Patut diakui bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka berdebat. Mulai dari debat agama, debat pemilu, debat bola, hingga Debat Kusir Majelis Lucu Indonesia. Salah satu jenis debat kusir tanpa makna dan akhir yang disukai masyarakat adalah tentang mi instan. Dari masalah daftar belanja bareng teman satu kos, hingga rapat seksi konsumsi makrab, masyarakat kita dihadapkan pada dilema tidak penting: mana yang lebih baik, Indomie atau Mie Sedaap?
Kenapa dibilang tidak penting? Pasalnya, kita semua tahu bahwa Indomie adalah merek mi instan terbaik. Perkecualian kalau kalian anak indie yang suka ikut gerakan-gerakan baru kaya ajaran Mie Sedaap. Hal itu yang saya lihat dari Riyanto, salah satu misionaris Mie Sedaap dalam tulisan Sedapnisasi dia di Terminal Mojok.
Sebagai pengikut ajaran Indomie sejak lahir, saya merasa sebagai orang paling mengerti soal mi ini walaupun pengetahuan saya sebatas nonton ceramah mukbang di YouTube dan belajar hukum mi dari blogspot. Oleh karena itu, saya akan berusaha mematahkan semua argumen Riyanto dalam tulisan ini sebagai bentuk aksi bela Indomie saya.
#1 Emang siapa yang suka mi Empuk lembek?
Ngaku aja, kalian semua pasti benci mi lembek? Kita makan mi bukan buat mencari keempukan, tapi kekenyalan seperti Indomie. Kalau memang hasilnya rada sedikit kriuk-kriuk, itu karena orangnya suka makan mi yang sedikit renyah karena teringat nostalgia jajanan Mie Gemez waktu SD. Mi empuk itu cuma bahasa ngeles ala pejabat buat menyebut mi lembek!
Lagian, kalau mau masaknya simple, tinggal beli Pop Mie. Diseduh pakai air panas pun langsung jadi. Kalau mi bungkus kayak Indomie dan Mie Sedaap, memang hukum adatnya harus direbus. Lebih sesat lagi orang makan mi bungkus diseduh air doang daripada yang makan Mie Sedaap. Apalagi kalau masaknya pakai metode aneh-aneh tanpa memperhatikan kearifan lokal kayak pakai “Mircowave”. Metode rebus malah lebih inklusif terhadap semua kalangan, dari pemakai kompor gas, kompor minyak tanah, kompor portable, tungku kayu bakar, ataupun yang pinjam kompor ibu kos. Memang semua orang bergaji di atas UMR itu sering beli peralatan masak aneh-aneh ala Lejel Home Shopping.
#2 Fleksibel bukan berarti ribet
Banyak orang salah kaprah soal kefleksibelan dari Indomie dengan menganggap bahwa itu ribet. Jika ia bisa ditambah berbagai macam bahan dan bumbu, itu artinya ia adalah makanan fleksibel. Mottonya saja,“Indomie Seleraku”, yang berarti ia bisa dikreasikan oleh banyak orang sesuai selara.
Ditambah sawi bisa jadi makanan setengah sehat, ditambah telur bisa jadi makanan setengah bergizi, ditambah kornet bisa jadi makanan setengah mewah. Bahkan Indomie bisa dibuat kreasi bekal kesukaan anak-anak kaya martabak mi atau sosis mi. Intinya, kita semua tahu Intel dan Internet, tapi nggak pernah ada yang bilang setel atau senet kan?!
Lalu, bagaimana kalau mau masak sederhana? Mau dimasak sederhana pun, Indomie sudah kaya bumbu pelengkap. Ada bawang goreng di Indomie Goreng, minyak bawang di Indomie Ayam Bawang, koya di Indomie Soto Spesial, cabe di Indomie Sambel Matah, sampai krupuk di Indomie Goreng Soto. Kalau ada yang bilang mi merek ini nggak kasih bumbu pelangkap sebanyak Mie Sedaap, sudah mulai mengarah ke Pasal 310 Ayat (2) KUHP itu!
#3 Seni memasak Indomie itu mudah
Memang, untuk menciptakan mi enak, ada seni yang perlu dipelajari. Tapi, bukan berarti seni tersebut susah untuk dikuasai. Buktinya, mas-mas penjaga Warmindo saja bisa buat, masak kita yang mengaku pemuda mandiri tidak mau belajar?
Saya sendiri sudah mempelajari waktu dan jumlah air yang diperlukan untuk menciptakan mi yang lezat dan itu jauh lebih mudah daripada buat tulisan tembus Terminal Mojok. Kalau untuk masak Indomie perlu ketrampilan semahir Chef Arnold Poernomo, baru kalian boleh protes.
Bahkan jika kalian masih males untuk belajar seni memasak Indomie, apa salahnya beli di Warmindo? Toh, kamu juga ikut berkontribusi terhadap sektor UMKM negeri ini secara langsung. Pelanggan Warmindo pun makan di sana untuk mendapatkan suasana nongkrong yang tidak bisa didapatkan di rumah atau kamar kamu. Mulai obrolan santai sampai debat kusir serius, semua terjadi di Warmindo. Bukan saja ikut mengembangkan UMKM dengan memberi sponsor spanduk, Indomie juga ikut berkontribusi dalam memelihara nila-nilai sila keempat Pancasila.
#4 Pelopor beda sama pengikut
Terserah kamu mau bilang apa soal eksperimen rasa Indomie. Fakta telah membuktikan, kreativitas mi merek ini dalam menciptakan varian mi instan baru telah melahirkan Indomie Goreng pada 1983, mi instan goreng pertama di dunia. Semua varian mi instan goreng harus berterima kasih kepada Indofood karena telah membawakan karunianya yang terbesar atas dunia.
Bandingkan dengan Mie Sedaap, yang cuma diingat akan varian rasa Goreng, Soto, Ayam Bawang, Sambal Goreng, dan Kari Kental. Coba di sini angkat tangan yang masih ingat Mie Sedaap Rasa Sate atau White Curry. Jika ia punya banyak produk gagal, itu karena memang rasa dia beragam di mana jumlahnya mencapai 51 rasa. Mie Sedaap bungkus tentu tidak bisa bersaing dengan hanya 11 varian rasa, di mana cuma setengah berhasil bertahan.
Di lain pihak, Indomie juga punya banyak rasa baru di luar Big 5 yang sukses seperti Rendang, Sambel Matah, Iga Penyet, Soto Lamongan, dan Mie Aceh. Itu belum termasuk varian rasa lokal yang dijual mini market di luar Jakarta, kaya rasa Tengkleng seperti terdapat di Mirota Kampus Yogyakarta. Silakan kunjungi mini market terdekat dan buktikan keberagaman rasa Indomie dibandingkan Mie Sedaap!
#5 Naik kancah internasional
Coba tanya semua orang bule dari kulit putih di Amerika Serikat sampai kulit hitam di Nigeria, jika ada yang tanya mi instan terbaik dari Indonesia, jawabannya pasti Indomie. Indofood saja sudah punya dua pabrik di Nigeria dan Arab Saudi. Ini membuktikan mereka berhasil tembus kancah internasional.
Cari kata “Indonesian Noodle” di YouTube dan produk Indomie pasti keluar. Bukan Mie Sedaap. YouTuber Internasional kalau mau mukbang snack Indonesia selalu tidak lupa memasukkan Indomie. Video Indomie di kanal First We Feast aja ditonton 4,5 juta orang, sedangkan video lainnya di kanal Jolly ditonton 2 juta orang. Jadi, apa perlu Indomie saingin Mie Sedaap yang sewa Om Siwon, dengan pakai cara sewa mas-mas BTS? Nggak perlu lah. Wong Indomie sudah tenar baik domestik atau internasional. Itu pun si Om Siwon palingan makannya Samyang Green di belakang set!
BACA JUGA Nggak Usah Ngeyel, Mie Sedaap Lebih Enak daripada Indomie atau tulisan lainnya dari Raynal Arrung Bua.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.