Bertahun-tahun Hidup di Sumenep Madura Bikin Saya Nggak Sadar kalau 3 Kebiasaan Ini Ternyata Aneh di Mata Orang Jember

Bertahun-tahun Hidup di Sumenep Madura Bikin Saya Nggak Sadar kalau 3 Kebiasaan Ini Aneh di Mata Orang Jember Mojok.co

Bertahun-tahun Hidup di Sumenep Madura Bikin Saya Nggak Sadar kalau 3 Kebiasaan Ini Aneh di Mata Orang Jember (wikipedia.org)

Menjelang Hari Raya Iduladha, keluarga besar dari Jember mampir ke rumah saya di salah satu kampung di Sumenep Madura. Mereka berniat ikut Salat Iduladha, ngaji, dan tahlil di kampung. Saya sih sama sekali nggak keberatan, justru senang kedatangan sanak famili. 

Uniknya, di waktu yang singkat itu, beberapa saudara saya mengungkapkan beberapa kekagetan terhadap kebiasaan orang Sumenep Madura. Saya yang sudah lama tinggal di tempat ini tidak menyadari kalau kebiasaan tersebut ternyata asing bagi orang lain. Padahal jarak Jember dan Sumenep Madura tidak begitu jauh lho, sekitar 300 kilometer saja, tapi kebiasaan-kebiasaannya ternyata sudah berbeda ya. 

#1 Orang Jember nggak nyangka warga kampung ngarit dahulu sebelum Salat Iduladha

Keheranan pertama diungkapkan oleh nenek sepupu saya yang sudah bertahun-tahun tinggal di Jember. Dia heran terhadap orang-orang di kampung saya yang sempat-sempatnya ngarit sebelum ke masjid untuk melaksanakan salat Iduladha. 

“Orang Madura dilawan. Waktunya salat masih aja ngarit,” begitu kurang lebih kata nenek saya. Saya maklum saja sih, di Jember Salat Iduladha digelar pukul setengah 7 pagi. Berbeda dengan Salat Iduladha di Sumenep Madura, khususnya kampung saya, yang baru dimulai pukul setengah 8 pagi. Jadi, warga masih punya banyak waktu untuk melakukan banyak hal terlebih dahulu sebelum salat. 

Warga kampung saya sengaja menghindari ngarit setelah salat karena bakal mager. Mereka akan bersantai sambil bertemu keluarga seusai salat. Jadi memang lebih baik ngarit dan melakukan aktivitas lain sebelumnya.  

#2 Keheranan motor diparkir begitu saja di Sumenep Madura

Keluarga saya sempat bepergian ke Kota Sumenep Madura. Sepulangnya dari kota, salah satu keluarga saya terheran-heran melihat sepeda motor diparkir begitu saja di halaman rumah, di malam hari lagi. Hal semacam itu tidak mungkin terjadi di Jember karena berpotensi hilang dicuri orang sangat besar. 

Dia semakin kaget ketika melihat motor-motor terparkir di jalanan pinggir rumah sakit. Tidak ada satpam maupun tukang parkir yang berjaga. Dia terheran-heran kenapa orang Madura bisa sepasrah itu. 

Baca halaman selanjutnya: #3 Heran sama orang ….

#3 Heran sama orang Sumenep yang menyiram tembakau pada malam hari

Keluarga saya yang orang Jember itu juga kaget melihat orang-orang yang menyiram bibit tembakau pada malam hari. Melihat orang-orang menggunakan senter di dahi dan menyiram tembakau pakai gembor (baca Madura: tembeh) adalah pemandangan yang baru. 

Katanya, kalau di Jember, ada orang pakai senter malam-malam di tegelan seperti itu bisa dikira maling. Bukan nggak mungkin akan dikerubungi dan diintrogasi warga. 

Bertahun-tahun hidup di Sumenep Madura membuat saya nggak sadar kalau hal-hal di atas ternyata begitu unik di mata orang lain. Saya jadi memandang hal-hal di kampung dari sudut pandang yang baru. Sambil sesekali membatin di dalam hati, aktivitas lain apa lagi ya yang kira-kira unik di mata orang Jember atau orang daerah lain? 

Penulis: Zubairi
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Bertahun-tahun Merantau di Kediri Bikin Saya Sadar, Nggak Semua Orang Bisa Cocok Hidup di Daerah Ini

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version