Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Ubah Jalan Wahid Hasyim Jombang Jadi kayak Malioboro Itu Nggak Penting

Indah Rahmasari oleh Indah Rahmasari
1 Desember 2021
A A
Ubah Jalan Wahid Hasyim Jombang Jadi kayak Malioboro Itu Nggak Penting terminal mojok.co
Share on FacebookShare on Twitter

Ciye yang sekarang ada Malioboro-nya di samping Ringin Contong. Jombang biar kekinian kayak Ponorogo dan Tegal, ya? Iya, pembangunan memang langkah pasti untuk mengejar pertumbuhan ekonomi abadi, kok.

Pembangunan Jalan Wahid Hasyim menyerupai Malioboro yang katanya sebagai pencapaian sebuah prestasi bagi pemerintah Kabupaten Jombang, menurut saya sangat ramashok. Jogja memang istimewa. Begitupun Jombang juga tak kalah istimewa dengan segala keragaman yang dipunya. Mbok ya kalau pengin mbagun sesuatu, coba deh jalan di Dusun Kedung Dendeng, Desa Jipurapah, Kecamatan Plandaan itu dilihat. Kalau musim hujan jalannya licin baget, tapi kalau kemarau bleduk ra karuwan. Bangun jalannya di sana saja, biar anak-anak yang mau lanjut sekolah ke jenjang yang lebih tinggi nggak kesulitan pergi ke sekolah.

Bagi saya, pertimbangan untuk membangun jalan Wahid Hasyim sangat ngadi-ngadi. Bagaimana tidak? Kepala Dinas Perkim Jombang menganggap bahwa pembangunan ini penting dengan mempertimbangan tiga hal. Pertama, pembangunan ini sebagai tempat agar bisa menampung luapan air di area alun-alun Jombang dan di Jalan KH Wahid Hasyim. Plus untuk mengurangi banjir. Kedua, katanya, Jombang gini-gini saja sejak beliau masuk pada 1980. Dan pembangunan ini untuk mengakomodir pedestrian dan orang berkebutuhan khusus. Ketiga, mereka ingin Jombang ada wisata lokal sebagai tempat santai bersama keluarga.

Tapi gini, Pak, Bapak ingat, bukan? Sebelumnya, sepanjang jalan ini berjejer pohon berdiameter lebar tinggi menjulang, dengan kanopi rapat yang membentuk lorong yang adem. Bapak masih ingat juga nggak pelajaran IPA tentang manfaat pohon? Betul, Pak, selain sebagai penghasil oksigen, pohon juga punya manfaat sebagai penyimpan cadangan air.

Lha kalau pohon-pohon tersebut ditebang dan diganti bola-bola marmer, apa bisa itu mengatasi banjir? Atau bapak coba cek tata ruang kotanya, apa sudah mumpuni untuk daerah resapan? Kok, saya lihat sawah-sawahnya kini sudah nggak panen padi atau jagung, tapi malah perumahan.

Ngapunten, Pak, pertimbangan yang kedua kok rasanya begitu aneh, ya. “Jombang gini-gini aja” itu yang bagaimana, ya? Selama belasan tahun hidup di Jombang, menurut saya nggak begitu-begitu saja, Pak. Sawah-sawah dekat kampung saya sudah pada hilang dan ganti ditanami beton, misalnya.

Kalau untuk mengakomodir pejalan kaki dan orang berkebutuhan khusus, itu memang perlu, Pak. Tapi, nggak gitu juga caranya. Maksudnya, nggak perlu lah sampai harus bikin jalan selebar itu. Lebih penting, bikin secukupnya saja, tapi menyeluruh ke seluruh penjuru Kabupaten. Toh, orang yang berjalan kaki maupun yang berkebutuhan khusus, mobilitasnya nggak di Jalan Wahid Hasyim aja, kan?

Sementara untuk pertimbangan yang ketiga, bukankah kita sudah punya Kebon Rojo? RTH kesayangan anak saya karena banyak jajan dan mainan di sana. Itu letaknya di Jalan Wahid Hasyim juga, loh. Saya rasa tempat ini sudah mumpuni: tempatnya adem, ada playground, ada pencel pincuk, sempol, bakso, mi ayam, dan banyak lagi yang bikin libur kecil kaum kusam seperti saya dan keluarga, terasa sangat menyenangkan.

Baca Juga:

Jombang dan Lamongan, Saudara Senasib Sependeritaan: Sama-sama Dihimpit Tetangga yang Maju, Sama-sama Punya Infrastruktur Remuk

7 Alasan Jombang Layak Jadi Tempat Slow Living di Jawa Timur

Bagi saya, Jalan Wahid Hasyim adalah jalan istimewa yang menyimpan kenangan di pagi hari dari Senin sampai Sabtu, selama enam tahun lamanya. Bagi sobat len (angkutan umum) dari arah terminal (jalan Soekarno Hatta) menuju Cukir (makam Gus Dur ) atau kompleks sekolahan di jalan Diponegoro, pasti juga punya sejuta kenangan dengan jalan ini.

Melewati jalan sepanjang 2 km yang membentang dari Ringin Contong sampai depan Lapas Jombang selalu memberi warna tiap musimnya. Ketika kemarau datang, jalan ini masih adem dengan “kanopi lebat” di sepanjang jalan. Pada musim hujan pun tak kalah syahdu.

Selain musim hujan dan kemarau, jalan ini juga punya musim gugur. Coba saja kamu lewat ketika pohon-pohon Johar sedang berbunga. Bunga-bunga kuning akan berguguran tertiup angin. Romantis baget, deh apalagi sambil memandang keluar jendela len. Fiks, sinematografinya udah film abis!

Kamu nggak perlu pergi ke negara empat musim untuk melihatnya bunga-bunga jatuh berguguran, cukup datang saja ke Jalan Wahid Hasyim Jombang. Eh, tapi itu dulu, sekarang sih sudah ditanam bola-bola marmer dengan tiang lampu besi berjejer kaku yang katanya tiruannya Malioboro.

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 1 Desember 2021 oleh

Tags: JombangMalioboroRingin ContongWahid Hasyim
Indah Rahmasari

Indah Rahmasari

ArtikelTerkait

Soto Dok, Kuliner Khas Jombang yang Sering Dituduh Makanan Haram

Soto Dok, Kuliner Khas Jombang yang Sering Dituduh Makanan Haram

4 Oktober 2024
Flyover Peterongan Jombang Lebih Masuk Akal Disebut Jembatan Pencabut Nyawa

Flyover Peterongan Jombang Lebih Masuk Akal Disebut Jembatan Pencabut Nyawa

13 Juli 2024
Perempatan Mbah Kopi Kaliwungu Jombang, Arena Maut Tempat para Monyet Berkendara

Perempatan Mbah Kopi Kaliwungu Jombang, Arena Maut Tempat para Monyet Berkendara

18 September 2024
ha milik tanah klitih tingkat kemiskinan jogja klitih warga jogja lagu tentang jogja sesuatu di jogja yogyakarta kla project nostalgia perusak jogja terminal mojok

3 Alternatif bagi Warga Jogja Setelah Malioboro dan Area Kraton Dilarang untuk Demo

15 Januari 2021
Terima Kasih Magelang Atas Malioboro di Borobudur

Terima Kasih Magelang Atas Malioboro di Borobudur

15 Januari 2023
Depok dan Jombang, Dua Daerah Terpisah Jarak, tapi Disatukan oleh Keanehan  

Depok dan Jombang, Dua Daerah Terpisah Jarak, tapi Disatukan oleh Keanehan  

5 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.