Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Tren Hijrah dan Betapa Mengerikannya Komodifikasi Agama

Rohmatul Izad oleh Rohmatul Izad
9 Agustus 2019
A A
tren hijrah

tren hijrah

Share on FacebookShare on Twitter

Sifat bisnis itu dinamis, ia bisa masuk ke lini apa saja tanpa peduli citra, yang penting untung dan semua orang senang. Begitulah bisnis, kepentingan yang terlalu pragmatis membuatnya berhasil memborbardir berbagai aspek kehidupan kita—termasuk membawa-bawa agama ke ranah bisnis.

Tren hijrah yang sekarang ini lumayan populer—khususnya di kalangan artis—juga termasuk ladang bisnis bagi pelaku ekonomi kapital. Para pelaku hijrah pun juga ikut-ikutan dalam mempromosikan produk yang seringkali memanfaatkan agama. Intinya hanya satu, yang penting untung dan semua orang senang. Ketika banyak orang berbondong-bondong untuk berhijrah, kita juga semakin tahu bahwa tren hijrah ini juga bergerak dengan diiringi oleh tren baru dalam budaya pakaian yang kemudian melahirkan komodifikasi baru berbasis syariat.

Misalnya seperti pakaian gamis bagi laki-laki dan perempuan, kerudung yang besar dan menjulang ke bawah bahkan sampai menutupi pantat, dan celana cingkrang di atas mata kaki. Ini semua juga dibarengi dengan gaya diri yang cukup aneh, seperti memanjangkan jenggot dan tampilan rambut yang pendek.

Tidak hanya itu, bahkan pasta gigi pun juga di bawa-bawa ke ranah syariat agama. Saya masih ingat, belum lama ini ada sebuah iklan di berbagai TV swasta yang mengiklankan sebuah produk pasta gigi, dilakoni oleh seorang pelaku hijrah, dan di detik-detik akhir penayangan iklan itu, ada ajakan untuk berhijrah.

Iklan ini paling tidak ingin mengatakan bahwa pasta gigi itu sama sunnahnya dengan kayu siwak yang dipakai untuk membersihkan gigi, sebagaimana dulu juga sering dipraktikkan oleh Nabi. Model qiyas semacam ini boleh jadi logis dan rasional. Tetapi yang bikin aneh, mereka berada dalam kondisi sedang mengiklankan sebuah produk, atas nama syariat, dan akhirnya yang untung besar tetap perusahaan membuat produk itu.

Agama akhirnya terkesan semacam permainan belaka bagi para kapital dan mudah dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi bisnis. Pada titik inilah, tren hijrah bisa menjadi bentuk baru dari model komodifikasi agama yang begitu masif dan produktif, sementara citra Islam justru menjadi jelek dan receh.

Tapi apa boleh buat, para pelaku hijrah ini sudah menganggap gaya-gaya produk pakaian yang dianggap syar’i termasuk nyunnah Nabi dan harus dipelihara sebagai bagian penting dari gaya khas orang-orang Islam. Padahal, kalau kita pahami dengan kepala jernih, ini semua hanya akal-akalan segelintir orang saja, yang tidak mengerti tentang Islam atau malah tidak peduli dengan Islam.

Tren semacam ini jelas bukan khas budaya Indonesia, mereka hanya menyematkan apa-apa yang dianggap “tidak Islami” menjadi sangat Islami. Alasannya cukup sederhana, yakni bertujuan untuk menutup aurat dan hukumnya memang wajib dalam Islam. Pada titik ini, budaya untuk menutup aurat memang bagus dan sangat diajurkan dalam Islam, tetapi bila ini berkaitan dengan pola-pola keberagamaan seseorang yang dibarengi dengan memanfaatkan agama untuk kepentingan ekonomi, akhirnya agama hanya semacam mesin penghasil uang.

Belum lagi soal aliran macam apa yang dianut oleh para pelaku hijrah itu. Apakah mereka sudah benar dalam berhijrah, artinya apakah sudah sesuai dengan manhaj yang dipegang oleh masyarakat muslim Indonesia, yakni ahlussunnah wal jama’ah. Kalau memang sudah sesuai, mengapa mereka seringkali mengalahkan orang lain, seperti halnya praktik-praktik keislaman warga NU yang sering disalahkan.

Mereka semua pada hakikatnya ingin bertaubat dari keadaan sebelumnya yang merasa sangat jauh dari Islam dan sudah terlalu banyak maksiat. Tetapi jangan sampai praktik hijrah ini dianggap, sebagaimana banyak saya saksikan dari para pelakunya, menganggap dirinya seperti orang yang baru pindah agama, yang umumnya memahami bahwa agama sebelumnya memang keliru dan pantas ditolak.

Hemat saja, perkara model aliran yang mereka anut boleh jadi masih bisa kita perdebatkan. Sebab, mereka sendiri kadang tidak mau terbuka dalam hal pemikiran dan praktik keagamaan, yang sulit bagi kelompok lain untuk mengklarifikasi dan melihat apakah corak keberislamannya bertentangan dengan Aswaja atau tidak.

Tapi intinya, tak perlu saling menyalahkan atau mencari-cari kesalahan, jalani saja sesuai dengan hati nurani. Selama orang yang kita anggap berbeda tidak menganggu ketentraman hidup kita, selama itu pula kita memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk terus memupuk toleransi dan penghormatan kepada orang lain.

Tapi satu hal yang perlu diperhatikan, tren “hijrah” ini agaknya membuat sebagian umat Islam resah. Lantaran nalar berpikir mereka yang cenderung menggunakan terminologi oposisi biner, yakni meletakkan segala sesuatu secara saling berhadap-hadapan, seperti hitam-putih, baik-buruk, benar-salah, dan kategori-kategori lain yang umumnya mudah menyimpulkan salah bila tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan.

Saya sendiri tidak mau terjebak pada fanatisme sekterian untuk ikut-ikutan menyalahkan cara mereka mengamalkan Islam, meski saya sendiri menganggapnya agak aneh. Menghormati dan menghargai mereka mungkin jauh lebih baik. Mulailah hidup dengan memahami bahwa perbedaan dan orang yang kita anggap berbeda, memiliki keyakinan yang sama pentingnya sebagaimana kita meyakini sesuatu. (*)

 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2022 oleh

Rekomendasi Fashion Pria Kekinian Spesial 9.9

  • Kaos Polos Oversize - No Void Minds AEZY TPF Oversized Core T-Shirt
  • Kaos Polos Warna Trendy - Common Goods Regular Boxy Orutech T-Shirt Series
  • Celana Panjang Cargo - Malibu Celana Cargo Loose Long Pants Katun Twill Tebal Pria
  • Celana Panjang Chinos - Erigo Chino Pants Sirius Black
  • Jaket Pria Anti Angin - Coop Design Cesta Jaket Motor Parasut dengan Hoodie
View this post on Instagram

A post shared by MOJOK (@mojokdotco)


Tags: muslim indonesiapeluang bisnissyar'isyariatToleransitren hijrah
Rohmatul Izad

Rohmatul Izad

Dosen Filsafat di IAIN Ponorogo.

ArtikelTerkait

Salatiga, Kota Paling Toleran se-Indonesia (unsplash)

Salatiga, Kota Paling Toleran se-Indonesia. Ah, Biasa Saja kata Warganya karena Toleransi Sudah Menjadi DNA di Salatiga!

2 Juni 2025
Benarkah Islam Adalah Agama Paling Benar ketika Banyak Muslim Justru Tidak Terlihat Islam MOJOK.CO

Benarkah Islam Adalah Agama Paling Benar ketika Banyak Muslim Justru Tidak Terlihat Islam?

24 Juli 2020
ahli bid'ah, Tren Hijrah yang Banyak Dipersoalkan Umat

Tren Hijrah yang Banyak Dipersoalkan Umat

17 Desember 2019
Kedai Kopi Sasetan: Modal Cekak, Untungnya Bikin Dompet Membengkak kopi murah

Kedai Kopi Sasetan: Modal Cekak, Untungnya Bikin Dompet Membengkak

20 Agustus 2022
Inilah 3 Suluk Agar Anda Terhindar dari Sikap Diskriminatif terminal mojok.co

Inilah 3 Suluk Agar Anda Terhindar dari Sikap Diskriminatif

20 November 2020
Crosshijaber

Fenomena Crosshijaber: Para Lelaki yang Mengenakan Hijab Syar’i dan Potensi Pelecehan Seksual

15 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Penderitaan Mahasiswa di Kampus Negeri Medioker yang Nggak Diketahui Orang Banyak

5 Penderitaan Mahasiswa di Kampus Negeri Medioker yang Nggak Diketahui Orang Banyak

20 September 2025
Mahasiswa KIP Kuliah Boleh Beli iPhone, Asal Nggak Ketahuan (Unsplash)

Mahasiswa KIP Kuliah Boleh Punya iPhone, Asal Enggak Dipamerin atau Ketahuan Aja!

22 September 2025
Percayalah, Kos Sekamar Berdua Hanya Akan Berujung Membangun Neraka di Kamar

Percayalah, Kos Sekamar Berdua Hanya Akan Berujung Membangun Neraka di Kamar

20 September 2025
Guru Honorer Minggat, Digusur Negara dan Guru P3K (Unsplash)

Ternyata Label Islami Tak Bisa jadi Jaminan: Pengalaman Pahit Jadi Guru Honorer Serasa Jadi Pegawai Serabutan

21 September 2025
Sisi Gelap Kos Karangmalang yang Jadi Andalan Mahasiswa UNY mojok.co

Sisi Gelap Kos Karangmalang yang Jadi Andalan Mahasiswa UNY

20 September 2025
Derita Lulusan Magister yang Kerjanya Full dari Rumah: Sudah Waktunya Mengajak Orang Tua Melek Soal Ragam Jenis Pekerjaan

Derita Lulusan Magister yang Kerjanya Full dari Rumah: Sudah Waktunya Mengajak Orang Tua Melek Soal Ragam Jenis Pekerjaan

21 September 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=WsdEOPcSdBY

DARI MOJOK

  • Penderitaan Naik Bus Dahlia Indah: Terpaksa Tidur Bareng Kambing di Jalur Solo-Kediri
  • Menolak Berbagai Beasiswa PTS demi Kuliah di UB Malang: Dulu Menyesal, Kini Bersyukur Dapat Banyak “Berkah”
  • Derita Jadi WNI: Dipaksa Anti-Pengetahuan dan Tak Boleh Pintar, Suka Baca Buku Dianggap “Ancaman”
  • Merantau di Jogja: Berat Meninggalkan usai Lulus Kuliah, Saat Kembali Lagi Malah Tak Betah karena Tertampar Realita
  • Main Serong di Sinema Indonesia: Mengapa Kamu Menyukai Film Bertema Perselingkuhan?
  • Keluarga Melarat bikin Hidup Pas-pasan Selama Kuliah di ISI Jogja, meski Dapat Beasiswa KIP tapi Hanya Cukup untuk Biaya Nugas

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.