Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Sunset di Tanah Monarki: Rakyat Jogja diusir oleh Investasi

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
16 Oktober 2022
A A
Sunset di Tanah Monarki: Rakyat Jogja diusir oleh Investasi

Sunset di Tanah Monarki: Rakyat Jogja diusir oleh Investasi (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Rakyat Jogja ditelan investasi, pelan, tapi pasti

Widji Thukul pernah berseru, “ini tanah airmu. Di sini kita bukan turis.” Bait penutup di Sajak Kepada Bung Dadi ini terdengar seksi, membara, dan melawan. Tapi bagi orang Jogja, puisi ini terlalu ndakik-ndakik. Sajak yang harusnya terdengar indah ini harus ditelan bersama realita pahit. Warga Jogja pelan-pelan jadi turis di tanah air mereka sendiri. Menikmati keindahan dan romantisnya Jogja, tapi tidak mampu membeli sepetak tanah.

Kalau Anda pikir karena upah minimum di Jogja (baca: Daerah Istimewa Yogyakarta) rendah, ada benarnya. Jika yang terlintas adalah harga tanah di Jogja terlalu tinggi, ini juga benar. Tapi yang sering terlewat dan dinormalisasi adalah kata “investasi”. Dan rakyat Jogja tidak bisa lepas dari persilangan antara rumah sebagai tempat bernaung dan sebagai investasi.

Harga tanah dan rumah di Jogja hari ini memang keterlaluan. Bahkan rumah di daerah pelosok Pleret, tanpa keramik, dan butuh banyak renovasi dipatok harga 200 juta lebih. Rumah ini jauh dari fasilitas umum dan mobil tidak bisa berpapasan. Jalan juga belum aspal, masih cor-coran khas pedesaan. Bahkan urusan keran dan toilet saja harus beli dahulu.

Kok saya tahu? Karena itu adalah rumah budhe saya sendiri.

Padahal 5 tahun lalu, harga tanah dan rumah di daerah pelosok Pleret kelewat murah. Maklum karena jauh dari pusat kota dan fasilitas umum. Bahkan dari pusat Kabupaten Bantul saja jauh. Fenomena naiknya harga tanah dan rumah di Jogja memang fantastis. Bahkan bisa naik dalam hitungan minggu saja.

Bapak saya sendiri merasakan fenomena ini. Ketika masih aktif jadi makelar tanah, blio biasa menjual tanah yang baru saja dibeli dalam waktu cepat. Beberapa kali bapak saya membeli tanah dan dijual seminggu kemudian. Bahkan belum sempat balik nama! Kenaikannya pun lumayan, kisaran 10-30 juta. Bayangkan pekerjaan macam apa yang menghasilkan 10 juta dalam seminggu. UMR Cikarang pun iri.

Inilah momen di mana tanah dan rumah di Jogja dipandang jadi aset investasi. Masalahnya, hampir seluruh tanah di Jogja mengalami fenomena yang sama. Mau tanah di pesisir pantai, di puncak bukit, sampai di tengah sawah. Pokoknya ada listrik dan bisa dilewati satu mobil saja, pasti harganya terus meroket.

Baca Juga:

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Investasi menuntut harga aset terus naik. Kalau malah turun, bagaimana investasi menjadi menguntungkan. Di satu sisi, rakyat Jogja masih butuh rumah sebagai tempat bernaung. Tapi ketika semua rumah dan tanah menjadi aset investasi, bagaimana kami bisa beli rumah? Bahkan dengan mengorbankan fasilitas paling dasar seperti akses jalan, harganya tetap susah dijangkau.

Fenomena yang bahasa kerennya adalah gentrifikasi ini tidak terjadi di Jogja saja. Bali juga mengalami fenomena serupa. Bedanya, Bali Utara masih memiliki area adat di mana harga tanah dan rumah tidak terjamah model investasi. Di Jogja? Tanah adat bertajuk Sultan Ground saja tidak pernah bisa diakses rakyat. Kalaupun bisa, harus siap digusur kapan saja. Lha wong ga jelas itu tanah adat atau tanah privat milik Kraton.

Tentu banyak orang yang ingin investasi di Jogja. Pemilik modal dan masyarakat ekonomi atas berbondong-bondong menyesaki daerah istimewa ini. Apalagi melihat fenomena yang dialami bapak saya. Tapi jika tiap jengkal tanah jadi investasi, lalu mana tanah dan rumah yang jadi tempat tinggal? Ikatan emosional antara manusia dan rumah akhirnya dikorbankan karena semangat investasi ini.

Sialnya, tidak ada intervensi dari pemerintah. Tidak ada batasan area investasi dan pemukiman yang jelas. Sultan Ground juga belum dimanfaatkan sebagai perumahan rakyat. Padahal tanah Kraton ini bisa jadi solusi karena bisa dikelola secara adat. Tentu tanah ini bisa menahan arus makelar dan pemegang modal demi pemenuhan kebutuhan atas rumah.

Maka saya tidak melihat ada jawaban dari krisis tanah dan rumah di Jogja. Rakyat mau membuat model arisan seperti beberapa daerah lain, toh tidak sepadan antara upah dan harganya. Model rusun saja terbukti gagal karena dipermainkan makelar. Kekacauan yang mboh ini bukan hanya ulah kapitalisme kalau kata mas-mas kiri, tapi karena sistem manajemen agraria yang sudah rusak duluan.

Ingat! Ikan busuk mulai dari kepala. Tanah dan rumah di Jogja busuk mulai dari sistem pengelolaannya.

Jadi, selamat menjadi turis di tanah sendiri. Bahkan bukan turis kaya, tapi cuma turis darmawisata yang beli kaos saja harus menawar satu jam. Jogja akan menjadi gudang uang bagi investasi, dan rakyatnya akan jadi kontraktor seumur hidup.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Bolehkah Kami Hidup Tenang di Sultan Ground Jogja?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 Oktober 2022 oleh

Tags: InvestasiJogjaRumah
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Ramainya Jogja Sudah Nggak Masuk Akal, bahkan bagi Orang Luar Kota Sekalipun

Jogja Itu Emang Romantis, tapi buat Pendatang dan Turis Aja

5 Agustus 2025
Karen Chicken by Olive Chicken Dari Jogja untuk Surabaya (Mojok.co:Agung Purwandono)

Karen Chicken by Olive Chicken Disambut Hangat Warga Surabaya, Masterpiece Ayam Goreng Asal Jogja yang Jadi Primadona

29 Mei 2024
Pengalaman Mengajarkan Saya untuk Tidak Berharap Banyak Pada Ban Tubeless mojok.co/terminal

Jangan Coba-coba Nanya Alamat ke Orang Jogja Sebelum Buka Helm, Risikonya Fatal 

11 Juli 2020
3 Hal yang Lumrah di Kudus, tapi Nggak Biasa bagi Orang Jogja

3 Hal yang Lumrah di Kudus, tapi Nggak Biasa bagi Orang Jogja. Salah Satunya Pakai Sarung ke Mall

18 September 2024
Kuliah di Jogja Adalah Perjalanan Hidup yang Paling Saya Syukuri surabaya

Kuliah di Jogja Adalah Perjalanan Hidup yang Paling Saya Syukuri

1 Oktober 2022
2 Stereotip Umum yang Keliru tentang Perumahan Syariah

4 Hal yang Harus Diperhatikan sebelum Memutuskan Mengambil Perumahan

20 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Lamongan Memang Maido-Able, sebab Lamongan Problematik dan Memprihatinkan

Lamongan Memang Maido-Able, sebab Lamongan Problematik dan Memprihatinkan

30 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.