Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Sudah Saatnya Magelang Mengganti Istilah Klitih dengan Kejahatan Jalanan

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
28 Juli 2022
A A
Sudah Saatnya Magelang Mengganti Istilah Klitih dengan Kejahatan Jalanan untidar

Sudah Saatnya Magelang Mengganti Istilah Klitih dengan Kejahatan Jalanan (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Magelang sebaiknya mengganti istilah klitih dengan kejahatan jalanan. Kalau sudah, niscaya tak ada lagi klitih. Percaya, wis!

Magelang, meski berbeda, mau tak mau tetap dianggap bagian dari Jogja. Ya, nyerempet-nyerempet, lah. Budayanya juga sebenarnya tak terlalu berbeda, meski pariwisatanya kalah telak dalam segala sisi. Apa yang ada di Jogja, sedikit banyak meresap dengan perlahan ke wilayah Magelang, layaknya percobaan kapilaritas.

Apa yang terjadi di Jogja detik ini, sudah pasti mempengaruhi Magelang dengan segera di detik selanjutnya. Selain gacoan dan pembangunan jalan tol, Magelang juga punya tren kejahatan jalanan yang hampir mirip operandinya seperti yang ada di Jogja. Meski begitu, kami di sini masih senang menyebutnya sebagai klitih.

Entah sudah berapa kali kejadian yang tak mengenakkan itu terulang. Bahkan boleh saja saya sebut lumayan sering. Segerombolan orang mengendarai motor dengan gaya slebew sembari berbuat onar. Banyak dari mereka yang bawa senjata tajam dengan gaya-gaya perlente bak bandit jalanan. Sayangnya, bukan hanya gaya mereka yang meresahkan, tapi termasuk perbuatan mereka ke masyarakat. Seperti yang Anda sekalian tahu, klitih (yang berkonotasi negatif) ini adalah budaya kranjingan yang sepertinya tak pernah padam. Bahkan kini makin menyebar.

Sebagai orang Magelang, saya khawatir dan sudah pasti marah. Apalagi saya punya keluarga yang kerap keluar malam karena keharusan. Tentu bukan hanya saya yang merasakan kegundahan ini. Pasti tak ada yang mau dilukai saat sedang berkendara. Tak mungkin ada yang mau diserang saat sedang nongkrong bersama kawan-kawan. Semua orang perlu rasa aman, termasuk kami orang Magelang.

Rasa aman yang saya sadari harus diusahakan dengan kerjasama yang baik. Masyarakat dan pemerintah harus segera bertindak dengan satset. Maka dari itu, sebagai makmum dari Jogja, seharusnya Magelang segera meniru solusi nan solutif akan klitih dari imamnya itu. Sudah saatnya Magelang mengganti istilah “klitih” menjadi “kejahatan jalanan”. Klitih yang makin meresahkan dan bikin hidup makin semrawut, sudah seharusnya kita tanggulangi dengan cara yang cerdas macam itu. Cara yang brilian, yang jika diterapkan akan membuat patung Diponegoro di alun-alun gedhek-gedhek dan turun dari kudanya.

Dengan mengganti istilah klitih menjadi kejahatan jalanan, saya yakin klitih akan segera hilang di Magelang. Ini adalah keyakinan seratus persen dari saya. Soal setelah itu masih ada orang-orang berbuat onar serupa sobat klitih, itu soal lain. Mau separah apa pun perbuatan mereka, itu adalah kejahatan jalanan, bukan klitih! Jika banyak yang dirugikan, baik jiwa maupun raga, itu tetap bukan klitih!

Mengganti istilah memang tak bisa memberikan rasa aman, namun setidaknya penggunaan istilah klitih segera menurun. Saya tahu, mengganti istilah tak mungkin menurunkan efek buruk yang diterima masyarakat. Lagipula, kejahatan ini punya akar yang kuat dan menancap dalam, dan cara terbaik untuk menghentikan pertumbuhan akar itu adalah dengan memperbaiki tata bahasa di masyarakat, ketimbang mencoba memahami akar masalahnya.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Klitih sendiri punya makna mendalam yang jauh dari hal berbau kriminalitas. Ia bermakna asli jalan-jalan biasa. Kita tak boleh mencederai makna asli klitih. Jika perlu, kita harus mengganti kejahatan jalanan dengan kata yang lebih indah dan beradab. Meski saya tetap saja yakin, banyak warga Magelang yang akan tetap cedera. Karena menjaga tata bahasa tak akan pernah bisa menurunkan angka kriminalitas.

Tak ubahnya mengubah nama kopi menjadi madu. Sampai kapan pun rasanya tetap pahit dan warnanya hitam. Walau setidaknya ada hal baik yang sejatinya harus kita amini bersama. Bahwa kita adalah negara yang menghargai tata bahasa, meski belum mampu memberi rasa aman pada warganya.

Tapi, mau bagaimana lagi, mau berharap apa kalau kemampuan kita hanya sebatas mengganti nama?

Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Apa Itu Klitih? Panduan Memahami Aktivitas yang Mengancam Nyawa In

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 28 Juli 2022 oleh

Tags: Jogjakejahatan jalananklitihmagelang
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Anak pertama

ArtikelTerkait

3 Alasan yang Membuat Orang Purwokerto Minder dan Iri pada Warga Jogja Mojok.co

Surat Terbuka untuk para Kreator Konten Jogja: Segitu Saja Konten Kalian? Yakin Cuma Tugu-Malioboro-Titik Nol doang nih?

19 Juli 2025
Rasisme Jawa Itu Nyata Dari Ngapak, Mataraman, sampai Arekan (Pexels)

Mencermati Rasisme Sesama Orang Jawa dari Ngapak, Mataraman, sampai Arekan

27 Januari 2025
Jogja Era 2000-an yang Dirindukan Warga Lokal: Nonton Gajah di Alkid hingga Blusukan di UGM Mojok.co

Jogja Era 2000-an yang Dirindukan Warga Lokal: Nonton Gajah di Alkid hingga Blusukan di UGM

10 September 2024
Kuliner Jogja yang Laku Banget dan Bertahan Lama di Malang (Shutterstock)

3 Kuliner Jogja yang Laku Banget dan Bertahan Lama di Malang

1 Agustus 2024
3 Spot Terbaik untuk Ngabisin Duit di Magelang (Pexels)

3 Spot Terbaik Ngabuburit Sekaligus Ngabisin Duit Jelang Petang di Magelang

13 Maret 2025
Tidak Semua Setan Betah di Kota Jakarta, Tidak Semua Malaikat Nyaman di Jogja mojok.co/terminal

Tidak Semua Setan Betah di Kota Jakarta, Tidak Semua Malaikat Nyaman di Jogja

16 Maret 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.