelang Dekat di Mata, Jauh di Dompet. Keindahan yang Tidak Bisa Digapai Warga Lokal

13 Mei 2024
Alasan Orang Magelang Ogah Berwisata ke Candi Borobudur Mojok.co

Alasan Orang Magelang Ogah Berwisata ke Candi Borobudur

7 November 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.