Mempertanyakan Keputusan Trans Jatim yang Merugikan Penumpang dan Tidak Ada Kejelasan

Mempertanyakan Keputusan Trans Jatim yang Merugikan Penumpang dan Menghapus Komentar yang Mengkritiknya Mojok.co

Mempertanyakan Keputusan Trans Jatim yang Merugikan Penumpang dan Menghapus Komentar yang Mengkritiknya (unsplash.com)

Trans Jatim Surabaya-Mojokerto menjadi primadona selama 3 bulan terakhir. Pelayanan menuai pujian karena memudahkan mobilitas masyarakat Surabaya ke Mojokerto, maupun sebaliknya. Apalagi jalur itu dilengkapi dengan halte-halte baru dengan fasilitas lengkap seperti halte di Terminal Bungurasih (Terminal Purabaya). 

Trans Jatim semakin menuai pujian setelah jalur arah Gresik dan Porong ikut dipindahkan ke halte baru itu. Penumpang yang ingin berpindah bus tinggal geser beberapa langkah saja. Sebuah sistem transportasi terintegrasi yang sudah lama didambakan warga Surabaya dan sekitar. 

Inovasi ini membuat banyak orang tertarik dengan Trans Jatim. Bagaimana tidak, hanya dengan membayar Rp5.000, penumpang sudah bisa menikmati halte bus yang nyaman, bus ber-AC, dan jaringan bus yang terintegrasi. 

Halte Medaeng yang berbanding terbalik dengan Halte Bungurasih

Masa-masa indah itu hanya dinikmati penumpang selama tiga bulan saja. Belum lama ini, Trans Jatim mengambil keputusan kontroversial, bus arah Mojokerto tidak bisa lagi masuk Terminal Bungurasih. Gantinya, bus berhenti di Halte Medaeng. 

Warga Surabaya dan sekitarnya pasti sudah tidak asing dengan terminal bayangan Medaeng. Kawasan ini sering diteriakkan namanya oleh kondektur bus supaya penumpang yang nggak mau masuk Terminal Bungurasih bisa turun. Di sana juga sering menjadi tempat ngetem angkot. 

Nah, Halte Medaeng terletak di tikungan dekat pertigaan terminal bayangan Medaeng. Lokasi yang sangat buruk. Dekat tempat parkir truk-truk besar. Belum lagi bau yang amis di belakangnya. Rasanya malas sekali kalau harus menunggu bus di sana. 

Trans Jatim semakin ngawur setelahnya

Seolah tidak puas menyiksa penumpang dengan memindahkan halte ke lokasi yang lebih buruk, koridor 1 yang seharusnya melayani rute ke Bungurasih tidak lagi berhenti di halte ini. Penumpang yang ingin melanjutkan perjalanan ke Bungurasih harus mencari alternatif lain. Pilihannya, bisa naik ojek, angkot, atau jalan kaki.  

Perubahan pola operasi ini tentu membuat penumpang kesal bukan kepalang. Mereka pun menumpahkan kekesalan di akun Instagram Trans Jatim. Bukannya ditanggapi dengan baik, akun Trans Jatim justru menghapus unggahan mengenai perubahan jalur yang menuai kritik netizen. Netizen semakin kesal karena tidak mendapat kejelasan. Mereka kemudian menduga-duga apa yang terjadi hingga berbagai pendapat yang belum pasti kebenaranya beredar.

Menurut saya wajar sih penumpang dan netizen sangat kesal. Sudah lama warga Surabaya dan sekitarnya mendambakan transportasi yang terintegrasi. Ketika sudah tersedia, tiba-tiba layanan itu berubah begitu saja tanpa ada kejelasan. Kalau sikap Trans Jatim terus seperti ini, jangan heran  kalau di kemudian hari layanan mereka ditinggalkan. Ya siapa sih warga yang mau menggunakan jasa yang layanannya tidak memuaskan dan antikritik? 

Penulis: Mohammad Ihrom Zain
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Naik Transportasi Umum di Surabaya Adalah Simbol Kemiskinan, tapi Saya Tidak Malu Menggunakannya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version