Indonesia baru saja mengalami kedukaan mendalam. Bahkan hingga kini, rasa kedukaan itu belum pergi dari setiap ruang hati masyarakat Indonesia. Pasalnya mantan ibu negara sekaligus istri presiden ke-6 RI Sosilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ani Yudhoyono atau yang akrab kita sapa Ibu Ani baru saja dipanggil Sang Pemilik Kehidupan itu sendiri.
Di mata saya, bahkan publik Ibu Ani adalah tokoh perempuan yang hebat dan patut diteladani. Paling tidak ada 3 hal yang membuat dia layak disebut perempuan hebat.
Pertama, sebagai istri yang setia. Ketika kebanyakan orang atau keluarga melakukan perceraian dengan begitu gampangnya-justru Ibu Ani sebaliknya memberikan pelajaran yang sesungguhnya tentang hakikat hidup berkeluarga itu sendiri.
Baginya, kesetiaan itu begitu berharga untuk dijaga. Sebagai istri, Ibu Ani mampu memposisikan dirinya sebagai partner cinta yang utuh hingga akhir hidupnya di dunia ini. Kalau dalam dunia artis atau sebagian istri pejabat negara-ngomong kesetiaan ibarat mencari emas dalam lumpur— karena yang ada biasanya justru kawin-cerai.
Acara kawin-cerai pun dipamerkan bahkan mengehobohkan sedunia maya maupun nyata. Lalu, kawin-cerai juga selalu menjadi opsi primadona ketika tantangan menghampiri hidup mereka—benar kan, Mbak Depe dan Mbak Titiek Soeharto?
Kedua, Ibu negara yang memiliki hati yang totalitas. Jauh lebih dalam dari sekadar seorang istri, Ibu Ani sungguh berani meleburkan dirinya untuk kepentingan umum. Ia juga merupakan dapur dan keran demokrasi yang banyak melahirkan konsep dan paraktisi seputar pemberdayaan perempuan pada khsususnya dan menyejahterahkan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Tak heran, jika banyak penghargaan pun diraihnya. Mau tau berapa banyak penghargaan yang diterimanya? Biar jadi Pekerjaan Rumah (PR) aja bagi para pembaca ya—dan ribuan media online akan menjawabi pencarian cinta dan para mantan yang tak setia itu.
Hitung-hitung biar para generasi kita mulai melek literasi dan tahu bagaimana seharusnya membuat pernyataan yang benar tentang orang yang sudah meninggal itu seharusnya seperti apa.
Oh, Tuhan hidup ini sungguh sadis. Yang sudah meninggal pun, kita masih amat lancang berbicara politik atas namanya. Politik dari yang katanya seni berubah menjadi sopi Flores yang keras itu dan bikin mabuk kepayang semua orang—bukankah begitu, Bapak Parabowo?
Ketiga, setia melayani Tuhan hinggga keabadian. Pada titik ini, hemat saya Ibu Ani sungguh menghayati hidup berdasarkan refleksi yang selalu melibatkan Tuhan dalam setiap suka duka perjuangan hidupnya.
Penghayatan yang sungguh terhadap nilai-nilai keagamaan yang di anutinya, telah menghantar hatinya untuk selalu simpati dan empati terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesetiaan itu pun diwujud nyatakan baik dalam tutur maupun tindak. Keterpanggilan hidupnya sebagai ciptaan Tuhan dan melayani Tuhan lewat keterpecahan dirinya secara sosial pun menjadi total hingga napas terakhir.
Jadi yang secara teori ngomongin agama pinter-pinter. Berkotbahnya ibarat embun yang menyegarkan tanah yang gersang. Namun kalau nengok tingkah lakunya, tukang provokator dan tukang-tukang negatif lainnya, sebaiknya Anda stop menamakan diri tokoh agama dan spritual. Soal ini tanyakan saja pada Lord Habib Rizieq Shihab.
Di lain pihak, sesungguhnya bahwa berbuat baik bukan karena kita beragama atau tidak tetapi lebih daripada itu, karena kita sebagai makhluk sosial diciptakan dan hidup untuk itu.
Yang mau belajar tentang ajaran agama yang bukan keyakinanya pun, itu hal biasa bahkan di anjurkan. Biar hidup kita menjadi indah ditengah keberagaman. Dan setiap keberagaman agama juga, tujuanya cuman satu yakni menghantar manusia pada nilai-nilai kebajikan pada satu Sang Pencipta.
Jadi kalau sedang mau jadi mualaf segala, tak perlu nyinyir hingga gaduh dumay gitu lho. Mau tahu tentang pelajaran agama-disilakan daftar untuk jadi bintang tamu pada acara Hitam-Putih yang dipandu oleh mentalis Indonesia, Deddy Corbuzier. Ehemmm!
Biar kegaduhan yang tak berfaedah itu, tidak mengusai semakin banyak hati yang sudah miliki kesetiaan, maka segeralah belajarlah pada 3 kesetiaan yang sudah diteladani oleh ibu Ani semasa hidupnya itu.
Ibu negara, selamat jalan. Selamat berbahagia dan selamat merayakan Hari Raya Idulfitri bersama para kudus di Surga*