• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Surat Terbuka untuk Romo Magnis-Suseno yang Punya ‘Yolalitas’ di Dadanya

Hugo Hardianto Wijaya oleh Hugo Hardianto Wijaya
19 Desember 2020
A A
romo magnis-suseno katolik HRS mojok

romo magnis-suseno katolik HRS mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Halo, Romo Magnis-Suseno. Perkenalkan, saya Hugo, seorang wartawan sepak bola yang berambisi mengubah Indonesia. Saya tampaknya terlalu mengimani slogan andalan dari Romo Soegijapranata yang bunyinya “100% Katolik 100% Indonesia”. Sebagai umat Katolik sekaligus rakyat Indonesia, bukankah sudah sepantasnya kalau saya ikut-ikut membahas negara?

Di sisi lain, saya malu sama Romo Magnis. Romo itu kan aslinya orang Jerman. Kebetulan masuk ordo Jesuit dan ditugaskan di Indonesia sejak 1961. Ndilalah Romo itu kok rasa cintanya pada Tanah Air ini munjul-munjuli saya yang pribumi.

Buktinya banyak. Romo Magnis-Suseno dengan kesadaran memilih jadi WNI. Di setiap foto, Romo selalu tampak mengenakan batik sebagai budaya khas Malaysia Indonesia. Belum lagi tulisan-tulisan Romo tentang Indonesia yang tidak mungkin saya inventarisasi dalam surat ini.

Tapi, Rom, saya baca lho tulisan terbaru Romo tentang Indonesia. Itu lho yang dimuat di Majalah Hidup minggu lalu. Baru baca judulnya saja saya sudah minder: Kita dan HRS. Sangat aktual dan bersahaja.

Romo tentu masih ingat dengan jelas isi tulisannya. Namun, izinkanlah saya menceritakan ulang apa yang Romo tulis di sana.

Kalau tidak salah menafsirkan, Romo Magnis-Suseno ingin membahas persoalan Habib Rizieq Shihab (HRS) dari kacamata seorang Katolik. Menurut Romo, permasalahan HRS semata-mata adalah persoalan internal umat Islam.

Kita-kita ini yang Katolik tidak perlu lah ikut campur tetek bengek. Apalagi sampai ikut-ikut menurunkan dan atau memasang kembali baliho-baliho bergambar HRS. Itu sudah bagiannya TNI, begitu kan Rom?

Sebagai umat Katolik, yang terpenting itu tetap menjaga hubungan baik dengan kawan-kawan yang beragama Islam. Selain untuk menjaga ajaran Yesus tentang cinta kasih, hubungan baik antarumat beragama juga penting bagi stabilitas negara.

Jelas-jelas Romo menyatakan seperti ini (saya kutip langsung tanpa mengubah ndak masalah to Rom?):

 “Dan satu hal mesti jelas: pemerintah dapat mengandalkan loyalitas kita… Sumbangan kita adalah agar di Indonesia tetap benar bahwa Bhinneka Tunggal Ika… Untuk itu kita harus menjadi kawan terpercaya umat-umat lain di Indonesia.”

Maafkan saya bila lancang Rom, tapi membaca tulisan itu reflek saya tertawa. Kata loyalitas mengingatkan saya pada seorang satpam yang mendendangkan yel-yel loyalitas pada satuannya. Bedanya, satpam itu menggunakan kata-kata “yolalitas” alih-alih “loyalitas”.

“Adakah yolalitas di matamu? Adaaa! Adakah 292 di dadamu? Ada! Di mana? Di siniii!”

Ah, saya jadi melantur.

Kembali ke tulisan Kita dan HRS, Romo Magnis-Suseno sama sekali tidak lupa mencantumkan kesadaran bahwa umat Katolik kerap menerima perlakuan intoleran dari oknum-oknum tak bertanggung jawab. Mulai dari terganggunya perayaan Natal sampai susahnya membangun Gereja.

Menurut Romo, paling-paling setahun cuma ada 20-30 kasus intoleransi di seluruh Indonesia. Toh yang mendapat toleransi dari umat lain jauh lebih banyak. Ditambah lagi, teologi Katolik itu kan berpusat di salib ya, Rom? Artinya penderitaan harus kita pikul sebagai silih atas dosa, begitu tidak Rom?

Masalahnya di sini Rom, umat Katolik tampaknya mulai gedek menderita. Pada 10 Desember kemarin, 147 pastor yang berkarya di Papua meminta supaya Gereja bisa segera membangun komunikasi dengan pemerintah untuk menyelesaikan konflik.

Ini sudah bukan umat lagi, melainkan para imam yang jadi wajah Gereja. Kita sama-sama tahu lah, Rom, rumitnya persoalan Papua. Saya yang tinggal di Sumatera tentu tak punya kapasitas menjelaskan apa yang terjadi di sana.

Namun, menurut Pastor John Bunay, Pr, selaku jubir para pastor di Papua, Gereja Indonesia yang diwakilkan oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) telah abai pada konflik-konflik di Indonesia khususnya Papua, baik berbau agama maupun tidak. Kalau menurut saya sih ini gawat Rom.

Saya membaca, Gereja Indonesia selama ini hanya bisa mengembangkan mental prihatin. Seruan-seruan tentang keprihatinan selalu diutarakan oleh Gereja dalam setiap konflik kemanusiaan yang terjadi di Indonesia.

Misalnya peristiwa teroris di Sigi, Sulawesi Tengah, awal Desember kemarin. KWI bergerak cepat menemui Mahfud MD selaku Menko Polhukam. Entah apa yang dibahas, saya hanya tahu bila KWI merasa prihatin dengan peristiwa naas itu. Tindak lanjutnya? Sepertinya hanya Tuhan yang tahu.

Kalau cuma bisa menunjukkan rasa prihatin, tak perlu jauh-jauh ke KWI. Romo-romo di gereja sudah setiap Minggu berkotbah tentang keprihatinannya pada peristiwa di sekitar. Toh sama seperti KWI, tidak ada tindak lanjut yang berarti dalam kehidupan sehari-hari umat Katolik.

Saya masih ingat, dalam buku Menalar Tuhan (2010) yang saya gunakan sebagai acuan skripsi, Romo menulis penderitaan sebagai tantangan dalam filsafat. Penderitaan jadi persoalan genting dalam tatanan ontologi manusia, sebab semua orang mengalami. Bahkan orang-orang yang percaya pada Tuhan pun ikut jadi korban.

Kalau sudah seperti itu, harusnya loyalitas pada negara bukan jadi jawaban. Carut-marut pemerintah menangani pandemi Covid-19 harus jadi luka yang perlu kita akui bersama-sama keberadaannya. Bukannya malah kita tutupi sambil berkata “aku baik-baik saja”.

Saya memang tak punya kapasitas apa pun untuk menasihati Romo, baik secara filsafat maupun keimanan. Saya hanya alumnus filsafat yang lulus setelah enam tahun kuliah. Dalam hal iman, saya hanya sanggup bertahan tiga tahun saat menjalani pendidikan calon imam. Tentu tak bisa dibandingkan dengan Romo yang profesor filsafat dan rohaniwan selama puluhan tahun.

Namun, sebagai seorang umat, izinkanlah saya meminta pada Romo, untuk tidak diam seperti Adam di Taman Firdaus. Karena sikap diamnya saat Hawa menawarkan buah terlarang, manusia terjerumus pada dosa asal yang tak terhindarkan.

Mungkin Romo bisa mengajak Gereja Indonesia (kalau tak ingin menyebut KWI) mencontoh apa yang dilakukan oleh Konferensi Wali Gereja Sri Lanka pada pertengahan Oktober lalu. Kalau Romo belum tahu, Sri Lanka Oktober kemarin baru saja mengganti amandemen konstitusinya. Celakanya, penggantian amandemen itu berpotensi memberikan kekuasaan dan kekebalan hukum kepada para eksekutif, termasuk presiden.

Melihat kondisi itu, Konferensi Wali Gereja Sri Lanka tidak menerbitkan tulisan yang menyatakan loyalitasnya pada pemerintah. Dengan tegas, lewat surat pernyataan pada 13 Oktober 2020, Uskup-uskup di Sri Lanka menekankan “pemusatan kekuasaan dalam diri seseorang tanpa pengawasan dan keseimbangan tidak memberikan pertanda baik bagi republik sosialis dan demokratis.”

Jika itu sulit, sekiranya Romo bisa mempertimbangkan gerakan Teologi Pembebasan yang berkembang di Gereja-Gereja Amerika Latin, yang juga melahirkan Paus Fransiskus. Romo tentu tahu, bahwa Teologi Pembebasan berkembang dari semangat imam-imam Jesuit, ordo Romo sendiri, yang menolak berbagai bentuk penindasan dari pemerintah kepada rakyat (yang kebanyakan miskin). Lewat Teologi Pembebasan, kita belajar bahwa Yesus yang kita imani tidak sekadar jadi tokoh yang pasrah pada penderitaan melainkan juga revolusioner memperjuangkan kebenaran.

Teologi Pembebasan memang kurang pamor di Indonesia karena Gereja adalah minoritas. Tapi, harusnya inti dari teologi itu tidak terletak pada jumlah umat Katolik, melainkan jumlah rakyat yang tertindas. Seandainya pun ingin menggunakan kuota umat, harusnya suara pastor-pastor di Papua bisa jadi alasan yang kuat.

Sikap seperti itulah yang saya harapkan muncul dari Romo Magnis-Suseno selaku sosok terpandang dalam Gereja Indonesia. Saya, dan mungkin umat Romo yang lain, menginginkan sosok imam yang menuntun kami pada tindak nyata untuk membawa kebaikan yang lebih-lebih bagi hidup manusia. Bukan sekadar loyal pada pemerintah yang tak jelas juntrungnya.

Kami ingin salib-salib ini punya arti. Bukan hanya dimaknai sebagai penderitaan, tetapi keimanan yang bersandar pada harkat dan martabat kehidupan.

BACA JUGA Dikenang Bak Pahlawan karena Tambal Ban.

Terminal Mojok merupakan platform Use Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 Maret 2021 oleh

Tags: hrskatolikromo magnis-suseno

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Hugo Hardianto Wijaya

Hugo Hardianto Wijaya

Wartawan sepak bola.

ArtikelTerkait

Cara Orang Katolik Membersihkan Rumah Angker dan Mengusir Setan (Unsplah)

Cara Orang Katolik Membersihkan Rumah Angker dan Mengusir Setan

25 Desember 2022
Pit Hitam, Sosok Kontroversial dalam Tradisi Natal Terminal Mojok

Pit Hitam, Sosok Kontroversial dalam Tradisi Natal

21 Desember 2022
Dear Saudaraku FPI di Cianjur, Masuk Katolik Itu Susah. Serius! (Unsplash)

Dear Saudaraku FPI di Cianjur, Masuk Katolik Itu Susah. Serius!

29 November 2022
Apakah Jin Muslim Bisa Merasuki Orang Non-Islam?

Apakah Jin Muslim Bisa Merasuki Orang Non-Islam?

9 November 2022
Muntilan, Betlehem van Java Awal Agama Katolik Dikenal di Pulau Jawa

Muntilan, Betlehem van Java Awal Agama Katolik Dikenal di Pulau Jawa

26 September 2022
Novena Santo Yudas Tadeus Doa Ketika Sudah Tidak Ada Harapan Terminal Mojok

Novena Santo Yudas Tadeus: Doa ketika Sudah Tidak Ada Harapan

9 September 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Cara Menikmati Film Science of Fictions meski Awam Sejarah dan Konflik Politik terminal mojok.co

Cara Menikmati Film 'The Science of Fictions' meski Awam Sejarah dan Konflik Politik

Es Kristal, Es Serut, Es Balok: Mana Es Batu yang Paling Tepat Mendinginkan Hidup terminal mojok.co

Es Kristal, Es Serut, Es Balok: Mana Es Batu yang Paling Tepat Mendinginkan Hidup

5 Besar Klasemen Makanan Ringan Orang Sunda yang Pedasnya Nauzubillah! terminal mojok.co

5 Besar Klasemen Makanan Ringan Orang Sunda yang Pedasnya Naudzubillah!



Terpopuler Sepekan

6 Dosa Penjual Nasi Padang yang Bukan Orang Minang Terminal Mojok
Kuliner

6 Dosa Penjual Nasi Padang yang Bukan Orang Minang Asli

oleh Tiara Uci
25 Januari 2023

Tobat, klean.

Baca selengkapnya
Dilema Agen Elpiji Pertamina: Ambil Untung Besar Kena Masalah, Ambil Untung Kecil Bangkrut

Dilema Pangkalan Elpiji Pertamina: Ambil Untung Besar Kena Masalah, Ambil Untung Kecil Bangkrut

26 Januari 2023
Solo di Mata Orang Jogja: Solo Dipandang Rendah, tapi Lebih Menjanjikan

Solo (Layak) Mulai Melesat, Jogja Perlahan (dan Pasti) Ditinggal Wisatawan

26 Januari 2023
Pariwisata Semarang Siap Melesat Seperti Solo, Meninggalkan Jogja (Unsplash)

Wisata Semarang Siap Melesat Seperti Solo, Meninggalkan Jogja

27 Januari 2023
romo magnis-suseno katolik HRS mojok

Surat Terbuka untuk Romo Magnis-Suseno yang Punya ‘Yolalitas’ di Dadanya

19 Desember 2020

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=FyQArYSNffI&t=47s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .