“I want you to call me Joker.”
“Why?”
“Because that is my job, a joker”
Potongan percakapan Arthur Fleck dan Murray dalam film Joker masih saya ingat jelas, karena percakapan ini yang membuat saya tahu dari mana orang-orang mengenal Arthur Fleck sebagai Joker. Sejak kemunculannya, film Joker menjadi trending topic di mana-mana. Kalimat “orang jahat adalah orang baik yang tersakiti” bermunculan di sana-sini. Kok saya ragu ya, apa Arthur menjadi jahat karena disakiti atau karena ada kesempatan berbuat jahat?
Seperti nasihat Bang Napi “kejahatan terjadi bukan hanya karena niat pelakunya, tapi karena ada kesempatan! Waspadalah! Waspadalah!” Arthur menjadi jahat karena ada kesempatan dan Randall adalah orang yang memberikan kesempatan tersebut pada Arthur. Perlakuan yang dia terima dari lingkungannya berperan sebagai pemicu kejahatan yang dilakukan Joker.
Arthur Fleck berhasil bertahan dengan penderitaannya sampai dia dewasa—sekitar 30 tahun. Sebelumnya tidak pernah diceritakan Arthur melakukan kejahatan meskipun dia mengidap penyakit langka sejak kecil. Bahkan alih-alih melakukan kejahatan, Arthur memilih membuat kartu yang menjelaskan penyakitnya pada orang lain. Selain itu, dia juga memilih menerima gajinya dipotong untuk ganti rugi papan yang dihancurkan anak-anak bandel.
Kemudian Randall memberikan pistol miliknya pada Arthur. Dari sana, Arthur mulai memikirkan apakah dia akan menggunakan pistol tersebut atau mengembalikannya. Petaka berikutnya justru muncul karena Arthur membawa pistol tersebut bersamanya, termasuk saat bekerja. Sialnya pistol itu juga yang membuat Arthur kehilangan pekerjaan, dan Randall berhasil mencapai tujaun utamanya saat memberikan pistol pada Arthur.
Kenapa tidak banyak yang memperhatikan peran Randall dalam perubahan seorang Arthur Fleck menjadi Joker? Apa orang-orang menganggap apa yang dilakukan Arthur adalah hal yang wajar? Atau malah tidak ada yang menyadari hal ini? Padahal Joker adalah bom yang siap meledak kapan saja, dan Randall yang menjadi pemicunya.
Mari berandai-andai sebentar, katakanlah Arthur tidak membawa pistol Randall saat bekerja maka dia tidak akan kehilangan pekerjaannya. Kemudian di kereta dia melihat seorang perempuan diganggu tiga orang laki-laki. Penyakit Arthur membuatnya tertawa, perempuan tersebut selamat tapi laki-laki yang mengganggunya malah menyakiti Arthur. Apakah Arthur akan melawan jika dia tidak membawa pistol bersamanya saat itu? Kemungknan besar tidak, toh sebelumnya melawan anak kecil pun dia diam saja. Apa yang membuat Arthur berpikir dia bisa melawan tiga orang dewasa sekaligus?
Anggaplah pengandaian ini terjadi maka semua hal yang berhubungan dengan Arthur dan pistol tersebut akan menghilang. Tidak akan ada penembakan di kereta yang memicu perlawanan masyarakat “kecil” lalu tidak akan ada dua orang detektif yang mencari Arthur ke rumah dan ke tempat dia bekerja; Randall tidak akan datang ke apartemen Arthur. Dengan kata lain, rangkaian kejahatan yang dilakukan Arthur tidak akan terjadi.
Tetapi Arthur mungkin akan tetap tampil di acara stand up comedy yang membuatnya bertemu Murray. Dalam film diceritakan Arthur menjadi Joker saat tampil dalam acara yang dipandu Murray. Dengan catatan, Arthur menjadi Joker karena merasa apa yang dia lakukan mendapatkan dukungan dari orang banyak. Karena sebelumnya Arthur tidak melakukan tindakan yang memicu aksi masyarakat, maka Joker tidak akan lahir dalam acara yang dipandu Murray.
Saya percaya Arthur memang orang baik, namun dengan apa yang dia lakukan, Arthur tetap berakhir sebaga orang jahat. Jangan membuat Arthur menjadi orang baik hanya karena dia pemeran utama dalam film Joker. Lalu berpikir Arthur disakiti lingkungannya. Saya kira tidak bisa dijadikan semudah itu.
Kita juga tidak bisa menyalahkan masyarakat Gotham City atas ketidak-tahuan mereka tentang penyakit Arthur. Saat dia tampil di atas panggung sebagai komedian, kemudian tertawa karena merasa gugup, siapapun yang tidak mengetahui penyakit Arthur menganggap dia sedang mengajak penonton tertawa. Di tempat-tempat umum, saat Arthur tertawa di depan orang lain perlakuan yang dia terima sangat bergantung pada reaksi lawan bicaranya. Arthur membuat kartu tentang penyakitnya agar orang lain dapat memahami kenapa dia tertawa, agar dia sendiri terhindar dari perlakuan kasar dari lawan bicaranya.
Tapi dengan segala ironi yang disuguhkan, film Joker tetap menjadi salah satu film paling bagus dan menarik buat saya. Timbulnya beragam macam tanggapan atas film ini membuktikan bahwa orang-orang yang berada di balik kesuksesan film Joker pantas mendapatkan apresiasi sebesar-besarnya. Joaquin Phoenix pantas mendapatkan apresiasi paling tinggi atas keberhasilannya menjadi seorang Joker. Terutama saat dia tertawa, Joaquin Phoenix berhasil menunjukan bahwa Arthur Fleck sedang tersiksa di balik tawanya. (*)
BACA JUGA Rekomendasi Makeup dan Skincare Buat Aksi atau tulisan Gilang Oktaviana Putra lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.