Suzuki S-Presso, atau yang kadang orang sebut “Espresso” karena pengucapannya, datang ke Indonesia dengan “wajah” kotak, agak jangkung, dan nggak memikat mata dalam sekali lihat. Tetapi kalau kamu melepas kacamata estetika dan melihat fungsinya, mobil Suzuki satu ini lebih dari sekadar city car biasa. Fiturnya memang seadanya, tapi berguna. Dan posturnya sebenarnya cocok untuk jalanan Indonesia.
Kali ini saya akan menuliskan beberapa alasan kenapa mobil ini tak bisa disepelekan meski secara gamblang bukan penerus langsung Karimun Wagon R. Sebenarnya Suzuki sendiri pernah menegaskan S-Presso tidak dimaksudkan untuk menggantikan Karimun Wagon R. Soalnya positioning dan riset pasar mereka berbeda. S-Presso lebih diarahkan ke pengguna perkotaan yang butuh compact car bergaya “SUV kecil”, bukan sekadar LCGC yang murah meriah. Pernyataan ini disampaikan oleh pihak Suzuki Indonesia saat peluncuran mobil ini.
Mesin dan dimensi Suzuki S-Presso: kecil, ringan, cocok buat dalam kota
Satu hal yang yang harus kita lihat dari Suzuki S-Presso adalah mesinnya. S-Presso dibekali mesin 1.0 liter (K10C/K10B) 3-silinder yang punya getaran pas disetir. Alhasil, fokusnya ke efisiensi bahan bakar ketimbang performa liar.
Dapur pacunya sanggup memuntahkan sekitar 67 PS (±66 hp) dan torsi 89–90 Nm, cukup untuk mobil seukuran ini dan ideal untuk pakai harian di dalam kota. Sementara opsi transmisi tersedia manual 5-percepatan dan AGS (Automatic Gear Shift) bagi yang mau sensasi “otomatis” tanpa memusingkan mahalnya CVT.
Dimensi Suzuki S-Presso compact dengan panjang sekitar 3.565 mm, lebar 1.520 mm, tinggi 1.565 mm, dan ground clearance yang tergolong tinggi untuk city car, sekitar 180 mm. Ini bikin adaptasi di jalan berlubang atau polisi tidur dibanding hatchback rendah pada umumnya. Volume bagasi mobil Suzuki satu ini sendiri mencapai sekitar 258 liter. Memang nggak seluas kelas mobil keluarga, tapi cukup buat belanja mingguan atau koper kabin.
Kenapa ini jadi penting? Karena ukuran dan ground clearance seperti itu menyelaraskan kebutuhan pengguna Indonesia. Harus lincah di gang sempit, namun kudu tetap aman di jalan rusak. Dan tentu saja hemat bahan bakar.
Fitur Suzuki S-Presso seadanya tapi yang penting ada
Kalimat “fitur seadanya” sering dipakai untuk mengejek Suzuki S-Presso. Memang dibanding hatchback modern yang penuh layar besar dan gimik, S-Presso teramat sederhana. Tapi perhatikan fitur keselamatan dan kenyamanan inti yang disediakan macam dual SRS airbags di beberapa varian, pengereman yang aman (beberapa laporan menyebut ABS+EBD/ESP tersedia di varian tertentu), central locking, power window untuk depan, serta head unit sederhana yang fungsional. Pilihan transmisi AGS juga memberi keuntungan buat pengemudi kota yang sering stop-and-go.
Intinya sih, Suzuki mengambil pendekatan utilitarian. Bukan segala fitur kekinian dimasukkan, tapi fitur keselamatan dan fungsional diberi prioritas. Untuk banyak pembeli pertama atau keluarga kecil yang mengutamakan biaya kepemilikan rendah dan perawatan gampang, itu jauh lebih berguna ketimbang layar besar yang bikin pusing dan cukup menganggu konsentrasi saat mengemudi.
Varian dan pilihannya sederhana bagi pembeli yang ingin to the point
Di Indonesia Suzuki S-Presso ditawarkan dalam beberapa varian yang relatif sedikit. Umumnya ada dua varian utama, dengan pilihan transmisi manual dan AGS. Tersedia pula beberapa pilihan warna cerah yang membuat tampilannya tidak terlalu kaku.
Dealer-dealer Suzuki menyebutkan 6 pilihan warna di brosur pemasaran. Paket varian ini memudahkan calon pembeli untuk memilih varian dasar kalau mau hemat, atau ambil varian atas kalau menginginkan sedikit ekstra kenyamanan dan keselamatan.
Untuk banderol harga, S-Presso diposisikan di atas level LCGC termurah tapi tetap di segmen yang sangat terjangkau dibanding city car lain yang menawarkan teknologi lebih kompleks. Ini juga alasan Suzuki bilang S-Presso bukan pengganti Karimun Wagon R, karena segmen dan nilai jualnya beda.
Kenapa klaim “lebih dari LCGC” masuk akal?
Pertama, konstruksi dan spesifikasi mesin Suzuki S-Presso bukanlah LCGC biasa yang dipaksakan pada harga super murah. Sebab ini mobil yang dirancang sebagai city car kompak dengan standar global Suzuki untuk pasar berkembang.
Kedua, ground clearance dan dimensi membuatnya lebih fleksibel untuk kondisi jalan di luar kota kecil, yang biasanya menjadi titik lemah LCGC.
Ketiga, opsi transmisi AGS dan fitur keselamatan minimal yang cukup membuat mobil ini lebih siap pakai. Jadi bukan sekadar “kendaraan paling murah”.
Banyak pembeli mobil pertama yang mencari mobil dengan harga terjangkau, perawatan murah, terasa aman dan praktis. Nah, untuk kombinasi itu Suzuki S-Presso berdiri cukup kuat sebagai opsi. Kita boleh bilang “jelek” secara estetika, dan itu pendapat valid, tapi dari sisi fungsi harian, mobil ini menawarkan paket yang logis dan realistis.
Jadi kalau kamu butuh mobil yang lincah di kota, aman untuk keluarga kecil, gampang servisnya, dan tidak membuat kantong bolong, Suzuki S-Presso adalah opsi yang masuk akal. Suzuki menempatkannya bukan sebagai “penerus langsung Karimun Wagon R” tetapi sebagai city car modern dengan karakter sederhana, berguna, dan yah… agak jelek, sih.
Penulis: Budi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















