Sebagai orang Sumenep tulen, saya sedih ketika tahu bahwa Sumenep menempati posisi kedua sebagai kabupaten atau kota termiskin di Madura, sekaligus—kenyataan yang lebih menyedihkan—termiskin kedua di Jawa Timur. Lewat data yang dirilis oleh BPS pada 21 Februari 2020, Sumenep masuk pada 10 besar kabupaten termiskin Jawa Timur dengan menjadi kabupaten termiskin kedua setelah Sampang, disusul dengan Bangkalan dan Probolinggo di posisi ketiga dan keempat.
Secara persentase, dilansir dari kompas.com, sekitar 18,7 persen warga Sumenep berada dalam kemiskinan. Rinciannya, BPS mencatat ada 206.020 warga Sumenep terdiri dari orang miskin.
Tentu hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa Sumenep menjadi ladang empuk bagi para investor. Termasuk beberapa agenda Pemerintah Kabupaten (Pemkab) yang memang terkesan menjalin keakraban dengan para pemodal. Bahkan tak ayal jika beberapa menganggap bahwa Sumenep adalah surganya para investor.
Di sisi lain, laporan LHKPN, Cak Fauzi (Bupati Sumenep) adalah bupati terkaya Madura dengan harta kekayaan mencapai 17 miliar. Sebagai bupati terkaya di Madura dengan kabupatennya yang berada dalam kemiskinan adalah suatu hal yang kontradiktif sekali. Meskipun sebenarnya kenyataan demikian sangat riskan untuk diungkapkan.
Visit Year Sumenep
Visit Year Sumenep sebenarnya telah dipromosikan sejak beberapa tahun yang lalu, dan saya mulai mengikuti kabar kebijakan ini sejak awal-awal saya kuliah sekitar 2019. Agenda ini dirancang oleh Pemkab untuk menjadikan kota ini sebagai tempat wisata dan menggaet wisatawan, baik lokal ataupun turis asing.
Konon, agenda ini menjadi salah satu program utama Pemkab yang akan mengangkat perekonomian masyarakat Sumenep. Dengan dalih kampanye wisata, Sumenep akan dijadikan sebagai kota berjuta warna. Untuk menjalankan prospeknya ini, Pemkab mengajak segala pihak, salah satunya investor untuk turut berpartisipasi aktif.
Kampanye Visit Sumenep, the Soul of Madura bahkan dijadikan Pemkab sebagai salah satu bagian perayaan HUT Sumenep yang ke-753 , 2022 kemarin. Apakah prospek tersebut, kampanye pariwisata yang akan mengangkat perekonomian masyarakat berjalan dengan apik? Ah, bagi saya nggak.
Baca halaman selanjutnya
Dampaknya untuk menyejahterakan masyarakat belum dirasakan…