Sudah Betul Kalista Iskandar, Pancasila bukan untuk Dihafal, tapi untuk Diamalkan

Sudah Betul Kalista Iskandar, Pancasila bukan untuk Dihafal, tapi untuk DiamalkanSudah Betul Kalista Iskandar, Pancasila bukan untuk Dihafal, tapi untuk Diamalkan

Sudah Betul Kalista Iskandar, Pancasila bukan untuk Dihafal, tapi untuk Diamalkan

Saya melihat ada tren baru dalam jagat peradu-mulut-an di negeri ini. Kalau sebelumnya netizen melulu ribut soal agama, politik, atau agama yang dipolitisasi, maka kini ada tema baru yang jadi primadona untuk diributkan. Primadona itu bernama Pancasila. Mungkin ini bukan fenomena baru-baru amat. Beberapa waktu sebelumnya pancasila memang kerap jadi bahan bakar menyulut kehebohan. Dari soal Jokowi berseragam Pemuda Pancasila hingga seorang tokoh yang keceplosan bilang agama sebagai musuh pancasila, semuanya selalu berhasil memantik perhatian khalayak.

Maka, ketika pada malam puncak Grand Final Puteri Indonesia 2020 Kalista Iskandar, peserta asal Sumatera Barat kepeleset lidah saat menyebut pancasila, kita tak perlu heran-heran amat. Masyarakat kita ini memang cinta mati terhadap pancasila. Siapa yang menodai kesucian pancasila, niscaya bakal jadi bulan-bulanan.

Kalau Soekarno, Mohammad Yamin, dan Soepomo—trio Bapak Bangsa penyusun pancasila—masih hidup, mereka pasti bakal bangga. Mungkin mereka bakal menangis terharu karena tak menyangka dasar negara rancangan mereka begitu dihormati dan dicintai oleh warga NKRI.

Ya, walaupun kebanyakan orang yang ngaku cinta pancasila sebenarnya masih belum sepenuhnya mengamalkan pancasila. Lihat saja sendiri. Ketidakadilan, kebiadaban, dan perpecahan masih ada di mana-mana. Itu kan nggak pancasilais banget. Kalau mau mencintai pancasila secara kaffah, mestinya kan mengamalkan seluruh nilai-nilai pancasila. Meskipun soal makna ‘nilai pancasila’ kita juga masih ribut-ribut sih.

Namanya saja negeri yang doyan ribut diskusi dan berdialektika, wajar dong kalau gontok-gontokan dalam segala hal. Sebab gontok-gontokan adalah kunci. Apalagi ketika membahas pancasila, sudah barang tentu semangat saat membahasnya berlipat-lipat.

Nah, tepat di sinilah salah ucap Kalista Iskandar justru patut kita hargai. Kenapa gitu? Karena Mbak Kalista secara tidak langsung telah mengajarkan kepada kita, bahwa pancasila itu bukan hanya untuk dihafalkan. Tapi yang terpenting, yaitu diamalkan.

Begini lho. Dalam sejarah, bejibun tokoh yang ketahuan kepeleset saat menyebut pancasila. Dari mulai Zaskia Gotik hingga Prabowo Subianto, pernah punya masalah dengan pancasila. Zaskia Gotik ‘menghina’ pancasila dengan menyebut ‘padi dan kapas’ sebagai ‘bebek nungging’. Prabowo kesrimpet sewaktu membacakan sila keempat saat momen kumpul bareng Alumni 212.  Tapi, apa lantas kita meragukan patriotisme dan kontribusi mereka terhadap bangsa Indonesia?

Tentu tidak. Zaskia Gotik berjasa mengajak masyarakat bergoyang. Bahkan dia diangkat jadi Duta Shampo Lain, eh Duta Pancasila. Sementara Prabowo, oh, siapa coba yang berani meragukan kualitas Prabowo? Beliau adalah menteri terbaik yang kita punya. Beliau tidak punya rekam jejak kekerasan HAM, tidak pernah mempolitisasi agama, dan tidak suka memecah belah bangsa.

Kenapa mereka bisa sedemikian hebat? Haya karena mereka telah mengamalkan pancasila secara maksimal. Sepancasilais-pancasilaisnya manusia ya mereka-mereka itu.

Adapun orang yang bisanya cuma mencibir dan merisak Mbak Kalista Iskandar karena tidak hafal pancasila, memangnya mereka sudah berkontribusi apa? Kontribusi Mbak Kalista ini sudah nyata. Jadi Puteri Indonesia. Perkara dia tidak hafal pancasila, ya kan itu banyak sebabnya. Bisa saja beliau lupa, grogi (sebagaimana yang beliau katakan kemudian), atau iseng aja. Coba kalau beliau menyebutkan pancasila lurus-lurus saja sebagaimana yang disuruh Ketua MPR Bambang Soesatyo, nggak bakal seru. Nah, dengan memelesetkan lidah, beliau pun berkontribusi untuk membuat orang lebih perhatian terhadap dirinya dan pancasila. Berdasarkan fakta ini, beliau memang pantas menyandang gelar Puteri Indonesia.

Lagipula, kesalahan Mbak Kalista nggak fatal kok. Wong cuma keliru tipis-tipis.

“Kemasyarakatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan, dalam permusyawaratan per… masyarakat, perwakilan,” kata Mbak Kalista soal sila keempat yang seharusnya… ayo, kalian juga pasti mesti gugling dulu kan buat nyebut sila keempat? Jadi, ya wajar Mbak Kalista keliru, wong kebanyakan kita juga nggak hafal kok. Beliau itu sedang merepresentasikan rakyat Indonesia.

Soal sila kelima Mbak Kalista menyebut, “Lima, kemanusiaan sosial yang adil dan beradab.”

Lho ya kan itu kesalahan yang lumrah saja. Lagian benar kok manusia itu makhluk sosial. Selain itu, kelirunya Mbak Kalista nggak jauh. Kalau Mbak Kalista mengganti butir pancasila dengan lirik Genjer-Genjer atau lirik Entah Apa yang Merasukimu, baru deh kita layak geger dan marah-marah.

BTW, Pak Bamsoet ini juga kok kayak menyepelekan banget kualitas seorang Puteri Indonesia. Masak sekelas Puteri Indonesia cuma disuruh nyebutin Pancasila. Udah kayak abege yang kena tilang polisi aja. Mbok ya yang agak keren dikit gitu. Disuruh baca lengkap UUD 45 atau “Indonesia Menggugat”-nya Soekarno kek biar mantap.

Yang jelas, Mbak Kalista ini berada di jalan yang benar. Beliau sama sekali tidak berdosa atau melecehkan apa-apa. Yang berdosa dan melecehkan pancasila tuh bukan Mbak Kalista. Para pejabat yang tiap upacara baca pancasila dan menyanyikan Indonesia Raya dengan lancar, tapi doyan korupsi dan ngembat uang rakyat, mereka itulah tuh yang patut dicerca. Dasar negara dan lagu kebangsaan kok cuma di mulut, emangnya sikat gigi.

Soal kealpaan Mbak Kalista, saya jadi keingat pesan guru ngaji saya sewaktu SMA. Kata beliau, “Yang terpenting itu bukan banyaknya hafalan, tapi pengamalan kita terhadap ilmu yang kita miliki.”

Atau, dalam konteks kasus Mbak Kalista, yang terpenting itu bukan hafal pancasila, tapi mengamalkan nilai-nilai pancasila. Misalnya dengan hidup penuh toleransi, tidak suka perpecahan, memperjuangkan keadilan, dan seterusnya.

Hafal pancasila saja kok bangga. Cukup Agus Mulyadi saja yang bangga sebagai jomblo, tapi hafal pancasila.

Ngomong-ngomong, Gus Mul udah nggak jomblo. Apa berarti udah nggak hafal pancasila juga? Eh.

BACA JUGA Bukan Tak Hafal Pancasila, kalista Iskandar Sebenarnya Sedang Sindir Kita Semua atau tulisan Erwin Setia lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version