Tiga Tahapan Kegilaan Para Bibliomania – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Featured

Tiga Tahapan Kegilaan Para Bibliomania

Rian Andini oleh Rian Andini
14 November 2019
0
A A
Tiga Tahapan Kegilaan Para Bibliomania
Share on FacebookShare on Twitter

Terlepas dari judul artikel yang sedikit berlebihan, tapi sepertinya tetap gagal untuk memberikan dampak clikcbait, saya agaknya merasa senang bahwa ternyata candu pada buku juga bisa membuat dampak buruk. Oleh karena itu, imbauan untuk membaca buku mungkin tidak usah terlalu digencarkan. Supaya nantinya generasi penerus kita tak usah merasakan penderitaan dari cinta yang berlebihan. Biarlah kita saja yang merasakan masa-masa muda yang penuh lika-liku cinta yang tak terbalas. Eaaa~

Walaupun jelas tidak terbukti kevalidannya, saya merumuskan tiga tahapan kegilaan para pecinta buku berdasarkan pengalaman sendiri. Walaupun sekali lagi, saya juga sebenarnya nggak suka-suka amat sama buku. Bisa dibilang hanya cinta yang standar, standar nasional Indonesia. 

Tahap Pertama: Pamer Soal Kuantitas

Saya malu juga kalau menulis soal kegilaan terhadap buku. Soalnya sedikit banyak, saya menyadari bahwa diri saya termasuk orang yang suka pamer menggunakan buku. Bisa dilihat di akun Instagram saya, postingannya semua menyangkut soal buku.

Bukannya sok gila sih, apalagi sok pintar. Tetapi, karena saya nggak punya muka cakep aja. Karena saya juga nggak punya uang buat pamer travelling di depan menara Pisa. Alhasil, buku menjadi satu-satunya media yang murah meriah untuk dipamerkan.


Kecanduan buku ternyata memiliki istilah kejiwaan sendiri yang disebut tsundoku. Istilah ini cukup terkenal di Jepang sejak tahun 90-an. Istilah ini tepatnya menggambarkan seseorang yang suka membeli buku hingga menumpuk sampai tak terbaca.

Bahkan, ada novel fiksi yang menceritakan tentang kegilaan para pecinta buku. Kisah ini diawali dengan kasus pembunuhan yang ujung-ujungnya akan mengajak Anda menguak kegilaan tokoh bernama Brauer yang sangat cinta sampai tingkat gila terhadap buku.

Rumahnya dipenuhi buku hingga ke kamar mandi. Demi menjaga buku di kamar mandi tetap awet, ia rela mandi air dingin terus-menerus bahkan saat musim dingin. Ia juga memberikan mobil pada tetangganya, agar ia bisa mengisi garasinya dengan buku-buku. Kalau gini caranya, saya juga mau jadi tetangga Brauer. Ada yang tahu apa judul novel ini? (Pertanyaan ala-ala giveaway)

Meski nggak sampai segila ini, kita semua mungkin pernah melakukannya dengan porsi yang lebih kecil. Misalnya saja tergila-gila dengan pameran buku “Serigala Besar yang Jahat”.

Tahap Kedua: Pamer Soal Kualitas

Pamer buku dalam jumlah banyak hanyalah tahapan awal kegilaan jenis ini. Pada tahap selanjutnya, ketika Anda sudah dinobatkan sebagai bibliomania, Anda siap untuk naik kelas ke tahapan kegilaan lainnya yaitu pamer membaca buku yang susah dan berat.

Sebuat saja nama Pramoedya Ananta Toer atau Eka Kurniawan yang hampir selalu dipuja oleh para penggila buku. Saya juga sempat tergerak untuk membaca buku beliau-beliau ini karena nggak mau ditinggal oleh euforia sastra yang sedang melanda kawula muda. Tetapi gagal.

Soal pamer kualitas, pernah ada kejadian yang cukup menarik di antara para pembaca buku di media sosial. Kejadian ini cukup menggemparkan juga, loh. 

Awal tahun 2019 lalu, ada seseorang mengunggah kalimat bahwa Tere Liye adalah sosok yang nggak bisa disandingkan dengan Pramoedya Ananta Toer. Serentak The Liyers (julukan fans Tere Liye), bergerak dan angkat suara menentang pendapat tersebut.

Yah, sebagai mantan penggemar Tere Liye yang sudah hijrah ke Ahmad Tohari, saya cuma bisa bungkam. Mau membela Tere Liye, takut kena buli para pecinta sastra. Mau bela Pramoedya, tapi saya nggak pernah baca bukunya. Kan malu kalau ketahuan bahwa saya pecinta sastra kelas KW.

Tapi, yang perlu saya tekankan bahwasannya Tere Liye memang nggak bisa dibandingkan dengan Pramoedya. Wong mereka jelas berada di ranah yang berbeda. 

Saya merasa bahwa hal ini sama saja dengan membandingkan majalah Bobo dengan majalah Tempo. Apakah di antara kedua majalah ini lebih baik dari yang lain? Tentu saja jawabannya akan sangat subjektif, tergantung dari selera serta usia.

Anak kecil setara SMP, tentu saja tidak bisa dipaksakan untuk bisa memahami novel Bilangan Fu karya Ayu Utami. Menurut saya perdebatan seperti ini tidak akan ada ujungnya. Sama saja seperti menanti kepastian dari gebetan yang tidak pernah lelah menggantung perasaan. 

Tahapan Ketiga: Pamer Soal Bahasa Inggris

Buat orang Indonesia, bahasa Inggris adalah salah satu faktor kekerenan. Sehingga sudah pasti membaca buku bahasa Inggris menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, termasuk buat saya.  Walaupun nggak paham-paham amat sama isinya, yang paling penting adalah foto dan upload di Instagram. Meski, ujung-ujungnya saya menyerah di pertengahan buku.

Nggak semua orang sesuai dengan yang saya tulis di atas kok. Lagipula, jika iya sekalipun, pamer adalah hal lumrah yang merupakan kebutuhan dasar manusia.


Satu pesan lagi buat para bibliomania yang masih melajang dan sering menghabiskan uang berjuta-juta di pameran buku “Serigala Jahat”. Nggak apa-apa kok menghamburkan banyak uang kalau memang untuk barang yang berguna. Tetapi, kalau hanya untuk sekadar foto dan mengharapkan komentar dari orang lain rasanya kok sayang betul. 

Ada begitu banyak biaya tak terduga seiring jalannya waktu. Inflasi, suku bunga KPR, sampai biaya katering pernikahan akan terus menanjak tak peduli siapa presiden yang memimpin Indonesia. Kalau sudah begini, sebaiknya jadi bibliomania saja selamanya, berteman buku di malam Minggu.

BACA JUGA Bookstagrammer, Selebgramnya Pencinta Buku atau tulisan Rian Andini lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 November 2019 oleh

Tags: bibliomaniabookshamingkoleksi bukupecinta buku
Rian Andini

Rian Andini

Artikel Lainnya

5 Aturan yang Perlu Kamu Perhatikan Sebelum Mulai Mengoleksi Manga terminal mojok

5 Aturan yang Perlu Kamu Perhatikan Sebelum Mulai Koleksi Manga

18 September 2021
Cara Mengikhlaskan Buku yang Telah Dimaling Orang-orang Laknat mojok.co/terminal

Cara Mengikhlaskan Buku yang Telah Dimaling Orang-orang Laknat

9 Maret 2021
Buku RPUL Adalah Google Zaman Old yang Dirindukan terminal mojok.co

Menebak Pikiran Orang yang Suka Nyolong Buku Perpustakaan

22 November 2020
Pos Selanjutnya
Mengarang Cerita Hidup Bohongan Saat Diajak Ngobrol Orang Tak Dikenal

Mengarang Cerita Hidup Bohongan Saat Diajak Ngobrol Orang Tak Dikenal

Terpopuler Sepekan

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

6 Mei 2022
3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

14 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
Fitur Canggih pada Mobil yang Sebenarnya Nirfaedah Terminal Mojok

Fitur Canggih pada Mobil yang Nirfaedah

14 Mei 2022
Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

5 Mei 2022
Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

11 Mei 2022
Tiga Tahapan Kegilaan Para Bibliomania

Tiga Tahapan Kegilaan Para Bibliomania

14 November 2019

Dari MOJOK

  • Dubes Palestina: Perjuangan Melawan Israel Dilanjutkan Anak-anak Muda
    by Arif Hernawan on 17 Mei 2022
  • Piala Dunia, Ketakutan Romo Sindhu di Usianya yang ke-70
    by Yvesta Ayu on 17 Mei 2022
  • D.N. Aidit dalam Semesta Literasi dan Indonesia Kini
    by Redaksi Mojok on 16 Mei 2022
  • Di Balik Kemudi Bus Eka ‘Belahan Jiwa’, Teman Para Pejuang Rupiah
    by Deddy Perdana Bakti on 16 Mei 2022
  • Higgs Domino dan Parlay Bola Memang Seksi, Membuatku Berani Bilang Persetan kepada Trading, Kripto, dan NFT
    by Thariq Munthaha on 16 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=H_-ObSbVslU

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In