Dalam gaming, mengomparasikan game satu dengan game lainnya adalah hal lumrah. Yang paling sering dibandingkan adalah dua game sepak bola fenomenal yang rivalitasnya beranak-pinak. Kedua game sepak bola ini selalu berkompetisi menjadi yang terbaik, berebut jumlah pemain game paling banyak, yakni Pro Evolution Soccer (PES) dan FIFA. Dua game yang hingga kini merajai permainan sepak bola virtual di dunia. PES dibuat oleh developer asal Negeri Sakura: Konami. Sedangkan FIFA diproduksi oleh developer asal Kanada: Electronics Arts (EA) Sports. Keduanya punya fans sendiri-sendiri.
Saya adalah gamers keduanya. Saking familiernya dengan dua game sepak bola tersebut, saya jadi paham dan tak bisa menampik bahwa PES lebih baik daripada FIFA. Pernyataan saya ini bukanlah isapan jempol semata. Sebab, seberapa ngoyo FIFA memperbaiki tetek-bengek sistemnya, tak sanggup untuk melebihi atau bahkan sekadar menyamai PES.
Dari segala faktor yang dapat dinilai, ia mau bagaimanapun lebih baik daripada FIFA. Kamu nggak percaya? Apa kamu bilang, pernyataan saya ini terkesan mengada-ada? Mari kita telaah bersama, pelan-pelan saja.
#1 Grafik
Segi grafik, FIFA sudah jauh tertinggal dibandingkan PES. Revolusi dari FIFA 1998 sampai FIFA 20 dibanding PES 5 hingga PES 2020 kentara bedanya. Ia lebih konsisten dalam memberikan detail wajah, tubuh, tangan, dan kaki dari setiap pemain, terutama yang mereka miliki lisensinya. Sementara FIFA seperti tak serius soal grafik dan detail para pemain.
Banyak wajah pemain di FIFA tak mirip dengan aslinya. Sedangkan PES berusaha supaya detail wajahnya mirip versi orisinalnya. Akibatnya gamers FIFA terkadang susah membedakan wajah Sadio Mane dan N’Golo Kante.
Karena grafiknya jelek, FIFA jarang dimainkan pada konsol PlayStation. Maka dari itu, EA Sports juga mengincar pengguna Nintendo Switch dan Xbox. FIFA justru bergabung di satu konsol bareng game Super Mario: Nintendo Switch. Itu loh yang bentuknya duplikat PSP—atau lebih mirip gamebot, ya?
Di sisi lain, PES enggan hadir untuk semesta Nintendo. Pihak Konami mengincar pasar melalui PlayStation, dari mulai yang berbentuk konsol atau portabel. FYI, di Indonesia pengguna PlayStation tak sedikit, dan cenderung lebih banyak ketimbang Nintendo loh.
#2 Gameplay
Salah satu kelemahan FIFA terletak pada gameplay (permainan berlangsung). Banyak bug (kecacatan) pada gameplay-nya. Misal tangan yang tembus ke pemain lawan. Ini sering terjadi ketika tangan pemain kita bersinggungan sama pemain lawan. Kemudian kedua pemain bereaksi seolah beneran tersenggol, padahal jelas di depan mata kedua tangan malah tembus seperti Casper.
Bug juga sering muncul saat gol. Susah payah melakukan serangan ke jantung pertahanan lawan, Cristiano Ronaldo menendang sekeras tenaga, dan bolanya sampai menembus jala gawang sampai keluar lagi. Mirip-mirip tendangannya Kojiro Hyuga. Uniknya—lebih tepatnya aneh—gol tersebut dianulir. Kan jadi pengin banting stiknya.
PES kendati tak menutup kemungkinan juga muncul bug, tapi nggak parah-parah amat. Setidaknya setiap kali main, nggak selalu ada bug, sedangkan FIFA tiap kali pertandingan bug melulu. Apalagi tahun ini, gameplay pada PES diperbaiki.
PES menyempurnakan teknik dribel pemain, first touch, akurasi menendang, dan pergerakan bola agar lebih realistis. Belum lagi ketika melakukan serangan artificial intelligence atau kecerdasan buatan. Bermain PES, pemain bertahan kamu dapat melakukan pergerakan untuk menghalangi alur bola. Bahkan tak jarang bek kamu mampu melakukan intentional foul apabila pertahanan tim terancam bahaya.
#3 Mendapat pemain
FIFA dalam urusan game online lebih sukses ketimbang PES. Ia hadir dengan berbagai macam versi online. Sedangkan PES baru-baru ini saja mulai gencar dengan versi online-nya. Dulu, PES hanya bisa dinikmati via offline seperti di PlayStation. Sekarang PES mulai merambah game online, di mana seluruh pemain di satu negara atau lebih dapat bermain bareng.
FIFA versi online pun posisinya terancam. Terlebih kendala-kendala di versi ini lumayan banyak. Para penggemarnya juga sebagian ada yang justru beralih jadi haters. Sulitnya mendapat pemain bagus salah satu alasan mengapa FIFA versi online mulai tergusur dengan ketenaran PES.
Contohnya, di FIFA Online untuk memperoleh pemain berbintang harus membelinya di market. Harganya pun tak murah, bahkan cenderung selangit. Gamers FIFA Online mesti mengumpulkan duit virtual untuk membeli satu pemain, katakanlah sekelas Miralem Pjanic pun harganya jutaan. Itu saja belum tentu pemainnya bisa diandalkan.
Kamu-kamu yang pernah atau sampai sekarang tengah bermain game E-Football PES 2020, tentu akan berpikiran mendapat pemain kelas kakap sangatlah ringan. Pihak Konami selalu punya cara agar gamers betah bermain PES dan tak beralih ke kompetitornya. Caranya, memberikan pemain top secara cuma-cuma.
Beneran deh, kalau nggak percaya coba download di Play Store dan mainkan. Kamu akan menerima satu pemain gratis. Belum lagi, tiap harinya kamu bakal mendapat pemain top markotop usai login.
Meski diacak, kamu tetap memiliki kesempatan memperoleh pemain bagus untuk memperkuat tim kamu. Misalnya, kamu gagal mendapatkan Lionel Messi, masih ada peluang mendapat pemain lain yang tak kalah bagus kualitasnya, seperti kiper Liverpool, Alisson Becker; striker haus gol Inter, Lukaku; atau bek karismatik Barcelona, Gerard Pique. Semuanya gratis, tak perlu mengeluarkan biaya macam FIFA.
#4 Pendapatan
Berkat konsistensi grafik dan kualitas mumpuni lainnya, Konami berhasil meraup keuntungan besar dari PES. Kabarnya perusahaan bermarkas di Tokyo, Jepang ini menghasilkan pendapatan menginjak 24,7 triliun rupiah tahun 2019. Sementara kompetitornya, EA Sports terpaut jauh di bawahnya.
Perusahaan asal Kanada itu diprediksi hanya meraih pendapatan sekitar 15,4 triliun rupiah. Angkanya di bawah Konami, menunjukkan bahwa EA Sports tak bisa mengandalkan FIFA. Game sepak bola virtual itu secara rekam jejak lebih dulu dari PES, tapi kualitasnya di bawahnya.
FIFA hanya mampu unggul di bagian lisensi. Lisensi yang dimiliki PES jumlahnya lebih sedikit. PES cuma mendapatkan lisensi dari beberapa tim-tim besar saja, seperti Manchester United, Barcelona, dan Juventus. Sementara lawanya lebih banyak. Nyaris seluruh tim-tim raksasa, FIFA punya lisensinya, kecuali Juventus yang memang menjadi official partner PES.
Andai kata dikalkulasi, misalnya ada 10 faktor atau kategori penilaian, PES lebih baik dan mampu berjaya di 9 faktor, mulai dari grafik sampai game mode. Sementara FIFA hanya sanggup melampaui satu faktor saja. Pertanyaannya, kamu yang masih betah main FIFA itu alasannya apa? Sudah terang benderang kalau PES itu mau bagaimanapun, dilihat dari berbagai sisi, jelas lebih baik dari FIFA.
BACA JUGA Manusia Paling Kreatif itu ya Penulis Skenario Sinetron, lah dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.