Daya tarik Banyuwangi bagi wisatawan sudah diakui dunia. Aspek ini yang membuat banyak pihak berlomba-lomba untuk membangun destinasi wisata baru, baik alam maupun buatan, termasuk bule asal Inggris yang kini menetap di Songgon, Banyuwangi.
Pesona alam Banyuwangi yang membuat Mr. Gary Oldfield, WNA asal Inggris yang sudah delapan tahun menetap di Desa Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Mr. Gary mengakui bahwa begitu tiba di Banyuwangi, dia langsung ingin menetap, bahkan membeli rumah. Dia mengikuti sang istri, Leli Marlia Bachtiar.
Hingga setahun setelahnya, dia mulai membangun kolam renang dengan memanfaatkan aliran mata air di sekitaran tempat tinggalnya di Dusun Pakis, Desa Songgon. Awal mula memang tidak ada niatan untuk mengkomersialisasi kolam tersebut hingga akhirnya seiring berjalannya waktu, banyak pengunjung datang dan akhirnya kolam tersebut dibuka untuk wisatawan.
Beberapa waktu lalu, ditemani Heri Susanto, warga Songgon, saya mengunjungi tempat Mr. Gary. Siang setelah berbincang dengan Heri, saya langsung menarik pedal gas motor Supra X 125 menuju lokasi kolam tersebut.
Berangkat dari Desa Bangunsari sekitar pukul 13.00 WIB, saya tiba di gerbang pintu masuk lokasi wisata miliki Mr Gary sekitar pukul 13.42 WIB. Lokasi tempat ini memang bukan di jalur utama, terletak di jalur dalam. Begitu sampai di depan gerbang, saya disambut tulisan Blue Legoon di gapura kayu di depan pintu masuk kolam.
Saat masuk taman, langsung terlihat berbagai pohon tertata rapi menyambut saya dan Heri yang bergegas memarkir sepeda di lokasi parkir kendaraan. Setelah membayar biaya tiket, saya langsung bertemu Leli Marlia Bachtiar, istri Mr. Gary yang tampak sibuk melayani wisatawan. maklum, menjelang sore, wisata kolam ini semakin ramai.
Tenar di media sosial
Begitu mengenalkan diri saya kepada Leli Marlia, saya menerangkan maksud kedatangan untuk bisa mewawancarai Mr. Gary terkait ketertarikannya dengan Banyuwangi. Saya dan Heri dipersilahkan menunggu di gazebo sisi selatan kolam utama. Saat itu, Mr. Gary sedang memperbaiki pipa kolam.
Sambil menikmati suasana Blue Legoon, saya bertemu Hayati Rahma, pengunjung asal Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi. Hayati mengatakan jika dia mengetahui tempat wisata itu dari media sosial temannya. Kebetulan, saat itu, temannya yang merupakan warga asli Songgon sempat mengunggah suasana di lokasi itu.
Hayati mengakui senang dengan suasana dan kebersihan yang tetap dijaga oleh pengelolanya. “Airnya bersih, jernih juga, dan kolamnya tidak berlumut,” kata wanita berusia 18 tahun itu.
Hayati tidak sendirian. Dia datang bersama empat temannya yang kebetulan juga senang berwisata air di Banyuwangi. Fyi, konsep wisata kolam di Banyuwangi memang banyak tersedia dengan berbagai konsep. Namun, tidak banyak dari wisata itu yang memperhatikan faktor kebersihan air seperti di Blue Legoon.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Fauzul Anwar, warga Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Satu alasan Fauzul Anwar datang ke tempat ini adalah untuk “recce” atau survei lokasi. Maklum, dalam waktu dekat, dia ada proyek untuk membuat video klip salah satu artis Banyuwangi yang kebetulan memilih lokasi di Blue Legoon. Recce dia lakukan untuk menentukan sejumlah hal teknis ketika proses syuting dilaksanakan.
Fauzul mengaku dari sekian banyak lokasi yang dia datangi, Blue Legoon memiliki konsep berbeda dari kolam yang ada pada umumnya. Satu yang tidak ditemui di kolam lain menurut Fauzul adalah sirkulasi airnya yang dipikirkan secara matang sehingga kondisi kebersihan kolam tetap terjaga.
“Saya malah ingat sama Umbul Ponggok yang ada di Klaten, airnya jernih sekali seperti ini,” ujarnya.
Memanfaatkan potensi alam
Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Mr. Gary menyapa saya dan mengizinkan untuk sesi wawancara. Saat saya tanya perihal pengelolaan kolam Blue Legoon, dia mengakui jika niat awal pembangunan kolam itu justru untuk keperluan pribadi. Namun, lantaran antusias warga Banyuwangi yang datang sangat tinggi, akhirnya dia membukanya untuk wisatawan umum.
Mr. Gary bercerita awal mula pembuatan Blue Legoon juga bentuk dari keinginannya yang melihat potensi mata air yang ada di sekitar rumahnya sangat melimpah dengan air yang jernih. Hal itulah yang dia rasakan sehingga merasa sayang jika air tersebut sia-sia dan terbuang.
“Di sini alamnya masih bagus, semua masyarakatnya ramah-ramah. Jadi potensi wisatanya besar,” kata pria kelahiran Inggris itu.
Saat saya tanya awal mula memilih tinggal di Indonesia, dia mengatakan alasanya tak lain dan tak bukan adalah faktor keindahan alam Banyuwangi dan istrinya, Leli Marlia Bachtiar. Dia dipertemukan dengan Leli saat bekerja sebagai pramugari dan dia menjadi manager di salah satu perusahan penerbangan. Lantaran kejenuhan di tempat kerja, keduanya memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menetap di Songgon.
Dia mengatakan senang dengan Songgon lantaran udaranya yang bersih tidak seperti di kota-kota besar di Hongkong atau di Inggris. Sebab di kota-kota tersebut kondisi vegetasi alamnya sudah mulai rusak lantaran berubah menjadi gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.
“Ini alasanya kenapa saya tinggalkan pekerjaan saya yang ada di industri penerbangan, ketenangan kuncinya,” ujar Mr. Gary.
Kebersihan jadi atensi
Berkaitan tentang kebersihan, Mr. Gary menjelaskan jika hal tersebut merupakan prioritas utamanya. Sebab sebagai wisatawan, saat berkunjung ke beberapa kolam renang di Banyuwangi, kondisi kebersihan ini kadang kurang menjadi perhatian. Padahal ini hal penting yang nantinya juga berimplikasi dengan kesehatan pengunjung.
Pihaknya mengatur untuk kolam Blue Legoon selalu dikuras setiap Senin dan Selasa. Jadi, selama dua hari itu, waktu kunjungan untuk wisatawan ditutup dan pihaknya fokus untuk pembersihan. Tidak hanya itu saja, dia selaku pengelola juga selalu mengingatkan ke pengunjung untuk juga membantu proses penjagaan kebersihan.
“Kalau ini tidak diawasi dengan cara selalu mengingatkan pengunjung, dampaknya pasti akan mudah kotor tempatnya,” terangnya.
Apalagi, lanjut Mr. Gary, kunjungan wisata di Kabupaten Banyuwangi semakin meningkat di tengah pandemi Covid-19 yang sudah mulai mereda. Bahkan rangkaian agenda untuk kegiatan Banyuwangi Festival (B-Fest) yang sempat hiatus saat pandemi dua tahun kini sudah mulai diagendakan kembali.
Hal itu berdampak pada banyaknya tempat wisata yang sebelumnya sempat ditutup namun kini kembali buka dengan berbagai pembaruan yang dilakukan pengelolanya. Termasuk Blue Legoon yang yang sebelumnya saat pandemi sempat tutup lama namun kini sudah mulai ramai lagi lantaran wisatawan yang mulai ramai.
Nama Legoon, lanjut Mr. Gary, memiliki arti ‘laguna’. Nama itu dipilih lantaran dia saat menjadi manager di perusahaan penerbangan, saat dalam perjalanan dinas, dari udara selalu terkesan melihat sekumpulan air yang terpisah dari laut oleh penghalang yang biasanya berupa pasir, batu karang atau semacamnya dari atas pesawat.
“Inilah yang menginspirasi saya untuk membuat sesuatu mirip Legoon,” tambahnya.
Terakhir saat saya singgung mengenai kultur tradisi masyarakat di Banyuwangi, dia sangat mengapresiasi berbagai adat yang ada di Bumi Blambangan. Bahkan satu alasan selain istrinya yang membuatnya jatuh cinta juga lantaran adat dan budaya masyarakatnya.
Bagi Mr. Gary, terlalu lama tinggal di luar negeri dengan inggar-bingar dan keramaian industri menjadi semuanya berjalan dengan cepat. Namun saat tinggal di Banyuwangi, suasana yang asri dan nyaman membuat waktu berjalan pelan dan bersahaja bagai di surga.
“Saya rasa ini surga di dunia ini untuk potensi wisata yang sangat besar,” pungkasnya.
Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 3 Hal tentang Kabupaten Banyuwangi yang Belum Diketahui Banyak Orang