Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Umur 30 Tahun Nggak Bisa Naik Motor Nggak Bikin Saya Malu, Menjadi Penumpang Sejati Nggak Seburuk yang Dipikirkan Orang

Wahyu Tri Utami oleh Wahyu Tri Utami
5 Oktober 2025
A A
Umur 30 Tahun Nggak Bisa Naik Motor Nggak Bikin Saya Malu, Menjadi Penumpang Sejati Nggak Seburuk yang Dipikirkan Orang

Umur 30 Tahun Nggak Bisa Naik Motor Nggak Bikin Saya Malu, Menjadi Penumpang Sejati Nggak Seburuk yang Dipikirkan Orang (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Di usia 30 tahun, saya sampai pada satu kesimpulan pahit sekaligus lucu: saya tidak bisa naik motor. Bukan karena trauma jatuh atau fobia suara knalpot racing yang bikin kuping berdenging, tapi karena saya memang nggak bisa. Bahkan naik sepeda pun saya nggak bisa.

Dari kecil sampai sekarang, keseimbangan saya di atas dua roda hanya bertahan selama tiga detik. Setelah itu biasanya disusul dengan teriakan “awas!” dan bunyi “bruk!” yang bikin satu kampung tahu kalau saya lagi belajar naik sepeda.

Dulu waktu kecil, saya sempat belajar. Ada momen heroik di mana bapak saya mendorong sepeda sambil bilang, “Ayo, bisa! Jangan takut!” Lalu beliau lepas, dan saya melaju dengan penuh percaya diri tepat sebelum jatuh mencium rumput lapangan. Setelah itu, karier saya di dunia persepedaan selesai sudah. Tidak ada sesi latihan kedua, tidak ada upgrade ke motor bebek. Saya memilih jalan hidup lain: menjadi pengguna transportasi umum sejati.

Hidup tanpa motor tidak terlalu buruk

Kalau orang lain bangga bisa touring lintas provinsi dengan motor, saya punya prestasi lain: hafal semua rute angkot oranye di Purwokerto saat masih beroperasi dulu. Saya tahu jam operasi, di mana titik-titik pemberhentian, dan angkot mana yang harus dinaiki secara bersambung kalau mau melaju dari titik A ke titik B.

Tentu hidup tanpa bisa naik motor itu punya banyak konsekuensi. Saya sering dikira “beban” oleh teman karena selalu nebeng kalau pergi rame-rame. Kadang saya ikut merasa bersalah, tapi rasa bersalah itu cepat hilang saat mereka mengeluh bensin mahal atau macet di lampu merah. Sementara saya duduk tenang di dalam angkot sambil scrolling Instagram.

Orang lain mungkin merasa kemerdekaan itu saat bisa naik motor sendiri ke mana pun. Bagi saya, kemerdekaan itu justru ketika bisa duduk, diam, dan tidak perlu memikirkan arah, bensin, atau parkir. Tinggal naik, duduk, turun. Selesai. Dunia terasa sederhana sekali bagi orang yang tidak punya SIM.

Saya sering ditanya, “Nggak malu, udah umur segini belum bisa naik motor?” Jawabannya saya selalu sama, “Dulu sih malu, sekarang sudah tidak.” Soalnya seiring bertambahnya usia, saya sadar bahwa kemampuan naik motor itu bukan ukuran kedewasaan. Ada orang bisa naik motor tapi nggak bisa menahan emosi di jalan. Ada yang bisa cornering tajam tapi nggak bisa cornering ke arah perasaan orang lain.

Sebagai introvert, hidup tanpa motor juga lumayan cocok. Saya tidak merasa perlu keluar rumah terlalu sering, dan kalau pun harus pergi, ojek online selalu jadi teman setia. Kadang, naik transportasi umum itu justru bikin saya merasa lebih “terhubung” dengan kota dengan melihat mural, pedagang kaki lima, atau bahkan penumpang lain yang sibuk main Mobile Legends di kursi sebelah. Ada romantika kecil di situ, sesuatu yang mungkin tak dirasakan orang yang ngebut sendirian di motor.

Baca Juga:

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

Pengendara Motor yang Menyalakan Lampu Hazard dan Kebut-kebutan di Jalan Raya Itu Punya Masalah Apa sih?

Menerima takdir sebagai penumpang sejati

Tentu ada kalanya saya berharap bisa naik motor. Terutama saat hujan tiba-tiba turun, dan order ojek online penuh karena “driver sedang sibuk semua”. Di situ saya berpikir, “Kalau saja aku bisa naik motor sendiri…”

Akan tetapi di sisi lain, saya juga sadar kalau saya bisa naik motor, mungkin saya justru kebablasan. Bisa jadi saya malah jalan-jalan tanpa arah, nongkrong tanpa tujuan, atau tiba-tiba touring ke kota sebelah cuma karena bosan.

Dan jujur saja, saya tahu diri. Saya bukan tipe orang yang bisa tangguh di jalanan. Saya bisa panik cuma gara-gara angin kencang. Bayangkan kalau saya naik motor, mungkin baru satu tikungan sudah ada yang jadi korban.

Sekarang, di usia 30, saya sudah berdamai dengan fakta bahwa saya adalah “penumpang sejati.” Saya mungkin bukan pengendara yang gagah di jalan raya, tapi saya bisa pergi tanpa harus parkir, bisa pulang tanpa harus isi bensin, dan bisa hidup tenang tanpa takut kena tilang polisi.

Bagi sebagian orang, ini mungkin hidup yang merepotkan. Tapi bagi saya, ini hidup yang cukup sederhana. Saya tahu ke mana harus naik, di mana harus turun, dan yang paling penting saya tahu kapan harus berhenti membandingkan hidup saya dengan orang lain.

Toh, tidak semua orang ditakdirkan untuk menaklukkan jalanan. Sebagian dari kita memang diciptakan untuk duduk manis di kursi penumpang, sambil tersenyum, menunggu halte berikutnya.

Penulis: Wahyu Tri Utami
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Gambaran Hidup Seorang Lelaki yang Nggak Bisa Naik Motor

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2025 oleh

Tags: belajar naik motorMotorPengendara Motorpengendara sepeda motorPenumpangpenumpang ojek onlinesepeda motor
Wahyu Tri Utami

Wahyu Tri Utami

Pembaca buku, penonton film, penulis konten. Sesekali jadi penyelam andal (di internet, bukan di air).

ArtikelTerkait

Bantal Leher Memang Tidak Diciptakan untuk Dipakai di Kereta Ekonomi Terminal Mojok

Bantal Leher Memang Tidak Diciptakan untuk Dipakai di Kereta Ekonomi

19 Desember 2022
bermain hujan-hujanan sepeda motor hujan cuci sungai mojok (1)

Plis Banget nih, Jangan Mencuci Sepeda Motor di Sungai

19 Desember 2020
Terkutuklah Orang yang Naik Motor tapi Nggak Tahu Cara Kerja Spion dan Lampu Sein, Mending Tukar Saja Motormu sama Galon Cleo!

Terkutuklah Orang yang Naik Motor tapi Nggak Tahu Cara Kerja Spion dan Lampu Sein, Mending Tukar Saja Motormu sama Galon Cleo!

12 Oktober 2024
Menjaga Kualitas Shockbreaker dengan Meminimalisir Penggunaan Standar Samping terminal mojok.co

Jenis Pengendara Kendaraan Bermotor di Jalanan Jogja

3 Agustus 2019
isi bahan bakar kendaraan mojok

Menggoyang Kendaraan Saat Isi Bahan Bakar Itu Berbahaya dan Nggak Berguna, Bos!

20 Oktober 2020
electric starter motor matic mojok

Nggak Cuma Aki Tekor, Ini Beberapa Parts Penyebab Electric Starter Motor Mati

18 November 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.