Setelah membaca tulisan Mbak Atik Soraya tentang tetangga yang suka karaoke di rumah adalah musuh, saya juga tertarik untuk menceritakan tetangga saya yang juga punya kemiripan dengan Pak Toni yang terkesan menjengkelkan itu. Hanya saja menurut saya, Pak Toni masih jauh lebih manusiawi ketimbang tetangga saya yang bernama Mas Bagong (bukan nama sebenarnya).
Mbak Atik mendeskripsikan kalau rumah warga kelas bawah yang sesungguhnya hanyalah berjarak satu meter. Dari situ saya tidak tahu lagi kosakata apa yang harus saya pakai untuk mendeskripsikan kasta saya. Jarak satu meter itu masih mending ketimbang rumah saya dengan rumah Mas Bagong yang hanya dipisahkan oleh tembok alias benar-benar dempet.
Perumahan di tempat saya tinggal ini memang semua tipe rumahnya saling menempel satu sama lain. Jadi, tidak ada yang namanya ruang pemisah antar rumah. Lupakan tentang lagu pacar lima langkah yang populer itu. Kalau ada yang membina jalinan asmara di komplek saya ini, tokoh dalam lagu pacar lima langkah itu akan terlihat seperti pasangan LDR.
Isi dapur tetangga itu makanan sehari-hari bagi saya. Dari orang tua yang sedang memarahi anaknya, hingga ribut-ribut suami istri sudah sering saya dengar. Tapi itu belum seberapa dibanding tetangga saya yang menyulap teras rumahnya sebagai bengkel las yang menerima berbagai pesanan kanopi, pagar, dan hal-hal yang berhubungan dengan besi. Hesjan, marai tobat. Selamat tinggal ketenangan.
Memang, salah satu tips berbisnis agar keuntungan semakin banyak adalah memanfaatkan ruang-ruang yang ada sebagai tempat produktif. Saya sendiri memanfaatkan beberapa kamar kosong untuk saya sewakan pada kaum pekerja di daerah saya. Tetangga saya memanfaatkan teras rumahnya yang biasa saja itu menjadi sangat fungsional. Bisa sebagai garasi mobil, tempat duduk-duduk, hingga bengkel las.
Mas Bagong juga tidak mau kalah. Menurut saya blio yang paling ahli dalam memanfaatkan ruang yang ada. Rumah berukuran kecil dengan hanya dua kamar blio sulap menjadi sebuah toko yang menjual apa saja alias palugada (apa lu mau, gua ada). Ruang tamu blio alih fungsikan menjadi tempat pajangan barang dagangan. Dari boneka doraemon hingga kompor listrik, ada semua.
Meskipun berada di dalam perumahan yang agak jauh dari jalan raya, toko (atau rumah) Mas Bagong ini rutin menerima pembeli. Pokoknya tiap hari ramai. Saya tidak heran sebenarnya kalau melihat dari promosi getol yang dilakukannya di story WA. Kalau selebgram dikenal dengan story-nya yang sampai titik-titik itu, maka Mas Bagong ini adalah seleb WhatsApp dengan story yang juga tidak kalah banyak.
Wajar saja, Mas Bagong ini sangat supel dan mudah bergaul. Dia adalah MC kondang. Jago ngomong, networking luas, teman banyak. Kurang apalagi. Sebelum pandemi saja, berdasarkan cerita blio, job-job untuk MC acara dangdutan itu banyak sekali. Sampai-sampai dia buat orkes dangdut sendiri.
Hobi Mas Bagong adalah menyanyi. Lagu dangdut original dan dangdut koplo kekinian adalah genre favoritnya. Sangat tidak mengejutkan karena konser musik dangdut adalah salah satu sumber mata pencahariannya.
Saking sukanya menyanyi, Mas Bagong tidak kenal waktu dalam menjalankan hobinya. Semenjak tinggal di komplek ini, alarm HP adalah hal yang asing untuk saya. Lha bagaimana lagi, wong pagi-pagi saya terbangun karena suara merdu Mas Bagong yang sedang asyik karaoke. Ya mirip Giant dalam anime Doraemon lah.
“Bluetooth device already to pair” adalah bunyi speaker yang menandakan bahwa suara Mas Bagong akan segera berkumandang. Seandainya blio tidak sedang mood dalam bernyanyi, maka lagu-lagu remix ala-ala TikTok yang akan menggantikan indahnya olah vokal blio. Sering terjadi, mungkin Mas Bagong lupa untuk memutus koneksi HP-nya dengan speaker, terdengar di telinga saya blio sedang membuka FYP TikTok. Iya, melihat FYP TikTok dan seluruh tetangganya tahu apa yang ada dalam For You Page-nya.
Sesekali sepertinya saya bisa memaklumi, tapi kejadian seperti ini hampir berlangsung setiap hari. Saya dipaksa mendengarkan musik-musik yang sama sekali bukan selera saya dengan volume yang sangat keras. Saya bertanya-tanya apa memang tetangga lain tidak ada yang terganggu dengan Mas Bagong ini? Kok tidak ada yang menegur. Dan benar saja, ternyata tetangga saya yang lain juga memiliki selera yang sama dengan Mas Bagong. Tetangga saya yang punya bengkel las itu saja, jika tidak ada musik yang terdengar dari rumah Mas Bagong, dia akan menyalakan speakernya sendiri dan badala, lagune podo persis, rek.
Bagi saya yang selera musiknya tidak sama dengan tetangga saya, tentu saja hal itu mengganggu. Saya sempat ingin balas dendam dengan memutar musik metal keras-keras, tapi dilarang oleh ibu saya. Menurut blio, tetangga adalah saudara yang paling dekat. Kalau ada apa-apa, tetanggalah yang akan pertama kali membantu semengesalkan atau semenjengkelkannya mereka. Dari situlah saya belajar bahwa sosok seperti Mas Bagong dan Pak Toni lah yang pada akhirnya mengajari kita tentang keberagaman dan arti kehidupan.
BACA JUGA 10 Kebiasaan Hidup Bertetangga yang Dianggap Wajar dan tulisan Dika Amfa lainnya.