Membicarakan kuliner khas Blora memang tidak pernah ada habisnya. Daerah dengan sebutan Kota Mustika itu terkenal dengan satenya, soto kletuk, lontong opor ngloram, dan masih banyak lagi. Bahkan, di Blora juga ada kuliner ekstrem yang berasal dari kepompong ulat jati bernama Ungker.
Sekilas mendengar asal-usulnya saja sudah geli ya. Namun, kuliner khas Blora ini ternyata cukup populer lho. Selain unik, ungker punya rasa yang lezat. Di bawah ini fakta-fakta tentang panganan ekstrem yang satu ini:
Daftar Isi
#1 Ungker hanya ada setahun sekali
Kalau kalian mengunjungi Blora di penghujung tahun, kalian akan menjumpai banyak penjual Ungker di pinggir jalan. Jalan nasional Cepu-Blora salah satunya. Namun, pemandangan semacam ini ternyata tidak bisa ditemukan kapan saja. Ungker hanya ada di bulan-bulan tertentu saja, biasanya bulan Desember atau saat musim hujan.
Pada musim hujan daun-daun pohon jati yang menghijau menjadi santapan ulat jati. Itu mengapa berburu kepompongnya sangat mudah di musim-musim ini. Biasanya, masyarakat masuk ke hutan-hutan jati demi berburu kepompong ulat jati ini, entah untuk diolah menjadi panganan atau sekadar kesenangan saja. Asal tahu saja, sebagian besar wilayah di Blora, mungkin mencapai 50 persen adalah hutan jati.
#2 Harganya bisa melebihi daging sapi
Ungker yang hanya muncul di musim tertentu membuat keberadaannya langka. Tidak heran ketika dijual harganya melambung. Ingat teori permintaan dan penawaran kan? Bahkan, harga ungker bisa lebih mahal daripada daging sapi. Setahu saya, harganya di kisaran Rp100.000-150.000 per kilogram saat ini.
Baca halaman selanjutnya: #3 Ungker mengandung …
#3 Ungker mengandung protein yang tinggi
Ungker menyimpan kandungan gizi yang tinggi. Saya sempat berselancar di internet, hewan ini mengandung protein dan asam amino. Kepompng daun jati ini juga mengandung asam lemak tak jenuh dan sejumlah vitamin larut lemak. Namin, hewan ini tergolong rendah lemak, bahkan lebih rendah dibanding daging sapi dan ayam.
Ungker memang lezat, tapi perlu berhati-hati mengonsumsinya. Apalagi kalau punya alergi tertentu seperti biduran. Bisa jadi setelah mencicipinya kulit kalian gatal dan kemerahan.
#4 Bisa diolah menjadi beberapa masakan
Ungker bisa diolah menjadi beberapa jenis masakan yang lezat. Kalau saya, paling favorit ungker diolah menjadi menjadi oseng-oseng dan digoreng biasa. Ada juga yang mengolahnya menjadi rempeyek dan botok.
Sayangnya, di Blora tidak ada warung khusus yang menyajikan hasil olahan ungker. Kalaupun ada, pilihan olahannya terbatas. Panganan satu ini memang biasanya dimasak di rumah untuk konsumsi sendiri.
#5 Menjadi desain untuk batik khas Blora
Saking kuatnya keunikan ungker, kepompong mungil ini ternyata menjadi inspirasi motif batik Blora. Tentu saja selembar batik tidak semuanya bermotif kepompong ulat jati. Biasanya motif ungker dipadukan dengan gambar lain yang mengangkat tema ciri khas Blora, misalnya daun jati, pohon jati, sate, dan lainnya.
Di atas lima keunikan ungker kuliner khas Blora. Kalau kalian penasaran, jangan lupa mampir pas penghujung tahun atau musim hujan ya. Mencicipi panganan ekstrem ini akan memperkaya pengalaman kuliner kalian. Selamat mencoba!
Penulis: Rudy Tri Hermawan
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Blora Memang Banyak Kekurangan, tapi Jangan Diprotes Terus, dong!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.