Copywriter nggak akan semudah itu diganti sama AI. Beneran dah
Sudah nggak asing lagi kan dengan ChatGPT? Itu lho, sebuah teknologi yang dapat merespon percakapan, pertanyaan, bahkan perintah dari kita. Semacam aplikasi Simsimi yang bisa bales chat kita, hanya saja, ChatGPT ini setara lulusan profesor. Sebab, jawaban yang disampaikan lebih akurat, nggak sekadar jawab aja.
Perlu diakui kalau ChatGPT ini sangat tenar sekarang. Bahkan di hampir semua kalangan. Entah akademisi, anak-anak sekolah, maupun sebagian profesi yang kerjanya nulis. Salah satunya adalah copywriter.
Bagi yang belum tahu, copywriter adalah orang yang menulis teks iklan atau materi publisitas. Bisa berupa caption, tagline, atau tulisan singkat lainnya.
FYI, saya merupakan copywriter di sebuah perusahaan swasta. dan saya lebih sering mengatakan kalau copywriter itu penulis caption. Iya begitu saja kalau ada orang-orang yang nanya tentang profesi ini pada saya.
Copywriter ditelan AI? Duh, ngimpi
Nah, ada anggapan kalau copywriter ini termasuk salah satu profesi yang akan lenyap ditelan keganasan AI. Meski demikian, saya kurang setuju. Bukan karena ini merupakan pekerjaan saya, tapi ya karena quality control itu tetap diperlukan. Dan yang bisa mengisi posisi tersebut hanyalah manusia.
Mengutip AS Laksana, “Apakah AI akan memakan banyak korban? Tentu saja. Mesin uap juga memakan korban. Ideologi juga memakan korban. Dan biasanya yang selalu menjadi korban adalah rombongan yang tidak memiliki cukup informasi. Tetapi itu bukan gejala hari ini. Sepanjang sejarah manusia, orang-orang yang tidak cukup informasi, tidak cukup pengetahuan, selalu menjadi korban.”
Saya percaya kalau teknologi adalah sebuah kemudahan, bukan keajaiban. Jadi, efektif atau tidaknya, ya tergantung orang yang menggunakannya. Quality control tetep akan jadi wilayah manusia, itu sebabnya tak perlu takut digantikan oleh robot. Setidaknya untuk saat ini sih, xixixi.
Iya, di Tengah gempuran ChatGPT dan perkembangan AI, Profesi copywriter akan tetap dibutuhkan. Bagi saya, ChatGPT dan perkembangan AI justru sebuah keuntungan bagi copywriter, bukan ancaman. Sebab pekerjaan saya ini jadi lebih mudah dan terbantu.
Justru jadi terbantu
Misal saya ada brief untuk membuat caption peringatan hari Waisak. Tanpa ina-ini, saya tinggal tulis saja perintah di ChatGPT, “Buatkan caption tentang peringatan hari raya Waisak”. Begitu saja dan ChatGPT ini akan melakukan tugasnya. Warbiyasah bukan?
Siapa saja bisa menggunakan teknologi ini. Kita hanya perlu memahami istilah prompt, atau perintah, order, dan semacamnya. Prompt ini bisa macam-macam. Bisa membuat caption, buatkan puisi, atau apa pun.
Lebih spesifik konteks dan informasi yang kita berikan, maka akan semakin detail dan akurat ChatGPT bisa memprosesnya. AI ini sangat pintar, informasi seminimal mungkin bisa dia proses dengan baik. Tapi tetap saja, pastikan selalu membaca hasil caption buatan AI. Itu untuk screening caption yang dibuat sudah sesuai atau tidak. Dan, konon, ChatGPT ini masih tahap uji coba. Bayangkan saja beberapa tahun ke depan. Bakal lebih wadaw pasti.
Screening tetap penting
Lantas, enak banget dong berarti profesi copywriter, tinggal pakai ChatGPT aja? Nggak juga. Kembali seperti penjelasan di atas. Kami tetap harus baca, screening, dan meneliti. Apa yang kurang dan apa yang berlebihan. Begituuu.
Dan sedikit curhat, profesi ini juga kadang menyebalkan. Sebab adaaa saja klien yang rewel. Suka meribetkan hal-hal sederhana. Alhasil, beberapa kali harus revisi. Itu pun disertai kalimat umpatan. Padahal kesalahannya minor. Itu pun sebab beban tulisan yang kami buat ini banyak. Ya kali cuma ngerjain satu caption aja. Dan sialnya nggak semua klien menerima itu dengan legowo.
Meski demikian, saya cukup menikmati profesi satu ini. Dan saya cukup yakin kalau copywriter ini akan tetap dibutuhkan. Sebab, hasil dari ChatGPT pun tetap harus ada yang mengoreksi. Dan untuk tahu kalau sudah bagus atau tidak, ya perlu copywriter handal yang paham sebuah tulisan. Yah, seberapa jauh pun perkembangan ChatGPT dan AI, copywriter tidak akan lekang oleh zaman.
Yang jelas sih nggak usah takut-takut amat kalau profesi kalian bakal keganti sama AI. Soalnya tetap ada hal yang nggak bisa diganti. Kalau situ dah ketakutan dan koar-koar mah, ya gimana ya.
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mengenal ChatGPT, Benarkah Bakal Akhiri Era Google?