Sialnya lagi, kalau saya nggak sengaja nyerempet mobil yang parkir sembarangan tersebut karena jalannya menyempit, yang punya mobil pasti langsung marah. Lho, yak opo seh, Rek? Memangnya kalian beli rumah gratis jalan raya ta? Nggak, kan?
Saya kira sudah saatnya Pemkot Surabaya membuat peraturan dengan denda dan mekanisme sanksi yang jelas terkait parkir ngawur ini. Sumpah, saya stres banget sering ribut dengan orang gara-gara masalah parkir sembarangan ini.
#3 Gimik transportasi publik
Nah, ini ada hubungannya dengan hobi warga Surabaya membeli mobil. Sebagai kota besar, Surabaya belum memiliki transportasi publik yang terintegrasi dan ekonomis. Memang sih kota kami sudah memiliki Trans Semanggi, Suroboyo Bus, dan baru-baru ini ada feeder juga. Akan tetapi, semua transportasi publik tersebut nggak terintegrasi satu sama lain, rutenya nggak menjangkau semua perkampungan, armadanya nggak tepat waktu, dan tarifnya masih mahal. Warga Surabaya yang terbiasa dengan hal-hal yang instan, akan memilih naik motor atau mobil pribadi karena naik bus ribet dan kurang ekonomis.
Sejujurnya sebagai orang yang suka naik bus, saya hopeless banget ketika mau bepergian, tapi nggak ada transportasi publik selain Gojek. Saya kira jika pemerintah mau memberikan perhatian serius terkait transportasi publik, Surabaya bisa mewujudkan cita-citanya menjadi sustainable city.
#4 Curanmor merajalela di Surabaya
Setiap pagi dalam perjalanan ke kantor, saya terbiasa mendengarkan radio Suara Surabaya. Dan akhir-akhir ini sering banget mendengar tentang warga Surabaya yang kehilangan motor. Kadang saya bingung, bukankah Pak Polisi di Kota Pahlawan ini pandai menemukan pelaku pelanggaran hukum? Lha, wong menemukan pemeran video asusila yang wajahnya diblur saja bisa, kok, mosok pencuri motor yang wajahnya terlihat jelas di CCTV jarang yang berhasil ditangkap, sih?
Saya waswas banget, lho, tiap kali mendengar berita pencurian motor. Apalagi di momen menjelang Idulfitri kayak sekarang ini biasanya curanmor makin marak dijumpai. Semoga ada Pak Polisi yang membaca tulisan ini dan bisa menangkap para pelaku curanmor di Surabaya, ya. Semangat, Pak!
#5 Udara panas dan macet
Jalanan macet dan suhu udara panas adalah dua hal yang membuat warga Surabaya mudah misuh, tak terkecuali saya. Jika para pemangku kekuasaan di Surabaya nggak percaya kalau Surabaya itu macet, silakan mendengarkan radio Suara Surabaya dan mengikuti akun Twitternya. Hampir setiap hari ada laporan titik-titik kemacetan. Duh, lama-lama kita semua bisa mati tua di jalan Surabaya.
Belum lagi beberapa jalan di Kota Pahlawan penuh dengan tambalan yang membuat pengguna jalan makin emosi saja. Udah panas, macet, lah kok masih diberi bonus jeglongan juga. Hadeh.
Sampai di sini dulu penderitaan yang saya rasakan selama tinggal di Surabaya. Kalau saya beberkan lagi, takutnya kalian capek bacanya, Rek. Nanti kalian mbatin, “Buanyak banget penderitaan si Tiara Uci. Kasihan.” Wqwqwq. Oh ya, kalau kalian juga memiliki keresahan lain soal Surabaya kayak saya, silakan diceritakan, lho. Di sini mah bebas mau curhat apa saja
Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 8 Kebohongan tentang Kota Surabaya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.