Waktu membaca hasil survei terbaru lembaga pemasaran MarkPlus tentang peran e-commerce mendukung merek lokal selama pandemi, saya langsung terpikir data ini perlu dibaca, terutama, oleh para UMKM lokal. Wahai para UMKM, camkan dua hukum bisnis online saat pandemi ini. Pertama, wajib hukumnya berjualan di marketplace biar lebih banyak menjangkau pelanggan. Kedua, dahulukan untuk memajang daganganmu di Tokopedia.
Lah, Tokopedia banget nih? Iya, guys. Soalnya survei ini menyebut bahwa pencarian produk UMKM lokal meningkat selama pandemi, dan Tokopedia jadi marketplace yang top of mind bagi konsumen ketika mencari produk dalam negeri.
“Dari hasil survei ini, diungkap bahwasanya 51 persen responden memilih Tokopedia sebagai e-commerce yang paling diminati untuk membeli produk lokal, diikuti Shopee (40,8 persen), Lazada (4 persen), Bukalapak (3,4 persen), JD.ID (0,4 persen), dan Blibli (0,4 persen),” papar Rhesa Dwi Prabowo, Head of High-Tech, Property & Consumer Goods MarkPlus, Inc, yang saya baca.
Rhesa juga mengatakan, Tokopedia menjadi jujukan pertama ke-51 persen responden itu karena dua alasan. Kesatu, karena website dan aplikasinya menyediakan kategori yang didedikasikan khusus untuk toko UMKM lokal. Kedua, karena Tokopedia banyak mempromosikan produk lokal dalam setiap kampanye yang dijalankan.
Saya bukan peserta survei MarkPlus tersebut, yang menjaring 500 responden laki-laki dan perempuan berusia 18-44 tahun dari berbagai kota di Indonesia. Tapi, saya tetap relate sih sama hasilnya.
Kenapa saya lari ke si hijau ini? Jawaban saya cukup berbeda dengan peserta survei MarkPlus lainnya. Saya terbiasa membeli barang seperti tas, sepatu, dan alat makan di Tokopedia karena pasti total belanjanya lumayan. Nah, yang sering pakai Toped pasti tahu, TokoPoints (yang sekarang berubah nama jadi “GoPay Coins”) tuh kan kalau dikumpulin sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Hehehe.
Alasan yang sama juga saat saya hendak membeli produk elektronik tapi malas datang langsung ke toko. Tak lain dan tak bukan karena GoPay Coins laaah. Dan seakan sudah diatur oleh desainer UX-nya, lama-lama saya jadi merasa nyaman dengan simpelnya aplikasi marketplace satu ini.
Di luar belanjaan-belanjaan besar itu, baru saya mengecek Shopee atau Blibli. Biasanya untuk mencari barang yang belum cukup terkenal mereknya. Kayak terakhir kemarin, saya membeli pumice stone di Shopee akibat kemakan postingan teman.
Berbekal afirmasi dari pengalaman pribadi, makanya saya merasa survei baru ini perlu diketahui pengusaha UMKM lokal. Dari survei ini juga mengungkapkan data tambahan tentang produk favorit lokal yang diminati konsumen saat pandemi, yaitu: (1) fesyen, (2) makanan dan minuman, (3) produk rumah tangga, (4) mainan dan hobi, sama (5) produk ibu dan bayi.
Khusus untuk produk fesyen lokal, menurut berita yang saya baca, pandemi memang membantu sekali segmen bisnis ini. Ayu Purnamasari, pemilik merek Dakara Indonesia, sampai bilang, pandemi membuat semua toko offline-nya tutup sampai-sampai pendapatan nol. Baru setelah ia membuka toko di marketplace, penjualan kembali lancar.
Sayangnya, walau udah disebut bahwa minat kepada produk lokal meningkat selama pandemi, MarkPlus juga nemuin bahwa hanya 18 persen UMKM lokal yang udah jualan di platform digital. Padahal konsumen Indonesia makin pede memakai produk dalam negeri. Kenapa bisa gini ya? Apa karena emang belum pada kepikiran jualan di marketplace? Atau karena parno bakal masuk @txtdarionlshop?
Saya coba merenungkan kembali, kenapa saya selalu kepikiran Tokopedia saat mencari produk lokal, terutama baju, tas, dan sepatu. Setelah muter otak, kayaknya jawabannya ada pada kategori khusus “Fashion Lokal” di Tokopedia. Ketika pencarian saya spesifik pada produk-produk fesyen, eh di Toped malah disediain khusus “Fashion Lokal”.
Kalau kata Ignatius Untung, Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia, penyebabnya juga datang dari ciri khas Tokopedia yang hanya untuk penjual di Indonesia, tanpa memberi ruang untuk produk yang seller-nya ada di luar negeri. Bisaaa, Pak Untung. Tapi jangan lupa juga soal GoPay Coins. #masihbersikukuh
Bagaimanapun, manakala faktanya UMKM lokal punya pasar potensial di marketplace, rasanya sayang sekali bila tak dimanfaatkan. Kalau dagangan tetangga satu negara sendiri laris, tentu kita-kita yang tukang beli ini ikut senang. Semoga deh data di atas dibaca banyak pengusaha UMKM lokal yang masih belum go online.
Sambil menunggu angka 18 persen itu naik jadi di atas 50 persen, saya jadi mau nanya deh. Yang bener nyingkatnya Toped atau Tokped sih?