Lagi rame soal kemunculan Keraton Agung Sejagat ya? Trending satu Twitter, Jon, siapa yang nggak tahu coba. Tapi ya sudah, mbok ya tidak usah terlalu kaget begitu. Apalagi sampai keluar ungkapan-ungkapan semisal separatis, subversif, makar, aliran sesat, bida’ah, dan kawan-kawannya. Lebih-lebih kalau kita ngatain Keraton Agung Sejagat adalah sekumpulan orang-orang gila. Come on, Men. Kata Bu Susi Pudjiastuti negara ini emang butuh banget “orang-orang gila”.
Jadi media sosial kita sedang dihebohkan dengan deklarasi sebuah kerajaan yang secara administrasi-geografis tercatat sebagai bagian dari Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purowrejo, Jawa Tengah. Weeehhh Pak Ganjar punya pesaing nih heuheuheu. Keraton Agung Sejagat (KAS) dipimpin oleh seorang raja bernama Totok Santosa Hadiningrat yang bergelar Sinuhun Agung Sejagat dan sang istri sendiri Dyah Gitarja yang bergelar Kanjeng Ratu.
Itu sekilas info dari saya, kalau mau tahu detail beritanya cobalah cek media-media lainnya. Jangan males baca. Oke, Luuur?
Katanya sih ya, Keraton Agung Sejagat ini didirikan atas dasar berakhirnya perjanjian antara Dyah Ranawijaya dari Majapahit dengan Portugis sebagai wakil Barat 500 tahun yang lalu terhitung sejak 1518 M-2018 M. Dengan berakhirnya perjanjian tersebut, maka berakhir pula dominasi imperialsime Barat atas dunia. Dalam konteks ini yang dimaksud adalah kedigdayaan AS pasca Perang Dunia II dalam percaturan global mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela, harus diakhiri. Kapokmu kapan kowe Trump wqwqwq.
Kok bisa begitu? Bisa-bisa saja dong, Buosss. Joyodiningrat selaku penasehat Keraton menuturkan bahwa hak controlling atas dunia harus dikembalikan kepada pemilik kekuasaan yang sah, yakni Keraton Agung Sejagat. Atau singkat kata, Keraton Agung Sejagat mengklaim diri sebagai penerus Kerajaan Majapahit dengan visi menciptakan kesejahtaraan di seluruh dunia. Dan mereka tidak main-main loh soal ini. Pihak Keraton mengonfirmasi bahwa mereka sudah berafiliasi dengan banyak elemen dari Eropa untuk mengatur roda ekonomi, sosial, politik, dan seluruh aspek hidup umat manusia. Jaringan yang kemudian disebut dengan United Nation. Kurang piyeee?
Terlepas dari apa pun motif di balik diproklamirkannya kerajaan ini, saya kira tidak ada yang perlu dipermasalahkan dan ditakutkan deh ya. Serius. Sepanjang tidak melakukan aksi teror, apa pun bentuknya loh. Tapi sejauh yang saya amati, kayaknya tidak ada tendensi ke arah sana. Lha gimana, ha wong kalau mau terdata sebagai penduduk Keraton Agung Sejagat saja jenengan sedoyo harus merogoh kantong celana senilai tiga juta rupiah, og. Artinya bahwa tidak ada unsur paksaan gitu loh, Rek. Paham kan maksudku? Tidak seperti kelompok sebelah yang takbir, reuni, dan subuh berjamaah saja pakek maksa. Ehem.
Pertama baca berita tentang kemunculan KAS, pikiran saya mengatakan: ini jenius. Kita butuh sesuatu yang eskapis. Ya karena apalagi yang bisa kita harapkan dari negara bernama Indonesia, tanah air yang tanahnya nyewa, airnya beli, hadaaaahhhh.
Membikin kerajaan sendiri meski agak imajiner saya kira sangat penting untuk kesehatan jiwa kita hari ini. Kalau ada yang mengatakan Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat mengidap psikosis (gangguan jiwa dengan gejala tidak bisa membedakan mana hayal mana nyata), saya justru menentang. Enak saja bilang begitu. Saya berspekulasi barangkali ini adalah kritik sosial yang coba diaspirasikan Sinuhun dengan cara satir, mengingat kondisi Indonesia yang makin ke sini makin tidak karuan.
Indonesia telah kehilangan peran dalam memberi jaminan keamanan dan kenyamanan bagi warga negaranya. Banyak masalah yang tidak kunjung terselesaikan, kebijakan-kebijakan yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah, situasi politik yang ya kita tahu sendiri lah kayak gimana, dan lain-lain aja deh. Karena kalau ngomongin problem di negara kita ini bakal sampe tiga milyar dua puluh satu halaman. Maka karena muak dengan model yang seperti itu, walhasil satu-satunya jalan adalah dengan mendirikan negara atau kerajaan sendiri.
Sampai di sini saya kok auto teringat dengan Negara Kesatuan Republik The Panasdalam. Yang pernah nonton Film Koboy Kampus pasti tahu nih. Yang belum nonton habis baca ini langsung klik aja di YouTube, ada di sana, full movie.
Jadi, Rek, film itu adalah film garapan Pidi Baiq. Tahu kan siapa Pidi Baiq? Itu loh imigran dari sorga yang diselundupkan oleh ayahnya di kamar pengantin dalam kondisi tegang. Masih belum tahu juga? Itu teh penulis novel Dilan kaseeeppp, kumaha euy.
Nah film yang rilis tahun lalu ini menceritakan perjalanan Pidi Baiq semasa kuliah di Fakultas Seni Rupa ITB pada kisaran tahun 90-an. Biar tidak spoiler saya persingkat, karena merasa muak dengan rezim Orde Baru, akhirnya Pidi Baiq bersama ketujuh kawannya mendeklarasikan sebuah negara fiktif yang mereka beri nama Negara Kesatuan Republik The Panasdalam. Negara tersebut mereka dirikan di sebuah ruangan (sanggar lukis) dengan luas wilayah seluas ruangan tersebut. Salah satu ungkapan dalam film ini misalnya ketika salah satu dari mereka berdelapan ada yang nyeletuk, “Keren ya kita, kencing aja di Indonesia.” Apakah itu salah?
Kasus serupa juga bisa kita simak dalam tulisan-tulisan Sujiwo Tedjo. Dia menisbatkan diri sebagai Presiden di Republik Jancukers. Dalam tulisan di buku, koran, Twitter, atau dalam forum-forum publik Sujiwo Tedjo menarasikan seolah-olah Republik Jancukers itu ada dan nyata. Dia juga sering membandingkan antara kebijakan di Indonesia dengan kebijakan di republik khayalannya. Dan menurut saya hal-hal demikian di samping asyik juga sangat perlu untuk merawat kewarasan kita semua. Jadi, masih berpikir Keraton Agung Sejagat salah kaprah? Kalau iya, tak perlu juga bertanya pada rumput yang bergoyang.
Udah, nggak usah sepaneng gitu, ah….
BACA JUGA Mari Kita Sambat Soal Negeri ini atau tulisan Aly Reza lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.