Jika kalian bertanya kepada saya soal film Korea Selatan bergenre horor apa yang terbaik, dengan lantang saya akan menjawab, The Wailing. Dan jika kalian bertanya apa alasan saya berani berkata seperti itu. Jawaban saya sederhana saja. The Wailing adalah film Korea dengan genre horor pertama yang saya tonton dan ternyata film tersebut sangat memuaskan hati saya.
Pertemuan saya dengan film The Wailing berawal dari sebuah postingan Instagram yang khusus me-review film-film luar negeri. Maklum, situasi pandemi seperti saat ini bikin kegabutan saya berlipat ganda. Dan Instagram sering jadi pelarian utama. Di postingan tersebut saya disajikan sebuah trailer yang menarik yang menampilkan pria Korea yang teriak-teriak. Sekilas seperti film zombi. “Wah, menarik nih.”Begitu gumam saya dalam hati. Saya cek judulnya, tertera, The Wailing.
Tanpa basa-basi saya coba download dan tonton film yang berjudul The Wailing. Sebuah film bergenre horor garapan Na Hong-jin. Siapa dia? Saya juga tidak tahu. Soalnya seumur-umur baru kali ini saya nonton film horor Korea. Betulan ini, saya nggak bohong. Ingat, di dalam tulisan ini saya bukanlah seorang ahli film. Saya cuma mau ngasih tahu bahwa film ini bagus dan keren. Udah itu aja.
Sebagai film Korea bergenre horor perdana yang saya tonton. The Wailing memang mengagumkan. Ceritanya memang penuh lapisan plot twist yang sampai akhir cerita saya nggak tahu siapa yang jahat dan siapa yang baik. Kalau nggak baca review orang, mungkin saya masih nggak paham sampai sekarang. Tapi lupakan dulu itu.
Film ini menceritakan seorang polisi selaku tokoh utama bernama Jong-goo . Si Jong-goo ini bertugas di sebuah desa di daerah Korea Selatan. Masalah dimulai ketika di desa Joong-Goo bertugas banyak orang mati secara mengenaskan dan misterius. Sebagai polisi, tentu Jong-goo ditugaskan untuk menyelidiki masalah tersebut.
Cerita berlanjut ketika Jong-goo serta salah satu teman polisinya mulai menyelidiki kasus kematian misterius warga desa secara lebih mendalam. Awalnya, kasus kematian warga yang mengenaskan dan misterius dicurigai karena pengaruh jamur beracun. Namun dalam perjalanannya, film The Wailing tidak sesederhana itu.
Jong-goo mulai menemukan keanehan-keanehan selama proses penyelidikan kasus kematian misterius warga desa. Masalah semakin runyam ketika akhirnya terkuak bahwa kematian misterius warga desa karena adanya pengaruh ghaib. Kalau di Indonesia mungkin nyebutnya kena guna-guna atau santet.
Misteri dibuka secara perlahan dan tidak buru-buru dalam film ini. Saya dari awal curiga sama Kakek Jepang sebagai dalang utama semua kejadian nggak masuk akal di film tersebut. Sampai habis film, kecurigaan saya tersebut akhirnya menjadi bias dan menggumpal menjadi sebuah pertanyaan. Sebenarnya yang jahat siapa, sih?
Dari segi kehororan, The Wailing nggak serem-serem amat. Setannya nggak semenakutkan film air terjun perawan. Tapi dari segi cerita dan penampilan pemainnya saya akui memang mengerikan alias keren. Ceritanya sangat mengalir dan pemainnya begitu menghayati peran mereka masing-masing. Mantep pokoknya.
Jangan tanya saya film ini mirip film apa. Saya nggak tahu film ini mirip film apa. Tapi yang pasti film ini menarik dan luar biasa. Adu santet dan ritual menghilangkan guna-guna versi Korea jadi hal yang baru pertama kali saya lihat, dan lewat film The Wailing saya jadi tahu gimana orang Korea ngusir setan dan ngirim santet.
Selain itu film The Wailing juga menyajikan hal yang paling saya suka saat nonton film. Plot twist, alias cerita yang susah ditebak dan bikin mikir. The Wailing punya itu, bahkan berlapis hingga akhir cerita. Yang diperlukan jika ingin memahami cerita The Wailing adalah cermat melihat setiap adegan yang disajikan mulai menit awal sampai menit akhir.
Buat kalian yang belum nonton film ini, kunci untuk memahami film ini sederhana saja: fokuskan perhatian kalian pada kakek Jepang, si dukun cowok, dan si cewek yang dikira hantu. Film ini secara garis besar berkaitan erat dengan ketiga orang itu.
Jika kalian protes soal judul saya yang mungkin kalian anggap sangat subjektif dan provokatif, lalu kalian menganggap bahwa masih ada film Korea bergenre horor yang lebih baik dari The Wailing, saya mah bodo amat.
Ingat, ini film Korea bergenre horor perdana yang saya tonton. Saya langsung senang sejak pertama kali menontonnya. Dan saya bukan kritikus film. Intinya, subjektif bukanlah dosa besar ketika saya ingin memberikan informasi kepada semua orang terkait selera film horor saya. Jadi, yang belum nonton segera tonton film ini. Yang jahat si dukun cowok dan si kakek Jep… ups, maaf.
Pesan terakhir saya, sebelum nonton film ini jangan baca review apapun di Google.
Skor dari saya buat film The Wailing: 9,5.
BACA JUGA Membongkar Rahasia Toko Buku Online Terbesar se-Indonesia dan artikel M. Farid Hermawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.