Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Tren Sepeda, Asyik Gowes, Lupa Etika di Ruang Publik, Mending Rebahan Aja

Daffa Prangsi Rakisa Wijaya Kusuma oleh Daffa Prangsi Rakisa Wijaya Kusuma
29 Juni 2020
A A
tren sepeda MOJOK.CO

tren sepeda MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Tren sepeda mengalami eskalasi luar biasa. Toko sepeda ramai dikunjungi pembeli. Entah karena memang ingin beralih media transportasi, olahraga, atau sekedar ikuti tren. Satu hal yang pasti, naik sepeda sedang hype luar biasa.

Saya mengamati setiap kali ke jalan raya. Hampir selalu ada yang menggenjot sepeda menyusuri jalanan kota. Jujur, pemandangan ini sangat nyaman di mata. Mengingatkan saya dengan suasana zaman dulu yang sering saya tonton di film dokumenter.

Selain menyehatkan, tren sepeda juga sangat cocok bagi mahasiswa, seperti saya ini, yang saban hari kerjaannya duduk mengikuti kuliah daring. Kalian bisa baca artikel 4 alasan orang tiba-tiba suka bersepeda ini, untuk mengetahui alasan tren sepeda naik banget belakangan ini.

Meski bersepeda sangat menyenangkan dan menjadi tren, selalu akan ada persoalan yang membuntuti. Eskalasi tren sepeda ini tidak berbanding lurus dengan pemahaman etika bersepeda di ruang publik. Yha, kalau bersepedanya di dalam rumah, silakan saja nggak usah pedulikan etika karena niscaya kalian nggak akan melukai siapa pun. Malah kalian sendiri yang akan terluka karena nabrak tembok.

Kebetulan, karena saya tinggal di Yogyakarta, hampir setiap hari di timeline Twitter selalu ada saja berita kecelakaan pesepeda. Bahkan saya kaget setelah membaca berita bahwa selama Maret hingga Mei 2020 telah terjadi 48 kecelakaan pesepeda di jalanan Yogyakarta. Bahkan empat di antaranya meninggal dunia.

Saya nggak ada maksud menghakimi 48 pesepeda tersebut, ya. Malahan, berdasarkan kasus tersebut, saya menjadi tergugah untuk menelisik persoalan sesungguhnya di tengah tren sepeda ini.

Kembali lagi soal etika bersepeda, saya sangat paham mengenai rasa antusiasme bersepeda ini. Karena saya juga bagian dari tren sepeda ini. Meski saya nggak sampai beli baru, karena nggak sanggup sih, tetapi, selama pandemi ini intensitas saya bersepeda meningkat drastis.

Sehingga, rasanya bisa mendaku kiri cukup berkapasitas untuk mewakili suara pesepeda amatiran yang baru kemarin sore menyentuh aspal berkilo-kilo meter jauhnya. Sejujurnya, tulisan ini lahir karena rasa nggak nyaman. Terutama melihat bagaimana banyak peseda merasa menjadi “penguasa baru jalan raya”. Alasannya? Singkat saja, banyak peseda nggak tertib. Itu saja.

Baca Juga:

Jalur Luna Maya, Rute Terbaik untuk Bersepeda di Kulon Progo

Susahnya Bersepeda di Jogja, Kota Pendidikan yang Harusnya Ramah Sepeda

Silakan amati. Saat kalian melihat pesepeda, khususnya yang rombongan, bagaimana sikap mereka? Kebanyakan yang saya lihat, ada yang memakai dua jalur sambil ngobrol, menerabas lampu merah, bersepeda di trotoar, hingga melawan arus. Saya yang juga gemar bersepeda menjadi sebal melihatnya, apalagi pengguna jalan yang lain.

Persoalan kurang tertibnya pesepeda ini lantaran hanya ingin mengikuti tren, tetapi belum memahami tata krama bersepeda di ruang publik. Masih beranggapan karena bersepeda itu nggak mengeluarkan polusi, sehingga merasa derajatnya di atas para pengguna kendaraan bermotor.

Jika menggunakan pemahaman yang sama, seharusnya pejalan kaki mendapatkan derajat yang paling tinggi. Sehingga jika ada pejalan kaki yang menyeberang tanpa lihat kanan-kiri, seharusnya semua yang sedang melintas harus berhenti sejenak dan salim dong. Tapi nyatanya, enggak juga, kan?

Karena baik itu pejalan kaki, pesepeda, dan pengguna kendaraan lainnya menggunakan ruang publik. Maka tanpa pandang bulu, semuanya harus saling menghormati dan beretika. Lantas etika seperti apa yang dimaksuddi tengah tren sepeda seperti ini?

Etika dasar dalam bersepeda, paling mudah, adalah tertib. Itu saja dulu. Nilai ketertiban erat kaitannya dengan persoalan teknis, misalnya jangan bersepeda di tengah jalan, jangan memakan satu jalur untuk berdua, serta patuhi segala peraturan lalu lintas.

Nilai kemanan akan mengikuti, misalnya, jika sering bersepeda di malam hari, usahakan pasang lampu sebagai penanda, selalu perhatikan jalan raya saat ingin menyebrang, jangan belok sembarangan, dan gunakan perlengkapan keamanan.

Terlihat sederhana, tapi nyatanya masih banyak juga yang enggan melakukannya. Bersepeda ria boleh saja, asal jangan lupa etika. Bukankah percuma, jika kita bersepeda hingga jauh sana, namun membahayakan diri sendiri atau orang lain. Mending rebahan saja.

BACA JUGA Musim Gowes sih Boleh Aja, tapi Jangan Menuh-Menuhin Jalan Juga kali! 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Juni 2020 oleh

Tags: bersepedabromptomsepedasepeda lipattren sepeda
Daffa Prangsi Rakisa Wijaya Kusuma

Daffa Prangsi Rakisa Wijaya Kusuma

Pemerhati isu hukum dan sosial yang suka nonton film dan baca buku.

ArtikelTerkait

Tempat Wisata yang Bisa Dikunjungi sambil Gowes di Bekasi terminal mojok

Tempat Wisata yang Bisa Dikunjungi sambil Gowes di Bekasi

7 Desember 2021
gowes

Musim Gowes sih Boleh Aja, tapi Jangan Menuh-Menuhin Jalan Juga kali!

9 Juni 2020
tren sepeda MOJOK.CO

Sepeda dan Bike to Work Tidak Akan Pernah Menjadi Gaya Hidup di Indonesia

12 Agustus 2020
Kampus Elit, Parkir Sulit tukang parkir liar

Saya Jadi Rajin Jalan Kaki Gara-gara Nggak Mau Lagi Bayar Parkir ke Tukang Parkir yang Sebenarnya Nggak Berjasa Amat

1 Agustus 2023
Bersepeda Itu Olahraga Paling Ribet (Unsplash)

Ada Alasannya Mengapa Bersepeda Itu Menjadi Salah Satu Olahraga Paling Ribet, Kadang Bikin Malas Olahraga

28 Februari 2023
tren bersepeda di tempat wisata sompok imogiri jogja pemandangan sawah hutan mojok.co

Bersepeda di Tempat Wisata Jadi Tren: Berkah yang Jika Tak Diolah, Bisa Jadi Bencana

13 September 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.