Menjelang Hari Raya Iduladha, keluarga besar dari Jember mampir ke rumah saya di salah satu kampung di Sumenep Madura. Mereka berniat ikut Salat Iduladha, ngaji, dan tahlil di kampung. Saya sih sama sekali nggak keberatan, justru senang kedatangan sanak famili.
Uniknya, di waktu yang singkat itu, beberapa saudara saya mengungkapkan beberapa kekagetan terhadap kebiasaan orang Sumenep Madura. Saya yang sudah lama tinggal di tempat ini tidak menyadari kalau kebiasaan tersebut ternyata asing bagi orang lain. Padahal jarak Jember dan Sumenep Madura tidak begitu jauh lho, sekitar 300 kilometer saja, tapi kebiasaan-kebiasaannya ternyata sudah berbeda ya.
#1 Orang Jember nggak nyangka warga kampung ngarit dahulu sebelum Salat Iduladha
Keheranan pertama diungkapkan oleh nenek sepupu saya yang sudah bertahun-tahun tinggal di Jember. Dia heran terhadap orang-orang di kampung saya yang sempat-sempatnya ngarit sebelum ke masjid untuk melaksanakan salat Iduladha.
“Orang Madura dilawan. Waktunya salat masih aja ngarit,” begitu kurang lebih kata nenek saya. Saya maklum saja sih, di Jember Salat Iduladha digelar pukul setengah 7 pagi. Berbeda dengan Salat Iduladha di Sumenep Madura, khususnya kampung saya, yang baru dimulai pukul setengah 8 pagi. Jadi, warga masih punya banyak waktu untuk melakukan banyak hal terlebih dahulu sebelum salat.
Warga kampung saya sengaja menghindari ngarit setelah salat karena bakal mager. Mereka akan bersantai sambil bertemu keluarga seusai salat. Jadi memang lebih baik ngarit dan melakukan aktivitas lain sebelumnya.
#2 Keheranan motor diparkir begitu saja di Sumenep Madura
Keluarga saya sempat bepergian ke Kota Sumenep Madura. Sepulangnya dari kota, salah satu keluarga saya terheran-heran melihat sepeda motor diparkir begitu saja di halaman rumah, di malam hari lagi. Hal semacam itu tidak mungkin terjadi di Jember karena berpotensi hilang dicuri orang sangat besar.
Dia semakin kaget ketika melihat motor-motor terparkir di jalanan pinggir rumah sakit. Tidak ada satpam maupun tukang parkir yang berjaga. Dia terheran-heran kenapa orang Madura bisa sepasrah itu.
Baca halaman selanjutnya: #3 Heran sama orang ….