Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Tradisi Unik Perihal Makam di Wakatobi

Taufik oleh Taufik
21 November 2020
A A
Tradisi Unik Perihal Makam di Wakatobi terminal mojok.co

Tradisi Unik Perihal Makam di Wakatobi terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai sebuah entitas yang menandakan makhluk yang bernama manusia pernah hidup di muka bumi, makam menjadi sesuatu yang wajib saat manusia mati. Paling nggak untuk mereka yang memiliki kepercayaan bahwa manusia yang meninggal harus dimakamkan.

Tradisi pemakaman sendiri berangkat sejak beribu tahun yang lalu. Yang paling melekat di kepala umat Islam adalah proses pemakaman pertama kali yang dilakukan Qabil kepada saudaranya Habil setelah sebelumnya ia juga melakukan pembunuhan paling perdana dalam sejarah umat manusia.

Bicara peradaban umat Islam normal, di Wakatobi juga mengenal yang namanya makam dan pemakaman. Ratusan tahun yang lalu, sejak manusia mendiami kepulauan Wakatobi, orang-orang dimakamkan. Walau beberapa dari cerita tutur menyebut akar budaya masyarakat Wakatobi berangkat dari tradisi hinduisme yang membakar mayat dan dinamisme yang menyimpan mayat.

Dari tradisi makam memakamkan ini ada beberapa hal unik yang saya lihat hanya terjadi di Wakatobi. Berikut ini contohnya.

Tradisi #1 Makam tersebar di mana-mana

Pada suatu waktu, om saya yang berkunjung ke Surabaya menemukan fakta bahwa masyarakat Surabaya, dan umumnya masyarakat Jawa memiliki kebiasaan mengumpulkan semua makam di satu lokasi yang telah disepakati bersama. Ekspresi heran muncul di wajah om saya. Sebagai seorang pamong desa, beliau tidak yakin apa yang dilakukan orang Jawa dengan mengumpulkan orang meninggal di satu makam umum dapat diterapkan di kampung saya.

Potret yang lazim terjadi di Wakatobi, terutama di kampung saya, makam tersebar di mana-mana dan tidak terpusat di satu tempat. Biasanya tetap ada satu lokasi sebagai lokasi makam umum. Namun, orang-orang dengan latar belakang tidak terlalu susah atau paling tidak memiliki sebidang tanah sendiri (biasanya keluarga besar) akan mengumpulkan keluarganya (yang sudah meninggal) di suatu tempat (tanah keluarga). Entah karena keinginan untuk soliter dan tidak mau membaur, pilihan untuk memakamkan si fulan di makam keluarga besar selalu bisa diakomodasi.

Ada anekdot lucu dari om saya yang berkunjung ke Surabaya dan menyaksikan beda tradisi pemakaman antara Surabaya dan Wakatobi itu. “Makanya orang-orang Jawa itu hantunya pocongan semua, lha wong makamnya di satu tempat. Misal si fulan pengin jadi hantu, hanya ada pocong untuk ditiru.”

Tradisi #2 Nisan terbuat dari batu stalaktit atau stalakmit

Di Wakatobi, tradisinya orang yang meninggal akan disediakan sebuah nisan terbuat dari papan kayu atau kayu balok kecil. Cukup sebagai penanda bahwa itu adalah makam (baru). Walau sebenarnya gundukan tanah di makam juga sedikit banyak menjelaskan hal tersebut.

Baca Juga:

Sisi Lain Juru Kunci Makam di Kuncen Wirobrajan Jogja yang Tak Diketahui Banyak Orang

Makam Wali Songo Terlalu Banyak Kotak Amal, Merusak Kesakralan Tempat Ziarah

Masyarakat pada umumnya menganut tradisi tahlilan 3 hari (pasca meninggal), 7 hari, dan 100 hari. Nah, pada acara 100 harian biasanya akan diikuti dengan pergantian nisan kayu yang ditancapkan pada hari H pemakaman. Dahulu, sebelum era beton menyerang, nisan pengganti kayu akan menggunakan batu stalaktit atau stalakmit yang diperoleh dengan menambang dari dalam gua. Bahkan di makam keluarga kami yang sudah berisi sekira 8 atau 9 penghuni tetap, hampir seluruh nisannya menggunakan batu stalaktit atau stalakmit.

Tidak terlalu banyak teori yang berkembang perihal nisan batu stalaktit atau stalakmit ini. Paling banter yang bisa kita teorikan adalah batu lebih masuk akal untuk dijadikan nisan dibandingkan beton yang pada zaman itu masih sebatas angan-angan. Sementara nisan kayu? Orang-orang Wakatobi bukan tipe manusia yang suka mengganti sesuatu yang sakral. Nisan salah satunya. Bahkan dipercaya bahwa nisan hanya boleh diganti sekali seumur mati. Ya itu, pas tahlilan 100 hari pasca dimakamkannya si fulan.

Tradisi #3 Mempercantik makam

Kegiatan membersihkan makam dari rumput dan dedaunan biasanya hanya terjadi sekali setahun atau dua kali setahun ketika orang-orang berziarah ke makam sanak famili dan keluarga menjelang puasa atau saat lebaran.

Nah, bagian mempercantik makam yang dalam tradisi masyarakat lainnya di hanya diperuntukkan bagi para priayi, tidak terjadi di peradaban Wakatobi. Di sana, bagi siapa saja yang punya uang untuk membeli material (pasir, batu, dan ubin), boleh banget untuk mempercantik makamnya, sanak familinya, atau bahkan siapa saja kalau misal ia kaya raya.. Istilahnya, ini makam hanya sekali dalam kehidupan. Ini juga peristirahatan terakhir bagi si fulan. Sangat berbakti sekali jika seorang anak bisa mempercantik tempat peristirahatan terakhir orang tuanya. Sangat terlihat kasih sayangnya bagi orang tua jika makam anaknya menjadi sangat apik setelah dipercantik. Pokoknya semua serba baik kalau sudah bicara mempercantik makam.

BACA JUGA Alasan Makam di Kampung Saya Tidak Bisa Menerima Jenazah dari Luar Kampung dan tulisan Taufik lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 19 November 2020 oleh

Tags: makamWakatobi
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

bahasa di wakatobi pelestarian lingkungan sepak bola bajo club wakatobi poasa-asa pohamba-hamba mojok

Lapangan Sepak Bola Tomia yang Buruk Adalah Berkah

18 Desember 2020
Pentingnya Tabungan Kematian agar Jenazah Anda Tidak Terlunta-Lunta makam

Lahan Makam Makin Langka dan Susah Didapat, Sudah Saatnya Kita Belajar Ilmu Meninggal Tanpa Jasad

14 Maret 2023
KKN di Luar Jawa Tidak Melulu ke Wakatobi dan Raja Ampat, Indonesia Itu Luas, Bolo!

KKN di Luar Jawa Tidak Melulu ke Wakatobi dan Raja Ampat, Indonesia Itu Luas, Bolo!

5 Januari 2024
Clubhouse Adalah Aplikasi Penunjuk Kelas Ekonomi Masyarakat terminal mojok.co

Di Wakatobi, Hape Mito Paling Berjaya karena Punya Fitur yang Paling Dibutuhkan

19 November 2020
Bukit Sindulang, Ikon Kota Manado yang Berdiri di Atas Lahan Makam

Bukit Sindulang, Ikon Kota Manado yang Berdiri di Atas Lahan Makam

6 April 2023
5 Hal Aneh tentang Wakatobi yang Harus Kamu Ketahui Terminal mojok.co

5 Hal Aneh tentang Wakatobi yang Harus Kamu Ketahui

26 Januari 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.