Sebenarnya Terminal Seruni Cilegon nggak buruk-buruk amat. Fasilitasnya cukup lengkap dan nyaman, sayangnya malah sepi.
Kesukaan saya bertualang, khususnya menggunakan bus, membuat saya berkesempatan merasakan suasana asing sebuah daerah. Mulai dari keramaian di pusat kotanya, kesibukan di pasarnya, hingga jalanannya yang diisi penduduk setempat. Rasanya candu aja gitu menikmati suasana kota yang masing terasa asing.
Lantaran menggunakan bus, perjalanan yang sering saya lakukan membuat saya jadi memiliki pengalaman naik-turun di berbagai tipe terminal di daerah yang saya datangi. Pengalaman terbaru sekaligus berkesan adalah ketika saya singgah di Terminal Seruni Cilegon. Bisa dibilang, ini adalah terminal paling barat Pulau Jawa yang pernah saya singgahi.
Daftar Isi
Sekilas tentang Terminal Seruni Cilegon
Mengutip jurnal penelitian Fitriyadi (2016), Terminal Seruni mulai beroperasi pada 1 April 2013. Memang terminal ini relatif baru apabila dibandingkan terminal lainnya seperti Terminal Merak yang sudah beroperasi sejak tahun 2008. Terminal Seruni adalah terminal tipe C yang lebih fokus melayani rute antarkota dalam provinsi dan angkutan perkotaan. Kalau dilihat sekilas, fasilitasnya cukup lengkap untuk mendukung kenyamanan penumpang dan pengelola.
Di dalam terminal tersedia penunjuk rute kedatangan dan keberangkatan yang cukup rapi, area parkir luas, serta ruang tunggu yang nyaman. Ada beberapa kios penjual makanan dan minuman juga di dalam terminal. Para penjual ini cukup ramah dan harga makanan/minuman yang dijual terbilang masuk akal. Sebagai orang yang masih asing dengan daerah Cilegon, saya cukup leluasa berbincang dengan mereka dan menanyakan banyak hal.
Keamanan di dalamnya didukung oleh menara pengawas, sementara kantor pengelola memastikan kelancaran operasional. Selain itu, untuk kemudahan perjalanan penumpang, tersedia loket tiket serta fasilitas pendukung seperti toilet dan musala.
Terminal yang sepi
Secara lokasi, terminal ini sebenarnya cukup strategis dekat dengan jalan nasional Bojonegara dan pintu tol Cilegon Timur. Hal itu membuatnya menjadi titik transit bagi penumpang yang bepergian menuju berbagai destinasi di dalam dan luar Kota Cilegon. Sayangnya, terminal ini justru terlihat sepi.
Padahal pembangunan Terminal Seruni Cilegon bertujuan menjadi solusi kemacetan di Jalan Ahmad Yani dan Jalan Tirtayasa yang disebabkan keberadaan terminal bayangan sekitar akses tol Cilegon Timur. Dengan adanya terminal ini, harapannya akses turun-naik penumpang oleh bus antarkota antarprovinsi (AKAP) dan angkutan kota dapat terpusat, sehingga lalu lintas di pusat kota menjadi lebih tertata.
Sayangnya, harapan itu sepertinya tidak terwujud dengan baik. Kenyataannya, ketika saya memasuki perkotaan Cilegon, kondisinya masih macet dan padat, berbanding terbalik dengan suasana sepi yang di Terminal Seruni. Ternyata angkutan dalam kota memang jarang mampir di terminal tersebut dan lebih sering ngetem di area dalam perkotaan, hal itu kemudian membuat suasana kota jadi terlihat begitu semrawut dan macet.
Penumpang memilih turun di luar terminal
Apa yang saya lihat dan rasakan ternyata sesuai dengan yang dituliskan dalam penelitian yang sama, yang menyebutkan kalau angkutan perkotaan yang mampir di Terminal Seruni Cilegon hanya 21,88 persen dan sisanya dipenuhi oleh bus AKAP. Kalau ditinjau lebih dalam, akar masalahnya muncul dari para penumpang AKAP yang kebanyakan juga turun di luar Terminal Seruni, sehingga bus AKAP masuk ke terminal sudah dalam keadaan kosong. Hal itu yang membuat angkutan dalam kota nggak begitu berminat masuk ke terminal satu ini.
Malahan yang banyak terlihat di terminal ini adalah armada taksi yang ngetem. Itu pun jarang sekali ada penumpang. Mereka biasanya menawarkan jasa antar ke stasiun dalam kota atau bandara. Tapi kalau bandara, dengan jarak sekitar 90 kilometer dan waktu tempuh bisa lebih sampai dua jam, isi dompet bisa amblas kalau naik taksi.
Rentetan situasi yang ada di Terminal Seruni Cilegon ini membuatnya sepi dari calo tiket. Lha wong calon penumpang kebanyakan beli tiket langsung di agen. Hal itu pula yang menurut saya unik. Sebagai penumpang bus yang bukan asli Cilegon, saya jadi lebih tenang karena nggak ada calo yang mengganggu ketika hendak naik bus dari sini.
Terlepas dari itu semua, terminal yang sepi angkutan dan penumpang harus segera dievaluasi. Sangat disayangkan kalau situasi sepi ini dibiarkan terlalu lama. Jangan sampai Terminal Seruni Cilegon jadi bangkai peradaban yang ditinggalkan dan diabaikan begitu saja seperti Terminal Bahurekso Kendal yang sekarang malah jadi pasar.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Aturan Tidak Tertulis Saat Naik Bus Pertama Kali dari Terminal Pulo Gebang Jakarta Timur.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.