Jika Converse bangga dengan Converse Chuck Taylor 70’s sebagai seri legend-nya, seharusnya Swallow juga bangga dengan sandal seri 05 D-nya. Sandal Swallow 05 D ini sangat populer di hampir semua kalangan dan sering menjadi mayoritas sandal-sandal di masjid. Saya sendiri adalah satu di antara pemakai yang cukup setia memakai sandal ini, apalagi untuk musim penghujan seperti saat ini. Entah, kadang seperti sudah keharusan untuk memiliki setidaknya sepasang sandal semacam ini di rumah.
Sandal ini juga cukup mudah dikenali, yaitu memiliki permukaan berwarna putih serta teksturnya yang khas, memiliki beraneka warna di bagian dasar sandal, serta menyerupai warna pada bagian talinya. Tersedia beragam ukuran untuk kaki-kaki mungil hingga kaki-kaki jumbo.
Saya sendiri tidak tahu pasti sudah berapa tahun akrab dengan sandal seri ini, setidaknya dari saya balita hingga sekarang bukanlah waktu yang singkat. Dan selama saya akrab dengan benda tersebut, saya ingin memberikan kesan tentang suka duka memakai sandal Swallow tipe 05 D.
#1 Murah
Harganya yang murah, membuat sandal Swallow ini menjadi pilihan pertama. Apalagi dalam situasi kepepet, mudah ditemukan lagi. Dan karena murah itulah hampir semua orang setidaknya memiliki sepasang sandal ini di rumahnya, entah sebagai pilihan utama entah hanya untuk beberapa keperluan saja.
#2 Praktis
Ringan serta terbuat dari bahan karet, membuat sandal ini sangat cocok dipakai di segala kondisi, baik musim penghujan atau musim kemarau. Kalian tak perlu cemas apabila takut sandalnya terkelupas karena terkena air, toh bahannya sendiri dari karet. Pun tak perlu menunggu sanda-sandalnya harus kering untuk langsung dipakai. Ditaruh di mana pun mudah, entah di jok motor, di tas, atau ditenteng.
#3 Multifungsi
Walau terkesan sebagai sandal kamar mandi, sejatinya sandal ini bisa digunakan dalam berbagai situasi. Dari hal-hal santai seperti ke masjid, ke warung, nongkrong, hingga dijadikan sandal tempur. Di desa saya, sandal tipe ini adalah sandal favorit pakde-pakde untuk mengadu nasib di sawah. Mungkin ada juga ibu-bu yang suka nabok maling pakai sandal Swallow ini?
#4 Sering tertukar
Saking banyaknya orang pakai sandal Swallow, kita sering kebingungan membedakan sandal sendiri atau sandal orang lain, apalagi saat di masjid. Yang paling fatal adalah sandal kalian tertukar. Meskipun kembar, sejatinya sandal-sandal ini memiliki perawatannya sendiri tergantung si empunya sandal. Tak jarang, kadang sandal saya tertukar dengan sandal yang hampir layak dipensiunkan, atau malah dapat yang lebih bagus. Lebih ngenes lagi apabila tertukar tapi beda size.
#5 Harus pandai merawatnya
Karena bagian alasnya berwarna putih, sandal ini sangat rentan kotor. Apalagi bagi saya yang tinggal di desa, di mana beberapa jalanan setapak masih berupa tanah. Dulu saya memberikan perawatan spesial pada sandal Swallow yang saya punya. Walaupun saya gunakan sebagai sandal tempur, tapi saya rutin menyikatnya ketika mandi sore. Permukaan sandal senantiasa tampak putih, pun bagian dasarnya. Sialnya, kalau dibawa ke masjid, tak menutup kemungkinan sandal ini tertukar. Haaash.
#6 Memacu kreativitas
Sebab sangat sulit diidentifikasi dan sering tertukar, beberapa orang mempunyai cara agar sandalnya mudah dikenali, salah satunya dengan mengukir bagian permukaannya. Bahkan dulu, sempat tren meng-custom sandal ini. Permukaan sandal tak ubahnya canvas yang siap dikreasikan. Mengukir permukaan sandal Swallow bukan sekadar untuk menandai, tapi juga untuk menuangkan hasrat seni.
Lain lagi bagi para bocah zaman dulu seperti saya. Bekas sandal Swallow yang sudah tak terpakai, rusak, atau putus penjepitnya, sering dipakai untuk bahan membuat mainan, salah satunya mobil-mobilan. Bahan karet membuatnya mudah dibentuk. Stok sandal bekas pun selalu ada karena hampir semua orang punya.
#7 Nggak malu-maluin
Selain pernah tren dan pernah dipakai bintang K-Pop Sehun pada 2014 silam, saya juga berani memasukkan sandal ini sebagai item yang “Indonesia” banget, layaknya mangkok ayam dan spanduk pecel lele. Memakai sandal Swallow adalah kebanggaan terhadap kearifan lokal. Padahal dulu sandal ini kerap dipandang sebelah mata sebagai representasi sandal wong ndeso.
Daripada memakai sandal-sandal branded kw, saya malah lebih pede dan merasa nggak malu memakai sandal Swallow 05 D, terutama dalam urusan yang nyantai. Satu hal yang penting ketika memakai sandal ini biar nggak malu-maluin: pastikan sandalnya dalam keadaan bersih.
BACA JUGA Kita Harus Menerima Keberadaan Jamet sebagai Subkultur Buruh Lepas Indonesia dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.