Saya pernah ketemu tukang parkir yang ngasih senyum dan nyapa kayak satpam BCA, kok.
Saya tergelitik ketika membaca artikel Mas Diaz Robigo tempo hari di Terminal Mojok. Artikel itu saya baca sampai tuntas sambil senyum-senyum sendiri. Saya jadi teringat pengalaman saya berinteraksi dengan tukang parkir, entah itu tukang parkir di Indomaret, di pasar, di kampus, termasuk di ATM seperti yang diceritakan dalam artikel Mas Diaz.
Memang sih kebanyakan tukang parkir itu menyebalkan, khususnya mereka yang pengin duitnya aja tapi nggak mau bertanggung jawab dengan kendaraan yang kita titipkan. Tapi percaya atau nggak, saya pernah menjumpai beberapa tukang parkir yang pelayanannya oke banget. Dengan biaya dua ribu perak, mereka nggak cuma menjaga kendaraan kita dengan baik, tapi juga memberikan pelayanan prima macam Satpam BCA. Serius, lho. Pengin tahu bentuk pelayanan prima apa saja yang mereka lakukan?
Daftar Isi
- Tukang parkir yang sigap mengamankan helm ketika hujan
- Mengelap jok sepeda motor yang basah kehujanan
- Menutupi jok sepeda motor dengan lembaran kardus ketika panas terik
- Mengeluarkan sepeda motor dari deretan parkiran yang sempit
- Dikasih senyum dan disapa tukang parkir kampus
- Rela nggak dibayar ketika nggak ada kembalian
Tukang parkir yang sigap mengamankan helm ketika hujan
Saya pernah menghadiri suatu acara dengan mengendarai sepeda motor. Seperti biasa, sepeda motor diparkirkan di tempat parkir dan helm disangkutkan pada kaca spion sebelah kanan. Di luar dugaan, di tengah-tengah acara hujan turun sangat lebat dan saya pasrah kalau helm bakal basah kuyup.
Coba tebak apa yang terjadi? Ketika acara usai dan saya menuju parkiran, ternyata helm saya sudah dipindahkan oleh tukang parkir ke tempat yang aman. Alhasil, saya pun bisa pulang dengan kondisi helm yang kering.
Di kesempatan lain, saya pernah melihat tukang parkir membungkus helm satu per satu dengan kantong plastik supaya nggak kena debu dan nggak kehujanan. Wow, pelayanannya prima banget, kan?
Mengelap jok sepeda motor yang basah kehujanan
Kasusnya hampir mirip dengan yang sebelumnya. Ini saya alami ketika saya sedang berbelanja di Indomaret (atau Alfamart, ya? Lupa). Ketika sedang asyik memilih barang belanjaan, tiba-tiba hujan turun. Setelah hujan agak reda, saya bergegas menuju sepeda motor yang ada di parkiran.
Baru saja saya menggantungkan barang belanjaan di setang sepeda motor, tukang parkir tergopoh-gopoh menghampiri saya. Tanpa ba-bi-bu, blio dengan sigap mengelap jok sepeda motor yang basah itu dengan lap kanebo yang dibawanya. Setelah kering, barulah tukang parkir itu mempersilakan saya naik ke sepeda motor. Duh, sampai segitunya, ya?
Menutupi jok sepeda motor dengan lembaran kardus ketika panas terik
Kalau yang ini saya alami ketika menghadiri acara resepsi pernikahan salah satu kawan saya. Ketika itu, sepeda motor saya diparkir di sebuah tanah lapang. Pas pula di tengah terik siang. Saya sudah membayangkan bagaimana panasnya jok sepeda motor itu ketika nanti dinaiki. Akan tetapi bayangan itu sirna ketika saya mendapati jok sepeda motor saya ditutupi lembaran kardus.
Wah, pelayanan macam apa ini? Usut punya usut, itu adalah inisiatif tukang parkir supaya pemilik sepeda motor nggak kepanasan ketika duduk di jok. Saya benar-benar speechless ketika itu.
Mengeluarkan sepeda motor dari deretan parkiran yang sempit
Ketika sedang berada di salah satu pasar di Bandung, saya menyaksikan seorang ibu yang kesulitan mengeluarkan sepeda motornya dari tempat parkir. Ibu itu kesulitan karena posisi sepeda motornya ada di tengah-tengah deretan parkiran yang ruang geraknya sempit. Nggak pakai lama, tukang parkir di pasar pun datang membantu. Beliau meminta ibu itu untuk menunggu saja di pinggir jalan.
Dalam hitungan detik, sepeda motor itu pun berhasil dikeluarkan dan langsung diserahkan kepada ibu tersebut. Si ibu tampak sumringah, disambut dengan anggukan tukang parkir. Mantap banget deh pelayanannya!
Dikasih senyum dan disapa tukang parkir kampus
Ada juga lho tukang parkir yang supel dan mudah bergaul. Mereka kerap saya jumpai di parkiran kampus. Udah kayak satpam BCA aja kan ramahnya?
Setiap kali saya masuk atau keluar parkiran, mereka selalu tersenyum dan menyapa dengan hal-hal yang ringan. Meski memang sederhana dan terkesan basa-basi, tapi ini jauh lebih baik ketimbang tukang parkir yang cuma meniup peluit sambil menengadahkan tangan untuk menerima lembaran uang dua ribu perak. Iya, kan?
Rela nggak dibayar ketika nggak ada kembalian
Nah, kalau yang ini justru saya alami sendiri ketika parkir di ATM. Karena buru-buru, saya nggak sempat membawa uang receh. Setelah mengambil uang pecahan lima puluh ribuan di ATM, saya bergegas menuju parkiran. Di situlah baru teringat bahwa saya nggak bawa uang receh untuk bayar parkiran.
Akhirnya, saya menyodorkan uang lembaran warna biru itu kepada tukang parkir. Sadar kalau nggak punya kembalian, beliau menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Tos wios we, Kang (Sudah, nggak apa-apa, Kang),” begitu katanya. Saya pun meninggalkan parkiran ATM tanpa membayar uang parkir sepeser pun.
Kurang lebih itulah bentuk-bentuk pelayanan prima tukang parkir yang pernah saya jumpai. Meski terlihat sepele, apa yang mereka lakukan itu sangat membekas dalam ingatan saya. Inilah yang meyakinkan saya bahwa nggak semua tukang parkir itu menyebalkan. Ada juga kok yang pelayanannya oke kayak satpam BCA. Gitu.
Penulis: Andri Saleh
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.