Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Tilik adalah Contoh Bagaimana Orang Kota Masih Gagap dalam Melihat Desa

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
22 Agustus 2020
A A
Opini Julia Suryakusuma terhadap Film ‘Tilik’ Berbau Kolonialisme Gaya Baru feminisme terminal mojok.co

Opini Julia Suryakusuma terhadap Film ‘Tilik’ Berbau Kolonialisme Gaya Baru feminisme terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Film pendek Tilik beberapa hari ini sedang trending. Saya tak ketinggalan untuk mengikutinya. Tapi di sini, saya tidak sedang membicarakan film tersebut, entah secara cerita atau tingkah nggatheli Bu Tejo. Saya akan membicarakan tentang nyinyiran orang kota terhadap film ini dan kenapa sebaiknya mereka tutup mulut mereka rapat-rapat.

Begini. Saat saya sedang berselancar di Twitter, saya menemukan komentar njijiki nan ndakik-ndakik atas film Tilik. Katanya, film tersebut tidak memberi pesan moral, dan menggambarkan perempuan Jawa yang salah. Perempuan Jawa katanya tangguh, dan tidak sebodoh yang film tunjukkan. Saat saya cek akun tersebut, asal pemilik akun tersebut adalah kota paling besar di Indonesia.

pic.twitter.com/Mv76GiMQk7

— Rory Asyari (@RoryAsyari) August 21, 2020

Opini yang bagus, orang kota. Sekarang kembali jilat hutan beton yang megah di kotamu.

Saya yakin film Tilik bukanlah berusaha menggambarkan kebodohan orang desa. Andaikan memang kalian menganggap Bu Tejo dan kawan-kawan itu gagap dalam menanggapi perkembangan internet, kalian nggak bisa nyalahin mereka. Saya sendiri justru punya anggapan. Bu Tejo dan kawan-kawan itu adalah contoh nyata kesenjangan sosial yang nyata. Hal itu, tidak lain dan tidak bukan, adalah salah negara.

Tilik hanyalah berusaha menggambarkan realitas yang terjadi tanpa memberikan stigmatisasi apa-apa. Orang rasan-rasan itu nggak melulu ibu-ibu. Intelektual macam mahasiswa pun suka nggosip. Reaksi orang nonton Tilik itu normalnya ya merasa dekat karena inilah realitas sosial yang ada.

Beranggapan bahwa Tilik tidak memberi pesan moral dan edukatif adalah hal terbodoh yang bisa kalian pikirkan. Lha wong jelas-jelas filmnya memberikan pesan jangan rasan-rasan, jangan fitnah, jangan melanggar aturan, ha kok bisa dibilang nggak edukatif? Ini malah ngomongin penggambaran orang desa yang suka nggosip ya. Plis banget nih, orang Indo di Kasihan sama orang Indo yang di Marseille sana kalau kumpul ya nggosip.

Lalu bilang “perempuan desa di Jawa yang tangguh, berbobot, dan pinter buanyak” itu buat apa? Buat menegasi kalau selama ini perempuan di Jawa dianggap bodoh dan malas? Kira-kira yang bilang kayak gitu siapa awalnya?

Baca Juga:

Orang Malang dan Bojonegoro Salah Paham karena 4 Kata Lucu Ini

10 Film Pendek Indonesia yang Bisa Ditonton di YouTube

Begini aja deh, kira-kira kata “jamet” itu muncul dari siapa? Orang mana sih yang beranggapan kalau orang Jawa=kuli? Papua itu isinya orang-orang kasar, kira-kira orang mana?

Saya pikir, orang-orang desa nggak akan punya anggapan para Uchiha Madura itu jamet. Pol pentok mereka akan muni “rambutmu lho aneh-aneh koyo wong ra aturan”. Orang desa nggak akan kepikiran orang Madura rambutnya kayak gitu semua. Justru yang memberi istilah nggak jelas itu orang-orang kota. Ya gitu kalau otak tiap hari menghirup asap knalpot. Jengkel tenan aku iki, ndiamput.

Orang-orang kota sekan-akan berusaha mendikte bagaimana orang desa seharusnya bersikap. Orang desa harus lemah gemulai, santun, dan nggah-nggih. Kalian, orang-orang kota, seolah-olah adalah pahlawan yang akan membawa cahaya cerah untuk desa. Kalau nggak terima, silahkan lihat anak-anak KKN. Betapa ndakiknya omongan mereka ketika membuat program, tanpa paham bagaimana kultur desa itu seperti apa.

Perkara moral saja harus Jakarta-sentris, nggak paham lagi saya.

Sudah, nikmati saja film Tilik ini. Nonton aja nggak usah banyak berharap apa-apa macam nilai edukatif dan moral. Apalagi kalian malah menganggap orang desa harus dianggap begini begitu gegara nonton film tersebut. I mean, can you just fucking sit and watch?

Terutama bagi orang-orang kota yang berpendapat orang desa yang harus begini begitu. Sudahlah, kalian diam dan nikmati saja kejemuan kotamu. Rasa kesal terhadap kehidupan kotamu nggak usah dilimpahkan ke orang desa. Biarkanlah orang desa rasan-rasan, numpak truk waktu mau jenguk, dan ngrumpi. Itu bukan urusanmu dan nggak akan pernah jadi urusanmu.

BACA JUGA Hanya untuk Dua Pertandingan Ini Saja, Real Madrid Jangan Ikut-ikutan Arsenal dan artikel Rizky Prasetya yang lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Agustus 2020 oleh

Tags: bu tejotilik
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Founder Kelas Menulis Bahagia. Penulis di Como Indonesia.

ArtikelTerkait

10 Film Pendek Indonesia yang Bisa Ditonton di YouTube terminal mojok.co

10 Film Pendek Indonesia yang Bisa Ditonton di YouTube

6 November 2021
Opini Julia Suryakusuma terhadap Film ‘Tilik’ Berbau Kolonialisme Gaya Baru feminisme terminal mojok.co

5 Kendaraan yang Biasanya Digunakan untuk Tilik selain Truk Gabah

24 Agustus 2020
Opini Julia Suryakusuma terhadap Film ‘Tilik’ Berbau Kolonialisme Gaya Baru feminisme terminal mojok.co

Napak Tilas Rute Perjalanan Bu Tejo dan Kolega: Dari Dlingo Sampai PKU Gamping

21 Agustus 2020
Orang Malang dan Bojonegoro. (Unsplash.com)

Orang Malang dan Bojonegoro Salah Paham karena 4 Kata Lucu Ini

30 Juni 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.