Ada satu hal yang kini menyita perhatian saya ketika melintasi perbatasan Purwosari Kediri dan Bandarkedungmulyo Jombang. Di sana akan ada Tugu Jombang yang bakal menjadi landmark baru untuk Kota Santri. Tugu ini sekaligus jadi tapal batas antara Jombang dan Kediri. Lokasi persisnya di sekitar jalur arteri Desa Gondangmanis, Kecamatan Bandarkedungmulyo.
Selidik punya selidik, ide pembangunan tugu ini muncul sejak 2021. Pada saat itu sayembara desain tugu digelar dan sudah keluar pemenangnya. Namun, proses pembangunan tertunda karena pandemi dan baru tahun ini terealisasi. Proses pengerjaannya pun dikebut hanya dalam waktu 120 hari.
Kabarnya, selain akan digunakan sebagai landmark, tugu yang dibangun di atas aset pemkab seluas 728 meter persegi itu juga akan difungsikan sebagai rest area bagi pengendara yang melintas. Posisi landmark ini memang berada tepat di sisi barat jalan nasional.
Tugu Jombang dapat tanggapan negatif dari netizen
Alih-alih mendapat respon positif, Tugu Jombang dapat cibiran dari warga lokal. Bukan tanpa alasan, warga menilai proyek ini terlalu ambisius terlihat dari dana yang digelontorkan mencapai Rp1 miliar. Angka yang tidak sedikit memang, apalagi di tengah kondisi seperti sekarang ini. Ditambah lagi, warga merasa tugu tersebut tidak akan berdampak langsung ke masyarakat.
Saya beri sedikit gambaran rasanya jadi orang Jombang. Di atas kertas, Jombang memang salah satu daerah dengan UMR tertinggi di Jawa Timur. Terdengar manis memang, tapi kenyataannya tidak demikian. Banyak persoalan kesejahteraan di Jombang. Warlok pun masih harus bertarung dengan perantau lain asal luar kota.
Baca halaman selanjutnya: Perlu dikaji …
Perlu dikaji kembali
Urgensi pembangunan tugu ini masih perlu dikaji kembali. Ada banyak hal yang seharusnya bisa dilakukan Pemkab Jombang daripada sekedar membangun tugu perbatasan. Warga lokal menilai, anggaran sebesar itu seharusnya bisa untuk hal lain yang lebih terasa manfaatnya. Misal, dana tersebut bisa dialihkan untuk mengatasi persoalan stunting yang makin mengkhawatirkan. Asal tahu saja, stunting Jombang akhir-akhir ini semakin tinggi. Dinkes Jombang mencatat, di tahun lalu ada sekitar 3.600 balita di Jombang mengalami gejala gizi buruk.
Selain stunting, masih ada persoalan tingginya angka perceraian di Jombang imbas masalah ekonomi. Jika ini tidak direspon serius oleh pemerintah tentu dampaknya akan semakin melebar. Termasuk, anak-anak yang harus berada dilingkungan keluarga yang tidak stabil baik dari sisi ekonomi dan psikologi.
Saya yakin ada banyak daftar persoalan lain yang lebih pantas mendapat kucuran dana senilai Rp1 miliar daripada tugu baru. Persoalan yang layak mendapat lebih banyak perhatian dan kucuran dana untuk menyelesaikannya.
Saya memang bukan orang asli Jombang. Saya orang Kediri, daerah yang tetanggaan dengan Kota Santri. Namun, sebagai warga daerah tetangga, saya ikut ngelus dada melihat kebijakan pemkab Jombang yang seperti nggak paham prioritas. Kok bisa ya, pemerintah menyetujui anggaran itu yang dilihat dari kebermanfaatnya sangatlah kecil sekali
Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Tugu Keris Sumenep, Tugu Aneh Senilai Rp2,5 Miliar yang Dicurigai Warga Lokal.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
