Tegal dan Warung Tegal (Warteg) dua hal yang tidak terpisahkan. Saya berani jamin, warteg menjadi salah satu hal yang terbesit ketika membicarakan daerah yang satu ini. Saya pun juga demikian. Bedanya, ketika membicarakan Kota Bahari saya juga teringat dengan Teh dan Tahu dari Slawi Tegal.
Ceritanya begini, setelah lulus SMP yang berkesempatan mondok di Kecamatan Slawi Tegal. Tepatnya, mondok di dekat Alun-alun Hanggawana Slawi. Asal tahu saja, daerah itu adalah pusat keramaian, ada banyak jajanan di sana. Ada 2 jajanan favorit yang selalu menemani saya kala itu. Apalagi kalau bukan tahu aci dan teh.
Dua jajanan itu memang ikonik di Slawi. Kalau tidak ikonik, tidak mungkin sampai dibuatkan tugu di daerah dekat saya mondok. Tugu Teh Poci ada di Procot, dekat Masjid Agung. Sementara tugu tahu aci terletak di daerah Slawi Pos. Kehadiran dua tugu itu menegaskan betapa warga Slawi Tegal begitu bangga dengan dua jajanan itu.
Olahan tahu di Slawi yang nagih
Di Slawi Tegal ada banyak camilan yang diolah dari tahu. Pertama, tentu saja tahu aci. Rasanya yang gurih ditambah dengan cabe, semakin membuat saya nagih ketika memakannya apalagi kalau masih panas. Mulut rasanya nggak capek-capek kalau makan tahu aci. Saya semakin girang karena menemukan camilan ini begitu mudah ketika saya mondok dahulu.
Selain tahu aci, olahan tahu lain yang saya temui adalah keripik tahu. Rasanya seperti tahu biasa dengan versi yang lebih kering. Ini juga jadi camilan favorit saya.
Tidak hanya sampai di situ, orang Slawi juga mengolah ampas tahu menjadi kempong. Rasanya seperti tahu sebenarnya, hanya saja isian lebih tebal dan padat. Biasanya agak pedas dan teksturnya sedikit seret. Itu mengapa perlu siap sedia air putih ketika ngemil jajanan ini.
Teh dan budaya moci
Saya baru tahu kalau Tegal ada rumah bagi para produsen teh dengan merek-merek ternama. Sebut saja Teh Poci, Teh Sosro, Teh Dua Tang dan lain-lain. Teh-teh besar itu ternyata diproduksi di Tegal. Pernah suatu kali saya mampir ke Banjaran, di sana berjejer pabrik-pabrik yang mengolah teh. Satu hal yang paling saya ingat adalah wanginya, bikin kangen masa-masa di Slawi Tegal.
Tidak heran kalau orang-orang di Tegal punya budaya ngeteh yang kental dan agak berbeda dibanding daerah-daerah lain. Biasanya teh disajikan dalam sebuah poci. Itu lho, wadah teh yang terbuat dari tanah liat. Teh dimasukkan dalam keadaan panas, didiamkan beberapa saat baru disajikan. Inilah yang disebut sebagai budaya moci. Sayangnya, perlahan, budaya moci ini mulai ditinggalkan.
Itulah sedikit cerita bagaimana perantauan saya di Slawi membuka wawasan yang lebih luas terkait Tegal. Berkat merantau saya jadi tahu kalau teh dan camilan olahan tahu Slawi Tegal nggak kalah nikmat dibanding warteg. Saya rasa dua hal ini pantas dipopulerkan, supaya nggak warteg melulu yang dikenal orang.
Penulis: Kayyis Kholil Ahmad
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Kuliner Tegal yang Layak Dikenal Lebih Luas, Ayo Orang Tegal Jangan Buka Warteg Melulu
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.