Jika Anda sedang membangun rumah, pastikan 3 barang ini tersedia: Kuku Bima Anggur, Gorengan, dan Djarum Super. Niscaya rumah Anda berdiri kokoh dalam waktu cepat. Ngomong-ngomong masalah Djarum Super, rokok ini memang identik dengan tukang bangunan dan pekerja kasar. Sampai dapat stigma “rokok kuli”. Rivalnya, Gudang Garam Surya, malah dapat stigma lebih buruk.
Rokok awal bulan saya ini malah disebut “rokok sampah.” Sebuah stigma kurang ajar bagi salah satu mahakarya umat manusia. Rokok seenak Surya lho, bisa-bisanya dibilang rokok sampah? Apakah rasanya memang seperti sampah? Dan untuk yang bilang begitu, emang pernah merokok sampah beneran?
Stigma kedua rokok ini memang nggak enak didengar. Tapi tidak ada asap tanpa api, tidak ada stigma yang lahir tanpa alasan. Jadi mari kita tengok alasan di balik stigma ra mashok tapi kadung melekat ini.
Daftar Isi
Djarum Super, “rokok kuli” yang ramah proyek
Saya akan mulai dari Djarum Super dulu. Rokok yang dianggap wangi ini memang jadi primadona di Jawa Tengah. Terutama golongan masyarakat menengah. Menyalip seri SKM lain seperti Djarum 76 dan Djarum Black. Nah, Anda tahu daerah penyuplai kuli bangunan terbesar? Salah satunya adalah Jawa Tengah. Maka tidak heran jika Anda akan ketemu beberapa bungkus Djarum Super di antara proyek bangunan. Saya kira ini alasan utama Djarum Super dapat stigma “rokok kuli.”
Saya juga punya hipotesis kalau Djarum Super memang lebih cocok bagi para kuli bangunan. Pertama karena Djarum Super ini padat. Sehingga tidak mudah habis jika ditinggal mengaduk semen atau memasang atap. Kedua karena Djarum Super masih lumayan enak meskipun sudah sempat padam. Jadi lebih cocok untuk dinyalakan berkali-kali ketika sedang mengebut proyek.
Maka tidak heran jika Djarum Super dekat dengan para kuli bangunan. Sehingga lahirlah stigma “rokok kuli” tadi. Meskipun banyak pekerja lain dan pengangguran pecinta Djarum Super.
Rokok sampah karena baunya (?)
Mari kita pindah ke Gudang Garam Surya sang rival. Jujur saja saya pribadi susah memahami kenapa Surya sampai disebut rokok sampah. Jadi saya harus bertanya ke banyak orang. Baik bukan perokok ataupun perokok merk lain. Akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan kalau sumber stigma ini adalah bau asap dari Gudang Garam Surya.
Banyak yang menilai bau asap Gudang Garam Surya ini tidak enak. Seperti tumpukan daun kering dibakar. Bau yang menempel di jari dan baju juga dinilai nggak enak. Berbeda dengan Djarum Super yang punya wangi khas. Selain bau, beberapa perokok juga bilang rasa Surya ini kurang nikmat, karena kurang manis dan cenderung pedas.
Mungkin ini satu-satunya alasan Gudang Garam Surya dapat stigma “rokok sampah.” Meskipun saya pribadi masih nggak terima. Tapi beda orang beda rasa. Dan yang menganggap Surya ini rokok sampah kelewat banyak sampai melahirkan stigma.
Stigma yang lahir dari inovasi rokok lain
Saya coba memahami lebih dalam dari dua stigma menyebalkan ini. Menurut saya, kehadiran inovasi rokok hari ini juga jadi sumbernya. Rokok di Indonesia memang banyak variasi. Dari sensasi menthol, filter dengan kapsul rasa, sampai rokok dengan rasa buah. Selain masalah rasa, inovasi ini juga melahirkan kelompok sosial berdasarkan jenis rokok.
Rokok mild dinilai sebagai rokok eksekutif muda. Rokok filter click dipandang sebagai rokok pemandu lagu. Kretek rasa buah dianggap sebagai rokok pekerja kreatif. Dan mau tidak mau, Djarum Super dan Gudang Garam Surya menyandang stigma kuli dan sampah tadi.
Sebenarnya stigma ini bukan berarti kebenaran. Toh banyak kuli yang suka rokok mild. Banyak pemandu lagu yang doyan Djarum Super. Dan banyak rokok inovasi baru yang baunya lebih busuk dari Surya. Tapi namanya stigma, ya akan melekat meskipun ra mashok blas.
Apa pun stigmanya, Djarum Super dan Surya tetap jadi top of mind
Meskipun dapat stigma menyebalkan, tapi kedua rokok legendaris ini sudah menguasai pasar. Dan terus bersaing untuk menjadi raja rokok kretek mesin. Dan akhirnya menjadi cetak biru bagi rokok-rokok lain. Saya memandang bahwa Djarum Super dan Gudang Garam Surya adalah DNA bagi rokok di Indonesia.
Inovasi rokok hari ini masih sering berakar dari karakter Super atau Surya. Apalagi untuk rokok SKM baru yang cenderung murah. Mereka berusaha menyamakan rasa produk seperti dua legenda tadi. Mau dihujat seperti apa, para ahli isap tetap tidak bisa bebas dari Djarum Super ataupun Surya.
Tapi saya masih heran, kok bisa Surya dibilang rokok sampah? Rokok seenak itu lho!
Penulis: Nadya Angela
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Surya 12 Bukan Lagi Rokok Tukang, Kemahalan, Bro!