Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Anak SD Zaman Sekarang Sudah Punya Skincare Routine Lengkap dan Tampilan Layak Selebgram: Padahal Saya Pas Bocah Bangga Punya Kaos Sablon dari Pasar Malam

Sayyid Muhamad oleh Sayyid Muhamad
8 September 2025
A A
Skincare Routine Anak SD yang Semakin Meresahkan (Shutterstock)

Skincare Routine Anak SD yang Semakin Meresahkan (Shutterstock)

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu, anak SD paling pol berdebat siapa yang paling jago main kelereng atau lompat tali. Sekarang? Mereka sibuk memilih skincare, mengatur angle foto, memilih filter yang bikin pipi tirus, lalu mempostingnya di media sosial demi terlihat “wah” dan “keren”.

Pada Juni 2024, sebuah opini di “The Minnesota Daily” menyoroti perkembangan mencemaskan. Anak-anak bahkan di usia 8 hingga 12 tahun sudah terdorong untuk tampil seperti orang dewasa.

Mereka ber-makeup, rutin memakai skincare, mengenakan pakaian dewasa, serta merasa perlu mematuhi “rutinitas orang dewasa” yang mereka lihat di media sosial. Ini seharusnya membuat kita bertanya-tanya. Apakah masa kecil sekarang masih ada atau sudah resmi ditukar dengan versi trial kehidupan dewasa?

Saya menatap ini sambil mengingat masa kecil ketika anak-anak sekarang sibuk “glow up” demi feed media sosial. Dulu, saya merasa super keren hanya karena punya kaos sablon pasar malam. 

Kini, melihat bocil memainkan petak umpet utama, lebih suka memakai crop top mini dan lip tint pink, rasanya seperti ditarik anomali waktu. Seoalah masa kecil tidak penting.

Belum melewati fase lugu

Yang bikin miris, anak-anak ini bahkan belum sempat melewati fase lugu lucu yang biasanya jadi bahan foto album keluarga. Tiba-tiba langsung loncat ke fase “dewasa mini”. 

Hujan-hujanan utama? Tidak ada dalam jadwal. Naik sepeda pegal-pegal? Hanya kalau begitu bisa masuk cerita Instagram. Rasanya seperti menonton film yang langsung fast forward dari babak pembukaan hingga klimaks. Dan ketika mereka nanti benar-benar dewasa, anggapan saya yang mereka rindukan adalah masa kecil yang tak pernah mereka miliki.

Lucunya, mereka disebut “dewasa sebelum waktunya”. Padahal, kalau disuruh bayar listrik atau antre di loket pajak, pasti langsung nyari orang tua. Maksudnya, yang dipercepat hanya yang terlihat, bukan hidupnya.

Baca Juga:

Kalau Kosmetik Punya Zodiak, Viva Itu Capricorn. Nggak Banyak Gaya, tapi Bisa Diandalkan

Dosa Beauty Influencer yang Bisa Menjerumuskan Audiens dalam Masalah Kecantikan

Lihat saja sekarang, di TikTok atau Instagram. Anak SD sudah sibuk memilih skincare, pakai makeup tebal, celana high waist, lengkap dengan pose mirror selfie yang biasa dipakai kakak-kakak kuliahan. 

Mereka memakai caption bahasa Inggris setengah matang, “Just vibin’”, “Self love”, padahal PR Matematika belum selesai. Kalau dulu anak seusia itu sibuk main sampai kulit gosong, sekarang sibuk nyobain skincare dan latihan eye contact challenge sambil nyari cahaya matahari yang pas.

Diasuh algoritma media sosial

Anak-anak zaman sekarang punya pengasuh baru: algoritma media sosial. Pengasuh ini tidak pernah lelah, bahkan tidak pernah minta gaji. Kerjanya mengatur apa yang harus dilihat, siapa yang harus diidolakan, trend yang sedang viral, skincare artis yang harus kamu beli, bahkan gaya berpakaian yang harus diikuti. 

Kalau dulu anak belajar sopan santun dari orang tua atau guru BP, sekarang mereka belajar pargoy dari FYP TikTok. Meski algoritma ini tidak pernah hadir di pertemuan orang tua murid, pengaruhnya bisa lebih besar daripada wali kelas dan orang tua digabung jadi satu.

Masalahnya, pengasuh digital ini harus diberi 0 besar. Laporan “State of Mobile 2023” oleh firma riset data.ai mencatat bahwa warga Indonesia menghabiskan rata-rata 5,7 jam per hari di depan layar ponsel atau tablet. Ini menempatkan Indonesia peringkat pertama di dunia. Anak-anak kita? Juga ikut nimbrung, baik secara langsung maupun tidak.

Lihat juga studi terbaru dari Universitas Negeri Surabaya yang menyatukan screen time siswa SMP di Surabaya selama 2024. Hasilnya, mereka menghabiskan 41,3 jam per minggu di depan layar. Alias ​​hampir 6 jam setiap hari untuk scrolling dan yang jelas bukan konten pelajaran .

Bayangkan. Anak SD hari ini dibentuk oleh algoritma yang diterima lewat feed yang tak pernah bosan. Berbeda dengan pengasuh manusia yang bisa ngambek atau mengobrak-abrik stasiun TV kalau anak terlalu sering main gadget, algoritma ini hanya mengikuti statistik: engagement naik, maka jadi “lebih cinta”.

Rajin belajar skincare dan berdandan sejak dini

Kalau algoritma media sosial adalah tangan kanan yang membentuk anak-anak menjadi “mini dewasa”, tangan kirinya adalah, ya benar sekali: orang tua mereka sendiri. Bedanya, kalau algoritma bekerja lewat scroll dan like, orang tua melakukannya lewat pilihan kata, sikap, ekspektasi, dan tentu saja barang-barang yang mereka beli termasuk skincare.

Di banyak rumah, anak SD sudah jadi objek percobaan didandani seperti calon pengantin prewedding. Orang tua memakaikan busana dewasa, menjadikan anak-anak model konten Instagram keluarga, dan eksperimen skincare bersama-sama. Semua dengan alasan “biar lucu” atau “biar percaya diri sejak kecil”, padahal efeknya: masa kanak-kanak mereka dipangkas seperti rok mini.

Fenomena anak SD yang sudah akrab dengan skincare dan memakai busana orang dewasa ini bahkan punya istilahnya sendiri di ranah sosiologi dan psikologi perkembangan, yaitu kedewasaan. 

Secara sederhana, ini adalah proses ketika anak-anak diperlakukan, diharapkan, atau ditampilkan layaknya orang dewasa. Baik melalui gaya berpakaian, perilaku, atau beban peran sosial. 

Padahal, secara mental dan emosional mereka belum siap. Di Indonesia, versi “pop”-nya sering kita lihat dalam bentuk anak SD yang dibelikan gaun pesta dengan skincare lengkap, setelan jas slim fit, heels mini, lalu diunggah ke Instagram dengan caption “princess mommy” atau “ganteng banget kayak papa”.

Mengembalikan masa kecil mereka, melupakan skincare

Masa kecil harusnya menjadi landasan penting untuk kesehatan mental, proses pembelajaran, kreativitas, dan kepercayaan diri anak di masa depan. Ketika anak terdorong untuk berpenampilan atau berperilaku layaknya orang dewasa, mereka kehilangan ruang aman untuk bereksperimen, gagal tanpa malu, dan membangun imajinasi yang bebas dari tekanan.

Orang tua punya peran utama untuk memastikan masa kecilnya tetap utuh. Caranya sederhana sekali, tapi butuh konsistensi. Misalnya dengan memberikan waktu utama bebas tanpa gadget, melibatkan anak dalam permainan fisik atau aktivitas kreatif, dan jangan menuntut mereka tampil sempurna di depan publik. 

Alih-alih mengikuti tren media sosial, orang tua bisa jadi “kurator pengalaman” yang relevan dengan usia anak. Mulai dari mengajak piknik, membaca buku cerita, hingga membiarkan mereka kotor-kotoran di halaman. Ingat, masa kecil tidak bisa di-repost atau diulang. Kalau hilang sekarang, ia hilang selamanya.

Glow up berkat skincare artis nanti-nanti saja

Menjadi orang tua di era ini bukan hanya soal menafkahi dan mendidik, tapi juga melawan derasnya arus tren, iklan, dan “standar keren” yang datang silih berganti. Psikolog keluarga, Rose Mini Agoes Salim, dalam wawancaranya dengan Kompas pada tahun 2022, menyebut bahwa tantangan terbesar orang tua masa kini adalah menjaga nilai dan batasan di tengah banjir informasi dan godaan konsumsi instan. 

Dulu, musuh terbesar orang tua mungkin hanya televisi dan jajanan sembarangan di sekolah, sekarang daftar lawannya panjang. Mulai dari gawai dengan notifikasi tanpa henti, iklan influencer yang menyusup di setiap jeda hiburan, skincare keluaran artis, sampai tekanan sosial tak kasat mata yang membuat anak merasa “kurang” jika tidak mengikuti tren.

Kita tahu medan tempurnya sudah berubah sedrastis ini, bukankah sudah saatnya strategi kita ikut berubah? Kalau kita paham bahwa nilai dan kebahagiaan anak tidak bisa di-outsourcing ke tren atau teknologi, mengapa tidak mulai hari ini kita berperan lebih aktif sebagai penentu “standar keren” di rumah, sebelum dunia luar yang melakukannya?

Penulis: Sayyid Muhamad

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Kebiasaan Ngirit Skincare yang Sebaiknya Dihentikan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 September 2025 oleh

Tags: anak SDmake up anak sdskincareskincare anakskincare routine
Sayyid Muhamad

Sayyid Muhamad

Santri penuh waktu, mahasiswa separuh waktu, insyaallah warga negara Indonesia seumur hidup.

ArtikelTerkait

Biaya Masuk SD di Semarang Semakin Melejit: Jangan Lupa, selain Uang Pangkal dan SPP Bulanan Ada Biaya Penunjang Lainnya

Biaya Masuk SD di Semarang Semakin Melejit: Jangan Lupa, selain Uang Pangkal dan SPP Bulanan Ada Biaya Penunjang Lainnya

10 Desember 2023
6 Tips Skincare buat Sobat Misqueen Terminal Mojok

6 Tips Skincare buat Sobat Misqueen

21 Desember 2022
Jangan Katakan "Kebal Skincare” Kalau Kamu Melakukan Kebiasaan Buruk Ini!

Jangan Katakan “Kebal Skincare” Kalau Kamu Melakukan Kebiasaan Buruk Ini!

29 November 2019
Kuasa Kapitalis Melalui Industri Kosmetik

Kuasa Kapitalis Melalui Industri Kosmetik

17 November 2019
skincare

Skincare Mahal, Pakai Air Wudu Saja

3 Juni 2019
Demo Boleh, Gosong Jangan

Aku Kalau Demo: Demo Boleh, Gosong Jangan #SkincareMahal

26 September 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.