Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Susahnya Meromantisasi Jogja sebagai Orang Kabupaten Magelang

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
13 Februari 2021
A A
Susahnya Meromantisasi Jogja sebagai Orang Kabupaten Magelang terminal mojok.co

Susahnya Meromantisasi Jogja sebagai Orang Kabupaten Magelang terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Jogja, terbuat dari bla,bla,bla. Setiap jengkal tanah, genangan air, butiran debu, bisa diromantisasi. Mungkin itu yang membuat banyak orang menjatuhkan pilihan ke Jogja. Ada yang kerja, kuliah, berkesenian, sampai sekadar foya-foya. Jogja, katanya istimewa. Namun, saya merasa jogja tak terlalu istimewa. Mungkin karena saya orang Magelang coret, alias Kabupaten Magelang, tapi saya bangga, kok.

Namanya tempat kelahiran, akan selalu jadi tempat penuh kenangan, atau bisa juga terbaik dan terindah. Namun, bukan karena itu saya sulit meromantisasi Jogja. Jogja indah juga, cuma susah diromantisasi oleh manusia Kabupaten Magelang seperti saya. Semua yang ada di Jogja, tak serta merta mudah diromantisasi, terutama UMR-nya. Dan saya sempat merasakan UMR Jogja itu, hmmm banget.

UMR kota Jogja, lebih kecil dari UMR Kabupaten Magelang. Walau tetap saja, bedanya tipis, tipis banget. Akan tetapi, jika dibandingkan UMR Kulon Progo dan Bantul, sori mayori, jauh bedanya. Sudah banyak yang menulis perihal masalah UMR ini di Mojok. Memang mangkeli, mengingat ini Jogja, Jogja kok UMR-nya nggak istimewa. Namun, kalau protes ke siapa? Susah juga, ya? Meski begitu, ada saja yang berani ngomong kalau di Jogja, apa-apa lebih murah. Murah? Coba deh bandingkan dengan Magelang. Coba kita lihat, apa masih berani bilang murah?

Kita ke angkringan dulu. Kopi di Magelang lebih murah, beda 500 perak, lah. Kalau tegel sama lambung, bisa pesen “wait kopi”, bedanya lebih jauh lagi. Begitu juga nasi kucing dan lawuhnya, beda harganya bisa sampai seribu. Di Magelang, masih mudah ditemui gorengan 500-an dan sate-satean yang seribuan. Di Jogja ada juga, cuma harus melipir jauh ke Bantul atau Sleman yang sub-urban. Mungkin, karena angkringan itu asalnya dari Jogja, jadinya lebih mahal. Lebih otentik dan juga lebih istimewa, barangkali.

Mi ayam juga begitu dong. Misalkan makan mi ayam di Magelang, sepuluh ribu sudah dapat ayam dan topping bejibun. Di jogja, sepuluh ribu masih mi ayam kelas biasa. Mi banyak, ayam dikit. Kalau mau yang ekstra, harus nambah empat atau lima ribu lagi. Di Magelang, tujuh ribuan atau enam ribu sudah dapat yang kelas begituan. Apalagi di secang Magelang, mi ayam dan bakso lima ribuan masih ada banyak, tinggal pilih, isinya juga banyak. Di Jogja juga ada, tapi ayamnya balungan tok til, sawinya dikit banget. Namun, beberapa kali saya temui mi ayam murah dan istimewa, cuma ya gitu, harus melancong jauh dari kota.

Bayar kos? Wadidaw sekali. Jauh harganya dengan kos di Magelang. Saya pernah ngekos di depan ISI Jogja, tepat di samping jalan. Sebuah kamar kecil tanpa kamar mandi dan hanya punya sebuah jendela seukuran kepala manusia, cuilik, panas banget. Kalau sedang tidur, kasur bergetar karena tronton lewat setiap detik. Harga yang saya bayar, lebih mahal dari kamar kos yang lebih besar dan manusiawi di Magelang.

Saya coba kos di tempat yang lebih baik. Biayanya lumayan banget, ratusan ribu kurang dari satu juta. Kalau di Magelang, duit segitu cukup untuk sewa kamar kos yang berfasilitas lebih komplit dan sultan. Tapi, tetap saja, saya paham sekali, kos mahal karena Jogja istimewa.

Apalagi beli tanah dan rumah, modyar gasik mbul. Harga tanah di Jogja, bisa sampai 5,6,7 kali lipat dari harga tanah di Kabupaten Magelang. Harga tanah di Sleman yang agak pinggir, tetap jauh lebih mahal dari harga tanah Kabupaten Magelang. Apalagi kalau beli di daerah Magelang yang agak pinggiran kampung atau desa, jauh murahnya. Di desa saya, duit 100 juta sudah dapat tanah luas buat rumah dan masih sisa buat bikin halaman atau lapangan badminton dan ternak lele.

Baca Juga:

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Namun, ada masalah lain, yaitu kemacetan. Jogja zaman saya piyik tak seperti sekarang ini. Sekitar 90-an akhir dan 2000-an awal, saya sering ke Jogja, menengok Mbakyu yang menempuh pendidikan di Jogja. Sepeda dan becak masih banyak, mobil dan motor tak semeriah sekarang.

Di masa itulah saya sedang menjalin masa romantis dengan Jogja. Belum lagi papan-papan iklan yang kini bejibun jumlahnya. Mural khas Jogja mulai hilang, mulai kehilangan jati dirinya. Masih sering saya temui mural keren ala Jogja, sayangnya harus pergi jauh ke kampung-kampung. Sudah susah untuk jadi seniman jalanan di Jogja, semua dipandang sebagai vandalisme. Nrimo ing pandum, makin diterapkan dengan lumayan buta.

Jogja memang sudah susah untuk saya romantisasi, bukan karena Jogjanya, tapi orang-orang yang bikin sistemnya. Sistem yang justru makin menggerus istimewanya Jogja. Semoga Jogja tak dieksploitasi dengan embel-embel istimewanya lagi. Jogja memang istimewa, tapi semoga yang mangku Jogja juga makin istimewa.

BACA JUGA Nggak Usahlah Ndakik-Ndakik Bicarain Romantisasi Jogja dan tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Februari 2021 oleh

Tags: Jogjakabupaten magelang
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Anak pertama

ArtikelTerkait

Tips Anak Rantau Jawa Timur yang Cari Makan di Jogja terminal mojok.co

Tips Anak Rantau Jawa Timur yang Cari Makan di Jogja

13 Desember 2021
The Victoria Hotel Jogja, Hotel Ramah Anak yang Membuat Liburan Keluarga Nggak Banyak Drama  (Mojok.co)

The Victoria Hotel Jogja, Hotel Ramah Anak yang Membuat Liburan Keluarga Nggak Banyak Drama  

26 Juni 2025
Pengalaman Mudik Perdana dari Jogja ke Madura: Derita Menahan Kencing Berjam-jam

Pengalaman Mudik Perdana dari Jogja ke Madura: Derita Menahan Kencing Berjam-jam

14 April 2023
Es Teh Desa: Es Teh Purwokerto yang Mampu Mengalahkan Mixue (Unsplash)

Es Teh Desa: Minuman Teh Asal Purwokerto yang Mampu Mengalahkan Mixue dan Menghijaukan Banyumas Hingga Jawa Timur

24 September 2023
friends biaya hidup mahasiswa jogja Tempat Nongkrong Hits dan Legendaris di Jogja yang Pernah Jaya Pada Masanya

Profesi Pemeran ‘Friends’ Andai Mereka Hidup di Jogja

25 Mei 2021
3 Coffee Shop Bergaya Jepang di Jogja Terminal Mojok

3 Coffee Shop Bergaya Jepang di Jogja

5 Juli 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.