Ada macam-macam pembeli online di dunia ini. Ada yang suka numpuk barang di keranjang sekadar cari hiburan, ada tipe sultan yang punya kebebasan finansial check-out kapan aja, ada tipe surveyor yang semua-muanya dimasukin Wishlist dulu baru dipilah mana yang paling oke, dan ada pula yang memegang prinsip belanjanya harus sama toko lokal.
November lalu, aplikasi Jajak Pendapat (Jakpat) menggelar survei untuk mencari tahu: kalau semua jenis pembeli online ini dikumpulin, mereka akan lebih condong ke aplikasi yang mana? Hasilnya, Tokopedia menduduki peringkat teratas sebagai marketplace paling memuaskan pelanggan.
Survei dilakukan pada 19-25 November 2021 dengan melibatkan 1.106 responden. Penilaian meliputi pertanyaan dan pernyataan seputar promosi, pengalaman menggunakan aplikasi, rasa percaya, ketersediaan barang, dan pengiriman. Survei menggunakan indikator Skala Likert, skala yang kerap digunakan untuk mengukur sebuah sikap dan pendapat, biasanya terkait persetujuan responden terhadap serangkaian pernyataan.
Di bawah Tokopedia, berturut-turut ada Shopee, Blibli, Lazada, JD.ID, dan Bukalapak. Jakpat mencatat, 65 persen kepuasan pelanggan didapat dari promo-promo yang dihadirkan masing-masing marketplace, sementara hanya 8 persen yang menganggap kualitas pengiriman sebagai alasan.
Tokopedia juga unggul pada kategori “penawaran produk berkualitas”. Aplikasi “si hijau” mendapatkan skor 6,07 dari maksimal 7 poin Skala Likert, diikuti Shopee (5,95), JD.ID (5,38), Lazada (5,33), Blibli (5,32), dan Bukalapak (5,13).
Data ini menjadi krusial untuk perkembangan marketplace di Indonesia mengingat kini semakin banyak orang menghabiskan waktunya di internet, termasuk untuk memilih-milih dan membeli barang. Apalagi, kini semakin ramai tren mengirimkan Wishlist barang yang mau dibeli di marketplace ke sahabat atau pasangan saat ditanyai mau kado apa sebagai hadiah ulang tahun, bertujuan agar hadiah yang dibelikan adalah barang yang tengah dibutuhkan. Juga udah makin umum orang ngasih Gift Card marketplace sebagai kado, biar yang berulang tahun suka-suka check-out sendiri aja deh.
Maka, tidak heran ketika Bank Indonesia memproyeksikan nilai transaksi e-commerce pada 2022 bakal mencapai Rp530 triliun, meningkat dari proyeksi 2021 yang “hanya” Rp403 triliun. Hidup online shop Indonesia!
Menanggapi proyeksi ini, Executive Director Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Arshi Adini maklum aja pada prediksi valuasi tersebut. Ia menyebut, saat ini masyarakat sudah mengalami pergeseran kebiasaan dari yang tadinya “mampir toko itu yuk” menjadi “aduh, udah deh beli online aja kenapa sih?”
“Kami optimis, bahkan kalau dilihat sektor digital lebih luas lagi, saat ini terbuka kesempatan yang sangat besar untuk mencapai angka tersebut. Perkembangan industri e-commerce saat ini tumbuh lebih cepat dari prediksi banyak pihak,” kata Arshi dalam keterangan pers, Jumat (17/12). “Masyarakat merasakan manfaat dan efisiensi yang ditawarkan industri e-commerce sehingga mendorong pertumbuhan yang luar biasa dari sisi seller, konsumen, dan juga transaksi.”
Kondisi ini mirip pepatah Gen Z: Semua orang akan bertanya “Barang ready, gan?” pada waktunya.