Dari skandal member JKT48 sampai kebijakan reshuffle jumlah karyawan dan staf JKT48 semua akan kita bahas bersama.
Melalui live streaming JKT48 official YouTube berjudul Pengumuman, General Manager JKT48, Melody, tiba-tiba mengumumkan bahwa salah satu idol group kebanggaan masyarakat Indonesia yaitu JKT48 resmi menerapkan downsizing atau pengurangan sebagian jumlah staf dan member. Penyebaran virus corona yang semakin tinggi di berbagai wilayah Indonesia serta batalnya kegiatan rutin JKT48 termasuk event handshake menjadi penyebab utama mengapa JKT48 terpaksa melakukan reshuffle besar-besaran.
Selain mencegah pembubaran JKT48, mereka bersikeras untuk terus mempertahankan eksistensinya di jagat industri musik Indonesia lewat berbagai cara seperti sesi showroom dan night routine bareng fans. Walaupun pengumumannya terasa menyedihkan, kita harus tetap menghargai segala keputusan JKT48 dengan lapang dada dan dilarang terlalu baper.
Perubahan skala besar JKT48 biasanya selalu diiringi oleh perilisan single baru atau bisa melalui Janken Tournament. Namun, kali ini JKT48 versi 2020 mungkin akan berfokus sama keselamatan para member beserta staf biar selamat dari malapetaka virus Corona. Apalagi beberapa trio member JKT48 tim T seperti Fiony, Vivi, dan Olla sempat dinyatakan positif corona sebagai kategori Orang Tanpa Gejala.Â
Ditambah insiden pengunduran diri Nyimas Ratu Rafa akibat efek keluarga yang tidak mendukung aktivitasnya di JKT48 karena khawatir dengan penularan virus corona seperti ketiga rekannya. Berbanding terbalik dengan para member JKT48, staf JKT48 justru tidak ada satu pun yang terkena gejala virus corona. Membawa hand sanitizer serta patuh memakai face shield adalah kunci utama mereka. Apa pun kondisinya, JKT48 sebaiknya lebih memprioritaskan member atau staf JKT48 tertentu yang ditugaskan bertanggung jawab dalam menangani segala urusan kegiatan JKT48 demi memutus mata rantai virus corona.
Jauh sebelum fenomena pengurangan member beserta staf JKT48 menggemparkan publik, JKT48 juga punya kisah menarik seputar perombakan besar-besaran di seluruh program kerjanya pada tahun 2018. Hal ini bermula ketika jumlah penonton JKT48 semakin menunjukkan penurunan drastis akibat terlalu bosan sama konsep JKT48 yang biasa-biasa saja alias monoton. Alih-alih berada di ambang pembubaran, manajemen JKT48 justru mengenalkan program reboost melalui sistem 16 member di setiap masing-masing tim. Berkat kebijakan cemerlangnya, para member JKT48 dari tim J, KIII, dan T harus rela posisi sakralnya tergusur demi memberikan kesempatan emas kepada member baru JKT48 Academy yang belum merasakan tampil di setlist manapun.
Sebagai gantinya, para member lama JKT48 diberi opsi tiga pilihan, yaitu siap pindah ke tim mana pun, langsung menyatakan graduate beserta pagelaran konsernya, atau mengundurkan diri secara terhormat di hadapan JOT. Berdasarkan hasil survei mamen.id, sebagian besar member JKT48 angkatan 2018 cenderung lebih menyukai pilihan pertama yaitu mereka bersedia merasakan perpindahan antar tim demi tampil fresh. Alasan lainnya adalah mereka ingin sesekali keluar dari zona nyaman lalu kembali belajar beradaptasi dengan tim barunya supaya lebih akrab dalam memperkuat hubungan persahabatan antarmember JKT48. Wah sangat patut ditiru semangat kerja keras para member JKT48 waktu itu ya!
Mundur lebih jauh ke belakang, JKT48 dulu mempunyai kasus tak mengenakkan yang menimpa salah satu membernya. Dilansir oleh kaorinusantara.or.id, salah satu mantan member generasi 2 bernama Vienny pernah mengalami hukuman berat oleh JOT akibat ketahuan melanggar Golden Rules. Hal ini disebabkan karena foto bersama pacarnya terlanjur beredar luas di akun media sosial. Maka dari itu, Vienny langsung dihukum, status keanggotaannya berubah ke tingkat trainee.
Setelah mengaku khilaf atas perbuatannya, Vienny berusaha bangkit dari keterpurukan hingga akhirnya mampu dipercaya dalam memimpin pasukan JKT48 tim KIII untuk kedua kalinya. Lagu UZA/ Everyday Kachuusha menjadi aksi perdana Vienny kembali masuk senbatsu pasca lepas dari bayang-bayang trainee. Perjuangan yang dialami oleh Vienny adalah bukti bahwa member yang pernah mengakui kesalahan fatal bakal dibalas oleh rezeki melimpah.
Belajar dari ketiga kasus inspiratif tersebut, member dan staf JKT48 sudah saatnya berpikir kreatif dalam menciptakan karya musik terbaik sepanjang masa tanpa harus mengandalkan lipsync. Jangan lupa JOT selaku perwakilan JKT48 tetap mengawasi gerak-gerik para membernya apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan agar mencegah tragedi hukuman trainee terulang lagi. Hal ini seakan menegaskan bahwa JKT48 bukanlah tempat untuk main-main melainkan belajar tentang arti kekompakan antarmember JKT48 dalam menampilkan performa aksi panggung terheboh. Semua dialkukan demi membahagiakan para penggemarnya yang merasa rindu akan kehadiran idol group di tengah-tengah fenomena kebangkitan dangdut. Intinya adalah JKT48 sukses memoles para alumninya untuk tampil percaya diri sekaligus mengatasi rasa grogi dalam berkarya di luar JKT48.
BACA JUGA 5 Film Pendek Karya Cameo Project Paling Recommended dan tulisan Aditya Mahyudi lainnya.