Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Suka Duka Menjadi Enumerator Quick Count Pilkada 2020

Nurfikri Muharram oleh Nurfikri Muharram
16 Desember 2020
A A
Suka Duka Menjadi Enumerator Quick Count Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Pilkada kemarin memang menjadi bahan debat yang tidak berujung bagi sejumlah pihak. Ada yang kontra karena merasa pilkada ini hanya akan menjadi klaster baru penyebaran virus Covid-19, dan ada yang pro karena merasa pilkada ini harus dijalankan karena telah diatur dalam undang-undang. Akan tetapi, bagi seorang mahasiswa yang jauh dari kata idealis seperti saya, pemilu seperti kemarin adalah ladang mencari cuan. Kok bisa? Mari saya ceritakan.

Terhitung dengan pilkada kemarin, sudah dua kali saya menerima pekerjaan sebagai enumerator quick count. Tugas enumerator quick count adalah memasukkan hasil perhitungan suara ke pusat secepat mungkin, namanya saja quick ya harus cepat.

Saya menjadi enumerator pertama kali pada bulan April tahun lalu. Saat itu, salah seorang dosen menawarkan kami untuk menjadi enumerator saat sesi kuliah yang beliau berikan sudah hampir habis. Saya, yang saat itu sedang menderita kanker alias kantong kering, akhirnya menerima tawaran itu.

Singkat cerita, saya dan seorang teman perempuan mendapat tugas di kabupaten yang sama dan lokasi TPS yang berdekatan. Kami berangkat sehari sebelum pemungutan suara dan menginap di rumah salah seorang teman kami juga yang memang berdomisili di sana. Keesokan harinya, kami berangkat ke TPS masing-masing saat ayam masih bersiap untuk berkokok.

Setibanya di TPS, saya berusaha agar orang-orang tidak menyadari eksistensi saya di sana. Maklum, saya sebenarnya bukan orang yang senang berada di keramaian. Karena duit lah saya melakukan hal ini. Hidup duit! Oke kembali ke cerita, meski telah berusaha untuk tidak mencolok di tengah-tengah masyarakat, tetapi keberadaan saya tercium juga. Seperti kata pepatah: sepandai-pandainya politisi, sekali waktu korupsi juga.

Hal yang sangat berkesan saat berada di sana adalah keramahan khas masyarakat desa yang benar-benar masih kental. Saya sampai lelah menolak beragam hidangan yang disajikan oleh warga. Bukan karena sombong atau tidak enak, tapi takut kekenyangan dan malah menimbulkan kantuk. Lalu, setelah berjam-jam setia menunggu hasil pemungutan suara, akhirnya saya dan teman saya kembali ke rumah tempat menginap. Barulah seminggu setelah pemilihan umum usai, kami menerima bayaran.

Mengingat tahun sebelumnya sudah pernah ikut menjadi enumerator quick count. Tahun ini, tanpa berpikir panjang, saya menerima tawaran yang sama namun di lembaga yang berbeda. Jika tahun lalu dosen saya yang menawarkan, maka tahun ini alumni dari jurusan lah yang menawarkan saya untuk mengikuti quick count.

Salah satu yang membedakan tahun ini dengan tahun lalu adalah lokasinya. Jika tahun lalu, saya bertugas di desa orang, maka tahun ini saya bertugas di kota tempat saya kuliah. Tentu ada perbedaan yang saya alami saat bertugas di desa dan saat bertugas di kota. Beberapa di antaranya yaitu:

Baca Juga:

“Satu Desa Satu Gym” Bukan Sekadar Lelucon, Itu Ide Bagus untuk Kesehatan Warga Jawa Tengah!

Jika Upin Ipin dan Anak-anak Tadika Mesra Nyaleg, Begini Gaya Kampanye Mereka

#1 Keramahan masyarakat

Seperti yang telah saya singgung sebelumnya, masyarakat di desa sangat ramah pada orang baru seperti saya. Mereka memperlakukan saya seolah saya sudah menjadi bagian dari mereka. Sementara saat bertugas di kota, masyarakatnya rata-rata sibuk dengan urusan masing-masing, eksistensi saya seperti tidak dirasakan di sana.

#2 Disiplin waktu

Tahun 2019 lalu, saya tiba di TPS pagi-pagi buta. Saat itu, baik petugas KPPS, polisi, dan warga sudah banyak yang berbondong-bondong untuk datang menggunakan hak suaranya. Tahun ini, saya tiba di lokasi pukul 06.00 dan hanya menemukan polisi yang memang ditugaskan mengamankan TPS tersebut. Bahkan berdasarkan penuturan si polisi, beliau lah yang terpaksa membangunkan petugas KPPS di sana.

#3 Pilihan politik

Sejujurnya, saya cukup kaget saat kemarin bertugas, masyarakat sekitar terang-terangan mengungkapkan pilihannya. Tampaknya daerah sekitar situ merupakan basis kuat salah satu pasangan calon. Ya menurut saya sih nggak perlu mengumbar pilihan seperti itu. Nggak ada pengaruhnya juga dengan perolehan suara nantinya.

Hal ini sangat berbeda dengan masyarakat di desa, mereka cenderung menutup rapat pilihan mereka. Masyarakat desa sepertinya lebih memahami prinsip rahasia dibanding masyarakat kota.

Lanjut ke cerita, lantaran pemilu tahun ini hanya untuk pemilihan kepala daerah, maka durasi waktunya juga tidak selama pemilu sebelumnya. Saya sendiri meninggalkan TPS pada pukul 15.00 dan bertugas memasukkan data hasil suara di masjid untuk menghindari kerumunan orang yang penasaran.

Setelah setengah jam melakukan penginputan suara, akhirnya saya pulang ke kos dan langsung mengambil laptop untuk menulis tulisan ini. Jika ada yang menanyakan berapa bayarannya menjadi enumerator quick count, yaaa cukuplah untuk membeli lima tiket video call bersama member JKT48.

BACA JUGA Gim Sepak Bola Nggak Melulu PES-FIFA, Ingat Masih Ada Football Manager! atau tulisan Nurfikri Muharram lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 Desember 2020 oleh

Tags: enumerator quick countPemilu
Nurfikri Muharram

Nurfikri Muharram

Mahasiswa Setengah Salmon.

ArtikelTerkait

perdunu pesugihan dewandaru dukun pemilu pesugihan tulungagung mojok.co

Dalam Politik, Jangan Percaya Dukun 100% jika Tidak Mau Kecewa

21 Juni 2020
5 Hal tentang Masjid Raya Al-Jabbar yang Jarang Orang Ketahui ridwan kamil

Ridwan Kamil Lebih Siap Jadi Artis ketimbang Presiden

18 Maret 2023
“Satu Desa Satu Gym” Bukan Sekadar Lelucon, Itu Ide Bagus untuk Kesehatan Warga Jawa Tengah!

“Satu Desa Satu Gym” Bukan Sekadar Lelucon, Itu Ide Bagus untuk Kesehatan Warga Jawa Tengah!

11 September 2024
giring presiden pemilu mojok

4 Langkah yang Bisa Ditempuh Giring agar Mulus Menjadi Capres

25 Agustus 2020
surveyor politik pilkada pemilu mojok

Pengalaman Saya Jadi Surveyor Politik di Masa Pemilu yang Panas

10 November 2020
air tawar alat politik pemilu pilkada janji palsu mojok

Alat Politik itu Bisa Apa saja, Termasuk Air Tawar

9 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.