Saya jengah ketika ada orang yang meremehkan, menganggap anak SMA tahun ini keenakan karena bisa lulus sekolah tanpa UNBK. Bahwa mereka bisa lulus mulus lewat jalur virus. Oh, kalian nggak tahu aja. Dan sekarang saya mau kasih tahu penderitaan anak kelas XII SMA yang tahun ini UNBK-nya dibatalkan.
Sejak awal masuk kelas XII pertengahan tahun lalu, anak-anak kelas XII sudah ditakut-takuti; katanya SBMPTN akan dipercepat. Guru sama murid langsung kelimpungan ngejar materi. Sampai pertengahan November ternyata nggak jadi, sistemnya balik lagi kayak dulu. Lalu awal Januari terbitlah jadwal UNBK. Sudah bulat. Sudah yakin harinya itu.
Lalu datanglah kabar tahun ini, 2020, akan menjadi tahun terakhir yang ada UNBK. Sebab tahun depan akan ganti sistem. Wah, enak ya yang tahun depan udah nggak perlu UNBK lagi. Tapi jadi kasihan juga sama SMP yang tahun ini akan menjalani UNBK pertama mereka, pasti udah siap-siap, eh nggak jadi.
Balik ke anak kelas XII. Dari semester 5 sudah mulai tryout, simulasi buat USBN dan UNBK. Ujian-ujian dijadwal selesai sebelum Maret. Eh tambah satu lagi: Bidikmisi diganti KIP Kuliah. Calon-calon mahasiswa yang merasa butuh Bidikmisi kelimpungan, guru-guru nggak bisa kasih kepastian. Bahkan ada yang sampai ngajuin ke kebupaten biar dapet Kartu Indonesia Pintar.
Menjelang UN, virus corona datang. Padahal besoknya jadwal anak SMK UNBK. Ada yang nunda tapi kebanyakan hajar saja! Nantang maut, pokoknya tetep UNBK. Anak SMA dag dig dug deng, masak mau ngerjain ujian hidup sambil ngerjain Matematika juga? Alhasil terbitlah petisi hapuskan UN 2020. Entah itu dibaca atau gimana oleh DPR hingga mengusulkan UN ditiadakan, intinya kemudian hari muncul SK peniadaan UNBK.
Sudah begitu masih bilang enak? Mau lulus saja selalu digentayangi informasi simpang siur ngalor ngidul. Yang bilang enak itu pasti angkatan 2019 ke bawah. FYI, mulai tahun 2019 UN iku wis gak dadi penentu kelulusan. Misal tetap UN, apa bakal disebut lulus jalur UN?
Belajar sampai sore bahkan malem yang buat persiapan UN itu jadi nggak terpakai, bahkan yang udah putus buat fokus UN nggak bisa balikan, Enak? Gak cukup semono, setres kakehan ujian tetep dilakoni. Simulasi 5 jam untuk lima mapel nonstop neng ngarep komputer dilakoni. USBN 4 jam neng ngarep komputer 10 dino dilakoni. Untung matanya nggak kenapa-napa, tapi radiasinya nggak tahu udah ke mana aja.
Begitupun jalur-jalur masuk perguruan tinggi, masih terus simpang siur, khususnya SBMPTN. Untung kalau bisa ikut SNMPTN, setidaknya sudah daftar walau katanya jangan terlalu banyak mengharapkan. Tapi bagaimana dengan yang tidak mengikuti SNMPTN? Dari awal udah belajar TKA dan TPS karena dijadwalkan tes UTBK bulan April. Belajar selip-selipan sama UN.
Jalur satu ini akhirnya dirombak lagi, jadwalnya diundur, soalnya akan jadi cuma TPS. Sistem pendaftaran juga kembali seperti tahun 2018, mendaftar tanpa tahu nilai ujian. Jadi TKA nggak ada? Enak banget. Anak IPS bisa masuk kedokteran dong? Wah enak banget. Kamu yang udah jadi mahasiswa nggak kepingin daftar lagi? Bisa pilih univ setinggi-tingginya tuh.
Asumsi barusan sekilas bener, tapi coba ditelaah dulu, jangan bicara seenaknya.
Jadi angkatan yang semuanya unexpected itu bener-bener nggak enak. Semua yang dilakuin dari jauh-jauh hari itu udah kayak nggak berguna. Iya, memang bisa diambil hikmahnya, tapi nggak bisa kan memprediksi lagi gimana ke depannya? Tahun ini budaya mangkir dari jadwal udah menjamur di mana-mana. Sering buat pikiran jadi stres, trauma kalau disuruh persiapan dari jauh-jauh hari. Nggak ada kepastian yang bisa diharapkan. Keyakinan itu lama-lama runtuh kalau begini caranya. Belum lagi alumni-alumni yang nyinyirin angkatan ini nggak bisa diem. Itu udah bikin pikiran makin down.
Mungkin di pikiran para alumni atau pihak lain, angkatan ini nggak ada berjuang-berjuangnya, tapi apa iya harus memberi label seperti itu? Perjuangan angkatan ini nggak hanya di ujian teori, ujian hidup dari virus corona pun dihadapi. Lagi pula siapa juga yang mau ada pandemi di tengah-tengah masa genting seperti ini. Harusnya itu disemangati, bukan malah dikatain sana-sini.
Angkatan 2019/2020 selesai belum pada waktunya, dipercepat lebih tepatnya. Nggak ada acara perpisahan, purnawiyata, farewell party, prom night, atau sebagainya. Nggak ada perpisahan yang diekspektasiin dari awal tahun kemarin. Kebaya, jas, sepatu, dan lain sebagainya yang udah dibeli nggak jadi dipakai. Rencana foto sama orang tua, sama temen, sama guru pas hari bahagia nggak bisa dilakuin. Ini lebih banyak susahnya dari pada enaknya. Tahu nggak?
Sumber gambar: Wikimedia Commons
BACA JUGA Ternyata Tidak Semua Siswa Senang UN Ditiadakan dan tulisan Rista Fatma lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.