Terminal Jombor Jogja, dulu, adalah sahabat pelajar. Kini, cerita sudah berbeda
Kendaraan pribadi tumpah ruah di jalanan Jogja. Semua orang berangkat menuju dan pulang dari suatu tempat menggunakan kendaraan masing-masing. Kalaupun kepepet nggak ada kendaraan atau nggak bisa nyetir, ada aplikasi ojek online di genggaman.
Sebagai bagian dari generasi transisi, saya sering berandai-andai. Sekarang saya punya banyak kemudahan untuk ke mana-mana. Seandainya saja tahun 2012-2015, ketika saya masih SMP, sudah ada ojek online, maka saya nggak perlu panas-panas jalan kaki dan naik bus buat berangkat dan pulang sekolah.
Pada masa itu, transportasi yang terjangkau dan bisa membawa saya ke mana saja ya hanya bus kota. SMP saya yang terletak di Jetis dilalui banyak bus. Mulai dari bus mikro satu pintu dan dua pintu, arah ke daerah utara maupun selatan, sampai milik negara maupun swasta, ada semua. Cukup dengan menyisihkan uang jajan sebesar Rp2-3 ribu (tarifnya tergantung lagi ada kenaikan BBM atau nggak), saya bisa sampai ke sekolah dan pulang lagi ke rumah.
Daftar Isi
Terminal Jombor Jogja, bestie-nya para pelajar
Bicara soal bus pasti nggak akan bisa lepas dari jalur dan terminal. Bagi siapapun yang pulang pergi dari dan ke Sleman bagian utara pasti lewat atau transit di Terminal Jombor Jogja.
Terminal Jombor ini termasuk terminal penumpang tipe B dan menjadi akses masuk ke Jogja dari arah utara. Saya bilang Terminal Jombor adalah “Si Nomor Dua” karena tipenya ini. Ukuran terminal ini pun nggak sebesar Terminal Giwangan yang tergolong terminal penumpang tipe A. Bus yang masuk dan keluar di terminal yang terletak di Sinduadi, Mlati ini juga nggak sebanyak Terminal Giwangan.
Dari data yang diterbitkan oleh Dinas Perhubungan DIY, trayek bus yang tergolong angdes di Terminal Jombor Jogja ada bus Pemuda Jurusan D6 (Jombor-Maguwo), Pemuda Prambanan (Jombor-Prambanan), Pemuda Jurusan A3 (Jombor-Jambon), dan Pemuda Jurusan 26 atau Mino (Jombor-Minomartani).
Terminal Jombor dulu dan sekarang tentu jelas berbeda. Sewaktu saya masih sekolah, terminal ini setara bestie-nya para pelajar. Terminal ini menjadi tempat persinggahan bus-bus angkutan desa (angdes) yang mengangkut para pelajar ke sekolah masing-masing.
Terminal Jombor Jogja adalah saksi bisu yang merekam semangat para pelajar Jogja untuk berangkat ke sekolah. Kadang kita harus berangkat gasik biar dapat bus yang masih kosong sehingga nggak perlu desak-desakan. Tapi waktu pulang, kita nggak keberatan berdiri berdiri berdekatan, lengan nempel lengan, di tengah bus yang gerah dan bau keringat. Yang penting bisa pulang cepat.
Warung-warung di Terminal Jombor dulu juga berkontribusi mengenyangkan perut anak-anak yang lapar sepulang sekolah. Saat jam pulang sekolah, sering tampak pelajar-pelajar dengan seragam sekolahnya masing-masing ngobrol dan ngunyah makanan di sana.
Tempatnya bus-bus kecil
Seperti yang saya ungkapkan di awal, sekolah saya banyak dilalui bus kota. Bus yang lewat sekolah saya antara lain jalur 6, 12, 15 yang titik awal dan akhirnya di Terminal Giwangan, serta jalur A3, D6, dan Mino yang berhulu dan bermuara di Terminal Jombor.
Teman-teman yang rumahnya di daerah utara Jogja tapi nggak dilalui oleh tiga jalur tadi harus pindah jalur lain di Terminal Jombor Jogja. Misalnya saja teman saya yang rumahnya di Tempel. Setelah bus A3 atau D6 yang ia tumpangi berhenti di terminal ini, ia bakal langsung lompat dari bus dan ganti bus jurusan Jogja-Tempel.
Mungkin karena statusnya sebagai terminal penumpang tipe B, angdes di Terminal Jombor ini ukurannya lebih kecil daripada angdes di Terminal Giwangan. Bus A3 dan D6 berukuran kecil, cuma punya satu pintu, dan atapnya rendah. Bus RAS dan Jogja-Tempel yang juga melalui terminal ini pun punya karakteristik serupa.
Selamat tinggal angdes
Perubahan zaman akhirnya membuat bus-bus pengangkut pelajar tinggal kenangan. Kini sebagian besar orang sudah beralih ke kendaraan pribadi dan ojek online yang lebih praktis. Bus semakin sepi penumpang. Terminal Jombor Jogja semakin sepi angdes.
Kini Terminal Jombor menjadi tempat singgah bus AKAP saja semenjak matinya banyak angdes. Bus yang melayani perjalanan dalam kota dan provinsi mungkin hanya TransJogja yang unitnya kadang tampak sedang parkir di terminal ini.
Saat saya mengunjungi Terminal Jombor Jogja, hanya bus jurusan Jogja-Tempel yang masih tersisa. Itu pun sepi, nyaris tanpa penumpang. Saya juga sempat berjumpa dengan angkot Mino saat berangkat kerja. Sepertinya masih ada masyarakat yang membutuhkan kehadiran dua angdes ini meskipun kawan-kawannya, bus A3 dan D6 sudah mati.
Walaupun sudah nggak lagi menumpang bus untuk bepergian, saya masih berharap agar angdes yang tersisa di Terminal Jombor Jogja bisa bertahan. Jangan sampai mereka juga menyusul nasib kawan-kawannya, sedikit demi sedikit kehilangan penumpang hingga akhirnya juga hilang keberadaannya.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Bawah Flyover Jombor, Tempat yang Wajib Diwaspadai Saat Musim Hujan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.