Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Soal Makanan, Lidah Tak Pernah Bohong

Tappin Saragih oleh Tappin Saragih
9 Juli 2019
A A
soal makanan

soal makanan

Share on FacebookShare on Twitter

Sehari-hari, saya banyak menghabiskan waktu untuk duduk. Sebab itu, saya sering jalan kaki setiap sore—kadang dengan seorang teman. Kami berjalan dari kos (sekitar Sanata Dharma Mrican) menuju sebuah sepetak sawah yang ada di belakang Atma Jaya Babarsari. Itu sekitar 45 menit. Pergi-pulang lumayanlah bikin keringat—olahraga santai.

Nah, jalan santai ini sudah saya lakukan rutin dua tahun terakhir. Selain bisa menikmati tujuan—sawah—yang semakin lama semakin lenyap menjadi lapangan futsal, rumah dan café, saya juga bisa menemukan perubahan apa saja yang ada di sepanjang jalan. Yang saya lihat sejauh ini, banyak usaha kecil—pengusahanya kebanyakan anak muda atau mahasiwa—mati  di usia muda. Beberapa di antaranya sempat saya kunjungi.

Pola yang saya perhatikan hampir sama. Tempatnya kecil. Dekorasinya biasanya sangat menggoda mata. Warnanya cerah. Sekilas, tempatnya sangat enak buat nongkrong. Dan, makanan atau minuman yang dijual terlihat berkelas—kebanyakan sih kopi dengan berbagai varian dan tetek bengeknya. Kopi emang tren masa kini, hehe. Awal-awal buka, rame—menurutku itu teman-temannya yang ikut meramaikan—lalu perlahan sepi dan tak lama kemudian  tutup.

Di benak saya muncul pertanyaan: mereka niat nggak sih bikin bisnis? Apa tidak sayang waktu dan uang bayar tempat, beli peralatan dan perlengkapan tapi tanpa hasil? Modal belum balik, kapal sudah terbalik—bangkrut. Terlepas, apakah itu memang sengaja hanya sekedar seru-seruan, buang-buang waktu karena tidak tahu mau ngapain, buang-buang uang karena orangtuanya kaya, menurut saya pribadi itu tetap konyol.

Oke, di sini saya sedikit berbagi ilmu yang pernah saya dapatkan di bangku kuliah. Dalam bisnis, prinsip utamanya adalah anda untung. Intinya, tidak boleh pasak lebih besar dari tiang. Supaya apa? Jelas supaya bisnis anda hidup dan bertumbuh seperti layaknya tanaman. Bagaimana supaya tanaman itu tumbuh? Ya anda berikan pupuk/kompos, air, dibersihkan dan seterusnya. Dalam bisnis, anda urus sistem manajemennya, operasionalnya, sumber daya, produk, pemasaran, dan seterusnya.

Dalam bisnis ada dikenal yang namanya red ocean dan blue ocean. Kalau anda buka bisnis di red ocean, maka anda harus bertarung mati-matian karena di sana sudah banyak pesaing. Anda buka warung kopi tapi di mana-mana sudah banyak warung—café—kopi. Ya, anda harus menawarkan sesuatu yang berbeda, entah itu racikan kopinya, layanannya, atau tempatnya—lingkungan.

Kalau anda pemain kecil dan tidak ada yang unik yang anda tawarkan—apalagi pengunjungnya dua tiga teman yang itu-itu saja, sadarlah! Lebih baik ajak teman-temannya ke kos atau ke rumah lalu ngopi bareng di sana.  (Ingat, pemodal besar bisa menyediakan produk yang lebih enak dan tempat/suasana bagus yang lebih asik buat nongkrong).

Kalau masih niat—belajar—bisnis dan modal anda kecil, contohlah warung makan yang selalu ramai meski tempatnya kecil (besok-besok, anda lebih berpeluang buka cabang). Bermain di red ocean, anda harus fokus pada kualitas produk anda. Anda harus menawarkan sesuatu yang berbeda—ada nilai plusnya. Kalau tidak bisa, ya ujung-ujungnya anda harus bermain harga—lebih murah. (hati-hati, itu bisa menghantar bisnismu ke liang kubur lebih cepat, hehe)

Baca Juga:

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sego Penggel, Onigirinya Orang Kebumen yang Seharusnya Bisa Lebih Dikenal

Bermain di blue ocean lebih enak, anda jadi pencetus—tidak ada saingan. Meski modal sedikit, kalau produk anda bagus dan orang tertarik, anda berpeluang besar sukses. Walaupun kelemahannya, ketika anda sukses, yang lain bakal mengekor. Bahkan kelak, mereka bisa mengalahkan anda kalau anda tidak belajar dan berinovasi. Kasus seperti ini sering terjadi. Misalnya, anda bikin bakso buah naga dan ternyata enak, orang suka. Percayalah, yang lain bakal mengikuti jejak anda. Menjadi pengekor memang lebih mudah daripada pencetus.

Bagi kalian pebisnis—kuliner, ini pendapat saya sebagai konsumen. Saya suka makan. Kadang-kadang tak masalah harus merogoh kantong, asalkan lidah tidak kecewa. Ketika saya menemukan tempat yang hidangannya enak, biasanya saya setia. Saya biasanya berpindah kalau menemukan yang lebih enak (lebih murah jarang karena harga biasanya berbanding lurus dengan kualitas). Kalau kecewa, biasanya tempat itu saya blacklist selamanya. Kejam ya, hehe

Dari pengalaman, saya lebih percaya kata teman yang sudah pernah mencoba daripada apa yang dikatakan oleh media atau orang yang tidak kukenal. Kalau teman sudah bilang  “kamu harus coba!” biasanya saya coba. Kalau sudah mencoba dua kali  dan tetap enak, saya akan jadi pelanggan setia.

Artinya apa? Kalau anda niat bisnis (kuliner)—tidak cuma gaya-gayaan, pertama-tama fokuslah pada kualitas makanan yang anda jual. Mau tak mau harus enak. Jangan sampai lidah pengunjung kecewa saat pertama kali datang. Kesan pertama itu mahal harganya.

Meskipun anda pasang iklan di mana-mana—mengalahkan iklan korporasi—kalau makanan anda tidak enak, orang tidak akan mau berkunjung terus menerus. Tapi kalau anda berhasil bikin orang kangen dan membuat mulut mereka terus bicara “Kamu harus coba!” kepada teman-temannya, maka bisnis anda berpeluang berumur panjang. Sebab, lidah tidak pernah bohong.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: makanan enakmakanan khasmakanan khas jogjaWisata Kuliner
Tappin Saragih

Tappin Saragih

ArtikelTerkait

5 Tips Jajan Gudeg Jogja yang Asli Enak, Nggak Cuma Modal Viral Mojok.co

5 Tips Jajan Gudeg Jogja yang Asli Enak, Nggak Cuma Modal Viral

2 September 2025
Lapangan Kodam V Brawijaya, Lapangan Militer yang Disulap Jadi Pasar Malam di Surabaya

Lapangan Kodam V Brawijaya, Lapangan Militer yang Disulap Jadi Pasar Malam di Surabaya

5 Februari 2024
6 Makanan Khas dari Daerah yang Rasanya Berubah ketika Dijual di Jakarta

6 Makanan Khas dari Daerah yang Rasanya Berubah ketika Dijual di Jakarta

19 Mei 2024
Ketimbang Kulit Ayam, Tulang Rawan Masih Selevel Lebih Enak terminal mojok.co

Kulit Ayam itu Bukan Cuma Enak, Tapi Enak Banget!

13 Agustus 2019
Bakso Memang Enak, tapi Mi Ayam Lebih Sempurna terminal mojok

Bakso Memang Enak, tapi Mi Ayam Lebih Sempurna

29 Maret 2021
Kupat Tahu Bukan Makanan Khas Magelang Paling Enak, Ada Kuliner Lain yang Rasanya Tak Kalah Sedap

Kupat Tahu Bukan Makanan Khas Magelang Paling Enak, Ada Kuliner Lain yang Rasanya Tak Kalah Sedap

22 November 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.