Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Subsidi Kuota Internet Saat Pandemi Kurang Efektif, Jadi Banyak Mubazirnya

Mamun Nawawi Alfahri oleh Mamun Nawawi Alfahri
1 November 2020
A A
Subsidi Kuota Internet Saat Pandemi Kurang Efektif, Jadi Banyak Mubazirnya terminal mojok.co

Subsidi Kuota Internet Saat Pandemi Kurang Efektif, Jadi Banyak Mubazirnya terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Terhitung sejak akhir September 2020, subsidi kuota untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mulai disalurkan. Bantuan kuota yang diperuntukkan bagi para siswa, mahasiswa, guru, dan dosen dengan besaran yang berbeda bagi setiap jenjang. Langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini sudah sepatutnya diapresiasi karena meringankan salah satu biaya pengeluaran wajib dalam kegiatan PJJ. 

Adapun besaran subsidi kuota untuk masing-masing jenjang adalah sebagai berikut, 20 GB untuk jenjang PAUD/TK, 35 GB untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, 42 GB untuk para guru, dan 50 GB bagi mahasiswa dan dosen. Jumlah yang cukup besar menurut saya, tapi (kayaknya bukan kebijakan pemerintah kalau nggak ada tapinya) dari semua besaran kuota yang berbeda-beda itu, terdiri dari 5 GB kuota sakti (utama maksudnya) dan sisanya kuota khusus aplikasi dan akses ke laman tertentu. 

Sebelum saya dicap kufur nikmat, tolong dengarkan saya dulu. Ya, saya adalah salah satu mahasiswa penerima bantuan tersebut, dan sangat bersyukur terutama untuk yang 5GB kuota utama. Masalahnya, saya dan mungkin banyak teman yang lain tak bisa memaksimalkan menghabiskan kuota belajar yang sebesar 45 GB (kuota yang hanya dapat mengakses aplikasi dan laman tertentu) dan selalu tersisa cukup besar di akhir periode. 

Perasaan bersalah dan dilema melanda saat mengetahui sisa kuota belajar masih banyak, yang akan segera hangus dan jumlahnya kembali seperti semula. Sementara masih ada teman mahasiswa lain belum mendapat subsidi kuota tersebut. Jadi ketahuilah, jika ada teman yang memamerkan kuota belajarnya yang masih numpuk, hal tersebut dilakukan bukan semata-mata untuk pamer. Bisa jadi ada perasaan bersalah dan bingung karena sudah/akan membuat kuota subsidi mubazir belaka.

Saya tau kok, ketentuan besaran kuota bukan hasil jeplak begitu saja, ada itung-itungannya. Menurut Kemendikbud, pertimbangan besaran kuota ini didasarkan pada intensitas penggunaan sarana yang digunakan dalam PJJ, seperti WhatsApp dan aplikasi konferensi video (zoom meeting dan google meet). Sehingga pembagian kuota lebih difokuskan untuk meng-handle penggunaan aplikasi tersebut dan sejenisnya.

Dilansir dari laman Kompas, kuota sebesar 10GB dapat digunakan untuk menggunakan aplikasi konferensi zoom selama 12-37 jam tergantung kecepatan serta kualitas video yang ditampilkan. Hal ini tidak akan berbeda jauh dengan penggunaan aplikasi serupa. Sepertinya, dengan besaran kuota belajar (bukan yang utama) yang diberikan sudah cukup untuk menunjang kegiatan PJJ dengan konferensi video.

Persoalannya, saya kira banyak platform yang digunakan dalam menunjang PJJ tapi tak ter-handle oleh kuota belajar. Misalnya penggunaan media sosial YouTube dan Instagram dalam pengumpulan tugas, yang tak sekali dua kali dilakukan. Atau sebetulnya para penerima tak perlu-perlu amat kuota belajar, perlunya kuota utama aja.

Demi memaksimalkan penggunaan kuota kemendikbud tersebut, sebaiknya jika jumlah kuota utama ditambah saja. Misalnya dengan perbandingan 50:50 guna menekan jumlah kuota yang terbuang sia-sia alias mubazir. Lagian tak terpakainya kuota belajar itu kan sama saja menghamburkan uang negara. Nggak baik, loh, ntar jadi kebiasaan. Wqwqwq.

Baca Juga:

Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Sungguh Mengganggu Keuangan Kaum Mendang-Mending

Sebagai Penggemar Berat Chromebook, Saya Sudah Menduga Ada Korupsi di Kemendikbud Sejak Lama

Kalaupun ada kekhawatiran jika kuota utama ditambah akan disalahgunakan dan akhirnya jadi nggaj pada belajar, jangan salah. Justru ini kesempatan menanamkan nilai penting yang bernama “tanggung jawab”.

Menurut saya, menggunakan kuota subsidi untuk bermain media sosial pun sah-sah saja. Apalagi kecakapan bermain media sosial saat ini lumayan laku di pasar kerja, misalnya jadi influencer pemerintah. Atau mungkin digunakan untuk berkomunikasi dengan pasangan. Itu juga sah-sah saja dan bagus. Karena artinya, negara ikut berperan mendorong kebahagiaan warganya. Dengan catatan aktivitas tersebut dilakukan misalnya di sela-sela banyaknya tugas menumpuk dan butuh penghiburan. Dan jangan lupa harus dilakukan secara bertanggung jawab!

Walaupun kebijakan subsidi kuota ini hanya berlangsung hingga Desember, saya kira masukan saya yang nggak penting ini nggak telat-telat amat. Pasalnya, kebijakan subsidi kuota ini cukup mungkin untuk diperpanjang. Memangnya siapa yang bisa memastikan awal 2020 para siswa/mahasiswa sudah bisa masuk secara normal? Pemerintah?

BACA JUGA Mengubah Kuota Pendidikan Jadi Kuota Utama Itu Bukan Tindakan Korupsi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Oktober 2020 oleh

Tags: Kemendikbudkuota internetpandemi
Mamun Nawawi Alfahri

Mamun Nawawi Alfahri

Penonton film, peminum kopi, pendengar musik, perokok keretek, a.k.a orang biasa aja

ArtikelTerkait

emas logam mulia tabungan bank ekonomi stabilitas mojok

Demam Emas Bisa Jadi Ancaman Pemulihan Ekonomi

12 Oktober 2020
Alasan Kenapa Hogwarts Adalah Tempat Paling Ideal Untuk Menghadapi Pandemi terminal mojok

Alasan Kenapa Hogwarts Adalah Tempat Paling Ideal untuk Menghadapi Pandemi

19 Juli 2021
5 Hal yang Bikin Saya Makin Cinta sama AXIS

5 Hal yang Bikin Saya Makin Cinta sama AXIS

29 Agustus 2023
Penghapusan Penjurusan di SMA Hanyalah Kebijakan Cari Sensasi Saja dan Bentuk Kebohongan Belaka

Penghapusan Penjurusan di SMA Hanyalah Kebijakan Cari Sensasi Saja dan Bentuk Kebohongan Belaka

20 Juli 2024
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri China, Bukan Hanya Belanja Barang Impor dari Mr. Hu terminal mojok.co Digitalisasi Usaha Terbukti Selamatkan UMKM, Ini Tipsnya Agar Bisnis Lancar

Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri China, Bukan Hanya Belanja Barang Impor dari Mr. Hu

4 Maret 2021
marjinal negri ngeri mojok

‘Negri Ngeri’ Adalah Gambaran Indonesia Saat Dihajar Pandemi

7 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.