Secara geografis, Tegal dan Brebes tetanggaan. Sama-sama berada di jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah, sama-sama disapa angin laut, sama-sama berlogat ngapak, dan sama-sama punya ciri khas kuliner bumbu medhok yang didominasi rasa pedas.
Meskipun demikian, dua daerah ini punya wajah yang berbeda. Perbedaan tersebut ada yang bisa dilihat secara kasat mata, ada juga yang dijelaskan lewat data. Dan tentu saja, ada perbedaan yang lebih halus, yang tidak bisa diukur dengan angka, karena hatilah yang bicara. Ibarat kata pepatah, dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa tahu. Ea~
Nah, tulisan ini mencoba menyelami perbedaan antara Tegal dan Brebes dari kacamata data dan rasa. Kira-kira, mana ya daerah yang lebih kota banget dan mana yang lebih ndeso?
Jalan Tegal mulus, Brebes campur aduk
Pertama, soal kondisi jalannya. Kalau soal kondisi jalannya, Tegal jelas lebih maju. Jalan utama di kota Tegal sudah mulus, lengkap dengan trotoar dan lampu jalan yang terang. Seneng pokoknya kalau berkendara di malam hari. Mata jadi nggak perlu disipit-sipitin untuk melihat keadaan sekitar.
Memang sih, kalau sudah keluar dari pusat kota menuju wilayah kabupaten, kondisi jalanan mulai agak beragam. Tapi tetap saja, kualitas jalan di Kabupaten Tegal secara keseluruhan masih lebih baik kalau dibandingkan dengan kondisi jalanan di Brebes.
Saya jadi teringat cerita seorang teman yang dulu tinggal lama di Kota Tegal, lalu pindah ke Brebes. Dia sempat cerita soal culture shock yang cukup menyentak sejak dia pindah dari warga Kota Tegal jadi warga Brebes: Jalannya banyak yang rusak! Begitu katanya.
Skor sementara: Tegal 1 – Brebes 0
Sama-sama punya pintu tol, tapi…
Selanjutnya, masih dari segi infrastruktur, yaitu akses transportasi.
Baik Tegal maupun Brebes, keduanya sama-sama memiliki stasiun dan terminal yang masih aktif. Dua-duanya juga dilalui jalur kereta api lintas utara Jawa yang cukup ramai, dari kereta ekonomi sampai eksekutif. Terminal tipe A pun tersedia, walau fungsinya kini mulai tergerus oleh angkutan online dan travel.
Kedua daerah ini juga memiliki pintu tol yang membuat akses darat makin efisien. Brebes punya dua pintu tol, yaitu Brebes Barat dan Brebes Timur. Sementara Tegal, hanya punya satu pintu tol, yaitu pintu tol Adiwerna. Tetapi bukan berarti Brebes menang poin dalam hal akses transportasi, ygy.
Pasalnya, meski Brebes punya dua pintu tol, dua-duanya jauh dari pusat kota. Jadi, kalau nggak bawa kendaraan pribadi, lumayan ribet juga. Beda dengan pintu tol Tegal yang punya banyak kelebihan karena terletak di pusat kota. Nanti deh kapan-kapan saya ceritakan betapa pintu tol Adiwerna Tegal adalah pintu tol terbaik. Yang jelas, dalam hal transportasi, poin bertambah untuk Tegal
Skor: Tegal 2 – Brebes 0
Perekonomian: Tegal menyala. Brebes?
Sebelumnya, saya pernah menulis di sini tentang puja-puji terhadap betapa seksinya perekonomian di Kota Tegal. Real, Kota Tegal tuh pancen menyala banget. Apa yang kalian mau, semua ada di Tegal. Tak heran jika tetangga, termasuk orang Brebes, banyak yang mencari penghidupan di kota ini.
Bandingkan dengan Brebes. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2024 Brebes masih menduduki posisi sebagai daerah termiskin nomer 2 di Jawa Tengah. Angka kemiskinan di sana mencapai 15,6% atau setara dengan 283,28 ribu jiwa.
Kenapa “masih”? Karena di tahun-tahun sebelumnya pun, nama Brebes lagi-lagi bercokol di urutan 3 besar daerah termiskin di Jawa Tengah.
Kalau Tegal? Apa itu daerah termiskin? Tempat terbaik untuk menghabiskan duit sih iya.
Skor: Tegal 3 – Brebes 0
Kota yang tak pernah mati vs belum malam tapi sudah sunyi
Dengan segala fasilitas yang dimiliki, Tegal –terutama kotanya –telah menjelma sebagai miniatur kota besar. Makin malam, kota Tegal semakin menggeliat. Banyak spot-spot menarik yang buka sampai tengah malam bahkan sampai matahari terbit. Seolah, kota ini menolak untuk mati.
Di sisi lain, Brebes sudah sunyi sejak lepas magrib. Jalanan lengang sekali. Pokoknya, kalau kamu jadi warga Brebes, jangan sampai lapar malam-malam, susah tahu nemu orang jualan makanan malam-malam di sana.
Lha wong di jam normal orang cari makan malam saja, saya pernah kesulitan cari makan di Brebes. Endingnya, mbalik lagi ke Tegal dan makan di sana. Saking apanya coba? Saking bingung mau makan apa di Brebes. Nggak ada yang menarik soalnya.
Skor pun semakin jauh. Tegal 4 – Brebes 0
Juaranya sudah kelihatan
Ini kalau dilanjutkan, bisa-bisa skor perbandingan antara Tegal vs Brebes sama kayak Final Liga Champions 2025 antara Paris Saint-Germain lawan Inter Milan. Atau seperti skor timnas Indonesia saat lawan Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Jadi, mending distop saja lah. Toh, hasilnya sudah kelihatan. Mau dibandingkan dari segi apa pun, Tegal mutlak lebih maju.
Meskipun demikian, saya yakin Brebes punya tempat tersendiri di hati warganya. Okelah ia daerah termiskin, jalanannya nggak mulus, nggak punya bioskop, dsb. Tetapi tidak semua orang suka hidup di daerah yang penuh dengan hiruk pikuk. Ada pula orang yang lebih suka tinggal di daerah yang jam 7 malam udah sepi, yang penting ketika besoknya cari sarapan, masih bisa nemu nasi bungkus seharga 3000 per porsi.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Derita Tinggal di Bantarkawung, Pinggiran Kabupaten Brebes yang Dianaktirikan Pemkab.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
