Sudah sejak jauh hari pondok pesantren kami merencanakan kegiatan study tour bagi para santri. Rencananya kami akan melaksanakan kegiatan tersebut pada semester kedua pembelajaran tahun ini. Sayangnya, rencana tersebut harus mundur karena keduluan sama Pak Jokowi. Begini ceritanya.
Menurut saya, study tour merupakan kegiatan penting bagi pesantren yang sedang berkembang. Khususnya bagi pesantren kami saat ini. Akhirnya, dari banyaknya pilihan tempat untuk melaksanakan study tour, kami memilih berkunjung ke pondok pesantren di daerah Kabupaten Bandung, yaitu Pondok Pesantren Al-Ittifaq.
Saya, guru-ustaz, dan pihak yayasan memilih Al-Ittifaq karena kesamaan latar belakang sehingga cocok untuk menjadi lokasi study tour. Pondok pesantren kami dan Al-Ittifaq sama-sama mempunyai perhatian kepada sektor agribisnis hingga dapat memberdayakan warga sekitar.
Daftar Isi
Prinsip pondok pesantren yang sangat indah
Sebagian warga Ciwidey mungkin tidak asing lagi dengan pondok pesantren yang dibangun pada 1934 ini. Sebab, salah satu prinsip yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq adalah menebar kebermanfaatan bagi warga sekitar. Sampai-sampai tidak ada batasan antara rumah warga dengan pondok pesantren.
Sebelum study tour, saya sempat berkunjung lebih dulu. Saya bahkan sempat bingung, mana bagian dari pesantren dan yang rumah warga. Saking tidak ada batasnya. Pihak pesantren mengklaim bahwa warga termasuk ke dalam bagian pesantren itu sendiri. Dari pesantren untuk warga dan dari warga untuk pesantren. Kurang lebih begitu prinsipnya.
Karena pondok pesantren kami sudah klop dengan latar belakangnya, akhirnya kesepakatan di antara kedua belah pihak terjalin. Tanggal sudah kami pesan. Pihak kami juga langsung mengerahkan berbagai persiapan. Misalnya seperti membuat rancangan kegiatan, menulis surat pemberitahuan, menagih uang kegiatan kepada orang tua yang belum membayar, menyiapkan mental santri agar siap untuk berkunjung ke pesantren besar selama beberapa hari.
Perubahan rencana
Namun, apa mau dikata. Beberapa hari sebelum study tour, pihak sana mengabari bahwa kami harus menunda keberangkatan. “Kok bisa ada perubahan rencana yang sudah ditetapkan dari pondok pesantren sebesar ini?” Pikir saya.
Jawabannya ternyata klise, yang mungkin hanya terjadi di negeri ini. Ya, pesantren kami kebetulan disalip orang nomor satu di Indonesia. Takdir menentukan bahwa Pak Jokowi yang terlebih dahulu harus mengunjungi pondok pesantren agribisnis terkenal di Kabupaten Bandung ini.
Perubahan rencana langsung dilakukan. Perubahan tanggal yang begitu drastis jauhnya. Alasannya, setelah kegiatan kunjungan Pak Jokowi, sudah ada pesantren lain yang mengantre. Akhirnya, sekitar dua bulan kami harus menunggu. Kecewa? Mau bilang iya, tapi ya gimana. Presiden yang berkunjung, yang lain tak bisa menentang. Jadi, nya mangga we.
Dampak negatif dan positif
Tentu dampak negatif dari adanya perubahan jadwal di atas sangat mempengaruhi kredibilitas pondok pesantren di pandangan orang tua murid. Bagi orang tua yang sudah antusias, tentu akan sangat ganas mempertanyakan perihal molornya jadwal. Bahkan hoaks sempat muncul di grup WA orang tua. Ujung-ujungnya kami selaku para wali murid yang membereskan masalah tersebut. Huft.
Namun, terlepas dari dampak negatif tersebut, ada beberapa hal yang bisa disyukuri. Karena adanya Pak Jokowi yang menyalip jadwal maka ketika kami akan melangsungkan kunjungan rasanya wow gitu.
Mantap, nih. Kunjungan ke pondok pesantren yang baru saja dikunjungi presiden, lho. Wow banget, kan. Serasa naik derajat beberapa langkah. Selain itu, kami jadi bisa lebih mempersiapkan perencanaan yang sebelumnya belum matang. Menagih lagi uang kegiatan orang tua yang belum masuk sehingga lebih banyak anak yang bisa ikut.
Manfaat bagi pondok pesantren kami
Alhamdulillah, tetap ada manfaat walau jadwal kami disalip Pak Jokowi. Btw, alasan Pak Jokowi datang ke pondok pesantren Al-Ittifaq adalah, menurut manajer pemberdayaan Ponpes Al-Ittifaq dalam sambutannya, karena beliau tertarik dengan sistem agribisnis yang bisa diaplikasikan di pesantren lainnya.
Sampai-sampai Pak Jokowi kagum dan mengundang pihak Al-Ittifaq ke istana. Nah, manfaat yang saya rasakan secara pribadi adalah program study tour menjadi lebih berkualitas. Adapun bagi santri-santri kami, mereka malah lebih antusias. Sehingga motivasi mereka dalam bekerja dan semangat memberdayakan umat dapat meningkat.
Pengalaman disalip itu memang menyebalkan, apalagi sampai menghasilkan efek negatif yang tidak mengenakkan. Namun, pengalaman disalip Pak Jokowi ternyata berbeda. Ada juga efek positif serta manfaatnya. Tapi, ya, tolonglah, Pak, biar negara kita bisa maju mari kita mulai dengan membudayakan mengantre.
Penulis: Handri Setiadi
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 7 Cara Santri agar Tidak Kehilangan Sandal di Pesantren
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.