Steam adalah portal distribusi game orisinal berbentuk digital yang pertama kali dirilis oleh Valve pada 12 September 2003. Beberapa di antara kalian pasti familiar dengan gim-gim macam Counter Strike: Global Offensive ataupun Dota 2. Dua gim ini udah kayak primadona tersendiri terutama bagi temen-temen kampus saya. Nah, untuk bisa memainkan gim ini, tentu kalian harus menggunakan aplikasi Steam untuk mengunduh gimnya ataupun berkomunikasi dengan kawan ketika bermain.
Mantapnya, mendarah dagingnya CSGO dan Dota 2 di kalangan mahasiswa (terutama kelas menengah ke bawah) tentu disebabkan karena kedua gim ini ya memang disediakan secara gratis oleh Steam (catatan: CSGO dulu berbayar, namun mulai gratis pada Desember 2018). Coba kalo untuk memainkan gim ini harus bayar dulu? Kayaknya nggak bakalan segitu populernya deh.
Meski ada beberapa gim gratis seperti dua gim di atas, gamers, terutama yang nggak punya duit gede, tentu punya nafsu untuk memainkan gim-gim orisinal lain yang sialnya punya harga yang mungkin terlalu mahal. Apalagi di masa pandemi seperti ini, nafsu untuk memainkan gim-gim terbaru pun akhirnya dilampiaskan dengan membeli gim versi bajakannya (pirated games).
Gim versi bajakan tentu punya harga yang jauh lebih masuk akal ketimbang yang orisinal. Marketplace gim bajakan dapat dengan mudah kita temukan di online shops. Mereka bertebaran di mana-mana. Mulai dari Shopee, Tokopedia, BukaLapak, dan yang lainnya. Bahkan, di pinggir jalan pun, selain penjual kaset DVD bajakan, penjual gim bajakan pun dari dulu memang sudah mengakar. Tak heran, kita (termasuk saya) lebih suka memainkan gim bajakan karena mereka murah dan tentunya mudah ditemukan.
Kekurangannya, gim bajakan tentu nggak bisa dimainkan secara online dengan teman-teman. Sesuatu yang bagi saya pribadi bukanlah suatu masalah signifikan karena saya memang lebih suka bermain sendiri. Kalau pun bermain bareng temen, gim yang saya mainin (tentu saja bajakan) nggak lebih dari sekadar gim Pro Evolution Soccer dan FIFA. Dua gim ini paling sering dimainkan kalo temen-temen saya bertandang ke rumah. Sehingga, nggak bisa main online bukanlah suatu perkara besar.
Namun, seiring berjalannya waktu, kegemaran saya menjustifikasi diri untuk membeli gim bajakan dibanding gim orisinal (yang kebanyakan dijual di Steam) akhirnya berakhir juga. Saya sadar, ketika membeli gim bajakan, ada hak daripada para pekerja yang menggarap gim itu yang saya ambil dengan semena-mena. Dalam agama saya saja, jelas mengambil hak orang lain adalah suatu perbuatan dosa. Dari situlah saya mencoba insaf dengan mulai mencoba menghargai pengembang-pengembang gim dengan cara membeli versi orisinalnya. Tepatnya, membeli game sharing-an.
Sekarang, sudah mulai banyak bermunculan toko-toko yang menyediakan jasa sharing gim Steam orisinal. Dengan harga yang tentu jauh lebih murah, kita udah bisa menikmati gim-gim orisinal ini. Saya pun juga sudah mulai membeli membeli gim-gim dengan konsep sharing ini.
Lalu, konsep beli gim sharing itu gimana sih? Begini, misalkan ada satu gim harganya 700 ribu. Kita yang punya kebutuhan-kebutuhan mendasar lain tentu mikir dua kali buat beli gim ini. Lalu, bagaimana caranya supaya kita bisa beli gim ini tanpa mengurangi kebutuhan hidup kita? Jawabannya adalah patungan sama temen. Betul, konsep sosialisme memainkan peranannya di sini. Dengan syarat misal lima orang per gim, kita bisa membagi beban harga disini. 700 ribu dibagi lima orang sama dengan 140 ribu per orang. Nah, kira-kira begitu. Mantap bukan?
Setelah transaksi, kita akan diberikan satu akun yang juga diberikan ke beberapa orang yang sudah membeli tadi. Kekurangannya, kalian nggak bisa buat bermain multiplayer online karena ya ini akun sharing. Kalaupun salah satu dari kalian main secara online dan temen kalian (dengan akun yang sama) ternyata main juga dalam waktu yang bersamaan, maka otomatis kalian yang main multiplayer online akan keluar dengan sendirinya. Oleh karena itu, gim sharing ini hanya bisa dimainkan secara offline. Kecuali kalian kontak dulu tuh temen satu akun kalian untuk nggak main gim itu dulu.
Kekurangan lainnya, setiap mau memulai memainkan gim sharing, kalian harus mengaktifkan internet dulu di awal. Baru setelah kalian masuk ke gimnya, kalian bisa matiin koneksi internetnya. Namun, secara keseluruhan, gim original dengan sistem account sharing seperti ini cukup worth it lah untuk harga segitu. Apalagi, kita juga dapat melakukan update pada gimnya. Sesuatu yang nggak bisa didapetin gim bajakan.
Banyaknya toko-toko yang mulai menjual gim sharing ini adalah kabar baik, apalagi untuk gamers yang nggak punya banyak duit. Walau fiturnya nggak paripurna-paripurna amat, setidaknya, hadirnya gim sharing ini bisa menekan angka penjualan gim-gim bajakan.
BACA JUGA Baharuddin Lopa, Jaksa Agung yang Kelewat Jujur dan Sederhana dan tulisan Raihan Rizkuloh Gantiar Putra lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.