Daftar Isi
Nggak ada footstep buat penumpang
Buat yang suka nebeng, jangan harap menemukan footstep pada Honda BeAT karbu, ya. Kalau kalian nebeng motor saya, kalian bakal menemukan pijakan kaki yang lumayan tinggi alih-alih footstep. Jadi kalau kalian nggak terbiasa, biasanya bakal kaget, kok dengkul jadi nekuk begini. Apalagi kalau kalian punya tinggi badan di atas rata-rata, naik motor saya bakal terasa sedikit menyiksa.
Nggak bisa bawa barang besar
Selain sebagai moda transportasi, motor sejatinya juga memiliki peran ganda, yakni sebagai pengangkut barang. Iya, kalau dulu bawa barang naik kuda atau hewan lainnya, sekarang bisa bawa barang naik motor.
Apesnya, space depan yang dimiliki Honda BeAT karbu nggak luas kayak motor matic lainnya. Kalau motor matic lainnya bisa bawa galon, Honda BeAT karbu saya nggak bisa soalnya nggak muat. Wong buat bawa kardus Aqua saja nggak bisa, kok, saking sempitnya. Jadi, motor saya ini memang nggak cocok buat dibawa ke pasar mborong belanjaan. Wqwqwq.
Meskipun hal-hal di atas bikin saya resah sebagai pengguna Honda BeAT karbu, harus diakui motor ini memiliki beberapa keunggulan seperti berikut ini:
Gampang dicari di parkiran
Seperti yang saya sampaikan di atas, motor matic kini menguasai jalanan. Kita bisa menemukan motor jenis ini di mana saja. Bahkan antara satu motor dengan motor lainnya mirip-mirip. Untungnya, karena Honda BeAT karbu milik saya adalah model lawas, saya nggak pernah kesulitan tuh menemukan keberadaannya di parkiran yang penuh dengan motor. Maklum, modelnya memang beda dari motor kekinian, sih.
Gampang nyelip sana-sini
Honda BeAT karbu memang memiliki body yang cukup ramping. Maka ketika menggunakan motor ini, saya nggak pernah kesulitan mencari tempat parkir. Tinggal geser kanan dikit, geser kiri dikit, masuk deh motornya. Selain itu, motor ini juga ringan, jadi mudah mau digeser-geser.
Begitulah keresahan sekaligus hal yang saya syukuri sebagai pengguna Honda BeAT karbu. Wajar kan kalau segala sesuatu ada kekurangan dan kelebihannya. Begitu juga dengan motor lawas kesayangan saya ini yang telah menemani saya hingga sekarang. Kalian punya pengalaman serupa kayak saya nggak?
Penulis: Irna Maifatur Rohmah
Editor: Intan Ekapratiwi