Tapi Sam Yuli Sumpil, aksimu mengatasnamakan Aremania sungguh memalukan. Adegan orasi disertai tangisan memperjuangkan logo Arema yang dirusak daripada memperjuangkan keadilan bagi saudaramu yang mati tidak jelas kabarnya. Suporter lain masih perhatian menuntut keadilan, kamu dan teman-temanmu yang nirempati malah bersorak-sorak mempertontonkan ketidakdewasaan Aremania yang selama ini saya, seorang fans Persis Solo kagumi.
Sam, sampean itu pimpinan fans Arema yang dikenal pemberani dan idealis. Citra Aremania yang kreatif dan dewasa malah sampean nodai sendiri dengan aksi memalukan di kantor Arema FC. Apalagi ketika banyak suporter menuntut keadilan untuk Tragedi Kanjuruhan, kamu malah sibuk ikut lomba burung. Hati nurani sampean itu di mana? Saya, bagian kecil dari Pasoepati, kecewa dengan langkah yang sampean ambil, Sam.
Sampean egois dan tidak memperdulikan saudaramu sendiri. Tidak pernah merasa bersalah akibat ulah oknum suporter yang berakibat diberhentikannya Liga 2 Indonesia.
Banyak pemain profesional yang kehilangan pekerjaan, klub bangkrut karena kompetisi berhenti, dan jadwal amburadul karena tekanan dari banyak pihak.
Mana empati dan akal sehatmu?
Sam, sampean itu sudah tuwek dan harusnya bisa berpikir. Harusnya empati sampean lebih tinggi daripada saya yang tinggal jauh dari Kota Malang. Sampean pasti ingin kondisi sepak bola nasional yang maju, prestasi timnas meningkat, dan kualitas Liga Indonesia berkembang.
Saya tidak menuntut sampean turut serta ikut andil mendesak pembubaran klub kecintaanmu. Namun, jangan sampai empati kemanusiaan jutaan suporter lain hilang karena aksimu memperjuangkan logo daripada terbunuhnya saudara-saudaramu.
Saya, sebagian fans Persis Solo, sangat kecewa. Bisa-bisanya “sebuah kepentingan busuk” lebih tinggi ketimbang kemanusiaan. Kamu manusia atau bukan, Sam Yuli Sumpil?
Penulis: Joko Yuliyanto
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Bom Waktu Arema FC dan Momentum Perubahan bagi Suporter Generasi Baru yang Menolak Tunduk